Anda di halaman 1dari 96

dr. Jason Sriwijaya, Sp.

FK
Farmakologi dan Terapi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
TIU: Mahasiswa dapat mengaplikasikan penggunaan obat-obat di
sistem urogenitalia dalam praktik klinik

TIK:
1. Mahasiswa mampu menganalisis pilihan farmakoterapi
untuk penyakit dalam sistem ginjal dan saluran kemih (SKDI
4A).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan farmakodinamik dan
farmakokinetik obat-obat yang digunakan dalam sistem
ginjal dan saluran kemih.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dosis, efek samping dan jenis
obat yang tersedia dalam faskes tingkat 1/PPK tk 1.
http://e-fornas.binfar.kemkes.go.id/index.php?mod=search&cmd=find
FOKUS PEMBELAJARAN:

Hiperplasia Prostat Jinak


ISK
Tujuan pengobatan ISK: eradikasi kuman
penyebab dari organ kandung kemih yaitu
.dengan cara diberikan antibiotic
Anatomi Sistem Urogenitalia
Review Anatomi

Sistem Urinarius

8













DEFINIS I ISK

 Infeksi akibat berkembangnya


mikroorganisme di dalam saluran
kemih meliputi infeksi di uretra
sampai ke parenkim ginjal dalam
jumlah bakteriuria yang bermakna
(Dalam keadaan normal urin e tidak
mengandung bakteri,virus atau
mikroorganisme lain)
Klasifikasi ISK
• Anatomi
ISK bagian atas (pyelonephritis, pyelitis)
ISK bagian bawah (cystitis, urethritis, prostatitis)
• Gejala Klinis
ISK Asimptomatik
ISK Simptomatik
• komplikata
ISK tidak komplikata
ISK Komplikata
ISK

 ISK sederhana , meliputi episode cy stitis akut dan


pielonefritis akut pada seorang individu tanpa adanya
abnormalitas struktur atau fungsional pada saluran
kemih.
ISK Komplikata

 ISK yang terjadi pada penderita dengan abnormalitas


anatomi atau fungsi saluran kemih yang menyebabkan
obstruksi mekanik maupun fungsional saluran kemih .
(Sumbatan muara uretra, refluks vesicoureter, urolitiasis,
parut ginjal, buli-buli neurogenik , dll)
Etiologi
• Hematogen
• Bakteri penyebab
• E.Coli ( 80-90%)

• Staphylococcus

• Infeksi asenden
• E.coli
• Proteus
• Enterobacter
Diagnosis

• Anamnesis & Pemeriksaan Fisis


Tanda dan gejala:
• Dysuria, polakisuria, nocturia, urgency, nyeri suprapubic
(ISK bagian bawah)
• Demam, mual, muntah, nyeri ketok costovertebral (ISK
bagian atas )
• Laboratorium: urine rutin
Lekosituria
Bacteriuria
Farmakoterapi

• Eradikasi kuman
• Terapi definitif:
• ISK bagian atas
• Etiologi diketahui secara pasti
• Uji sensitifitas kuman
• Terapi empirik
• Suspek ISK
• Tidak ada uji sensitifitas
Pemilihan AB tergantung
:keadaan
.ISK complicated atau uncomplicated. 1
Tipe pasien: pregnant women. 2
,children ,hospitalized patients , diabetic
patients
.Bacterial count. 3
.Presence of symptoms. 4
Choice of antibiotic depend on
:susceptibility pattern ,include
Amoxicillin ( with or without clavulanate)
Cephlosporins ( 3rd generation)
TMP-SMX
Nitrofurantoin ( long term use)
Fluoroquinolone ( ciprofloxacin )
,(not for pregnant women or children)
.first choice if other antibiotics are resistant
Treatment of specific populations
Pregnant women
High risk for UTI and complications
Should be screened for UTI
:Antibiotics during pregnancy include
Amoxicillin, ampicillin, cephalosporins
Pregnant women should NOT take
.quinolones
Diabetic patients
.Have more frequent and more sever UTIs
Treated for 7-14 days antibiotics even
. patients with uncomplicated infections
Prinsip terapi

• ≠ the normal flora (digestive tract/vaginal)


• Affordable prices
• High levels of drugs in urine
• Obstruction causes of diseases such as stone, a catheter is
resolved
• Based on urine culture and sensitivity test
• Therapy outcome re-confirmed by culture
• A lot of drinking water
• Emptying of the bladder
ISK dalam Kehamilan

Gunakan obat yang aman (kategori


B)
 Pemantauan berkala
Pyelonephritis → terapi secara
tuntas,rawat inap dan memberika ab
parenteral
Drug safety During pregnancy
Avoid Ceftriaxone one day before delivery
Avoid nitrofurantoin and cotrimoksazole (FA)in
the first trimester can lead to birth defects
Avoid near term and hemolytic anemia in G6PD
deficiency(0.0004%)
Sulfonamides should be avoided in the last days
before delivery because they can increase the
level of unbound bilirubin in the neonate
Pilihan AB u/ tatalaksana ISK dalam kehamilan

• Ceftriaxone 1x 1-2 gr/day


• Cephalexin 2-4 x 250 mg/day
• Amoxicillin 3 x 500 mg/day
• Erythromicin 4 x 250-500 mg/day
• Nitrofurantoin 2 x 100 mg/day
• Amoxicillin-clavulanic acid 3 x 500 mg/day
• Fosfomycin I x 3 gr sachet
Antibiotik Oral ISK bagian bawah tidak komplikata

Antibiotik Dosis Durasi (hari)


Trimethoprim-Sulfamethoxazole 2 x 160/800 mg 3 -5
Ciprofloxacin 2 x 250-500 mg 3
Levofloxacin 1 x 250-500 mg 3
Cefixime 2 x 100 mg 3
Sefpodoksim proksetil 2 x 100 mg 3
Nitrofurantoin makrokristal 4 x 50-100 mg 7
Nitrofurantoin monohydrate 2 x 100 mg 7
Amoxicillin / clavulanate 3 x 500 mg 7
AB Parenteral u/ ISK bagian atas komplikata
EFEK SAMPING OBAT

 OBAT  EFEK SAMPING


 TMP-SMX  GIT,diskrasia darah,
rash
 Steven Johnson
syndrome
 CIPROFLOKSASIN
 Sefalgia,Gejala GIT
 LEVOFLOKSASIN
 Sefalgia,Gejala GIT
EFEK SAMPING OBAT
 OBAT  EFEK SAMPING
 AMOXICIL-  GIT,rash,diskrasia darah
CLAVULANATE

 CEPHALEXIN
 GIT,rash,diskrasia darah
PIELONEFRITIS AKUTA
 DEFINISI
 Pielonefritis akuta adalah radang pada pielum ginjal
yang terjadi secara akut
 KLASIFIKASI:
 PNA DAN PNC

 KRITERIA DIAGNOSIS PNA:


 1.Demam tinggi, mual dan muntah
 2.Nyeri ketok CVA (+)
FARMAKOTERAPI PNA

 Terapi antibiotika sebaiknya berdasar hasil pemeriksaan


laborator i um yang meliputi:
1.Kultur/biakan bakteri
2.Resistensi/sensitifitas
 Sementara diberi antibiotik broadspectrum
FARMAKOTERAPI PNA

1. Bila setelah dilakukan tes labora t orium


hasil kultur sesuai dengan terapi, terapi diteruskan.
2. Bila hasilnya didapatkan bakteri tertentu , antibiotika
disesuaikan dengan hasil tersebut
PILIHAN ANTIMIKROBA
BERDASARKAN EDUCATED GUESS
JENIS INFEKSI PENYEBAB TERSERING PILIHAN ANTIMIKROBA
INFEKSI SALURAN KEMIH
- Sistitis akut -E. coli, S. saprophyticus, kuman - TMP-SMX, Ciprofloxacin,levofoksasin,
Gram-negatif lainya amoksilin-asam clavulanat,sefaleksin
-Pielonefritis akut - E. Coli, kuman Gram negatif - Nitrofurantoin,ampisilin,trimetropin
lainya, Streptococcus - untuk pasien rawat :
gentamisin (atau aminoglikosid lainya)
, sefalosporin generasi III, aztreonam
- untuk pasien berobat jalan :
kotrimoksazol oral, florokuinolon
amoksisilin-asam klavulanat

- Prostatitis akut - E. Coli, kuman Gram negatif - kotrimoksazol / fluorokuinolon /


lainya, E. Faecalis aminoglikosid + ampisilin parenteral

- Prostatitis kronis - E. Coli, kuman Gram negatif


lainya, E. faecalis - kotrimoksazol, fluorokuinolon atau
trimetroprim
PILIHAN ANTIBIOTIKA
BERDASARKAN EDUCATED GUESS

INFEKSI YANG DITULARKAN MELALUI HUBUNGAN KELAMIN

-Uretritis - N. gonorrhoeae ( bukan - ampisilin/amoksisilin/penisilin G +


penghasil penisilinase ) probenesid, seftriakson, tetrasiklin
- N. gonorrhoeae - seftriakson, fluorokuinolon
( penghasil penisilinase )
- C. Trachomatis - doksisiklin/tetrrasiklin, eritromisin
-Ureaplasma urealyticum - doksisiklin/tetrrasiklin

-Herpes genital -virus herpes simpleks - Asiklovir

-Sifilis -T. pallidum - penisilin G prokain, seftriakson


tetrasiklin
- Ulkus mole - H. ducreyi - kotrimoksazol, eritromisin, seftriakson,
tetrasiklin
GONORRHEA
Sinonim
 Gonore ; Kencing Nanah
 Dropper ; Clap ; Blenorrhoea

Sejarah singkat
 Hunter:Gonorrhoea infection = Syphilis
 1879 : Neisser = isolasi Gonococcus
 1885 : Bumm = membiak Gonococcus
Etiologi

 Neisseria gonorrhoea (= Gonococcus) diplococcus gram


negatif
 Bentuk biji kopi, tersusun dua-dua: tunggal dan
bergerombol
 Pewarnaan Gram: kuman merah dengan latar belakang
biru
Sifat

 Tak tahan udara bebas; kering mati


 Tak tahan suhu > 39°C
 Tak tahan zat desinfektan
 Ku l tur lempeng  media Thayer Martin
 4 strain:
 Koloni kecil : pili (+) = T1 & T2  patogen
 Koloni besar : pili (-) = T3 & T4  non virulen
Epidemiologi

 Sosio ekonomik  → prostitution


 Sosio ekonomik  : habituasi, promiscuity,

permissiveness
 Penularan: ( ♀ = silent carrier)

~ Venerik : coitus suspectus (c.s)


~ Non venerik (jarang): melalui alat, tangan,
partus (Ophthalmitis neonatorum)
Gejala Klinik

Pria ♂
 Masa tunas 2 – 5 hari (1 – 14 hari) = post c.s

 Uretritis anterior :
 Miksi gatal/ panas
 Disuria
 Sekret mukopurulen (duh tubuh/ ecoulement)
 Darah (+)

 Orificium Urethra Externum (O.U.E)


 Merah, udem
 Ektropion (mulut ikan)
 Mukopurulen

 K GB : unilateral/ bilateral >/ (-)


Gejala Klinik

Pria ♂
• Uretritis posterior :
– Disuria / polakisuria
– Terminal hematuria
– Duh tubuh <

• 95% resolusi spontan


– Infeksi asimptomatik
– Komplikasi lokal & metastatik (hematogen)
Gejala Klinik

Pria ♂
Komplikasi : (pada anatomi genitalia pria)
 Balanitis, phostitis
 Tysonitis
 Uretritis totalis: lacunitis, litritis, cowperitis
 Prostatitis; (seminal); vesikulitis
 Funikulitis
 Epididimitis
 Orchitis
 Jarang: cystitis, uretritis, pyelitis
 Striktur urethra
Gejala Klinik

Wanita ♀
Neonatus, orang tua; vulvo-vaginitis
Dewasa, predileksi cervix (+), vagina (-)

Urethra
Kelenjar Skene
Kelenjar Bartholini

Masa tunas: ?? (c.s  gejala +)


Gejala :
Fluor albus yang masif (banyak)
Rasa sakit/ berbau
Kering di celana  kuning – hijau
Gejala Klinik

Wanita ♀
DD/ fluor albus
susu pecah + gatal  Kandidiasis
berbusa + gatal  Trichomoniasis
Kolposkopi: portio oedem, ektropion, sekret
mukopurulen
♀ + fluor albus ringan & keluhan (-)  prostitusi
“Asymptomatic Female Carrier of Gonococcus”
Gejala Klinik

Wanita ♀
Komplikasi utama :
1. Skenitis
2. Bartholinitis
3. Wanita hamil :
a. Abortus spontan
b. Prematur (o.k. pecahnya selaput amnion)
c. Chorio-amnionitis
4. Proctitis: ♀ 35 – 50%
(ano-rectal ♂: 100% homosex)
5. Pharingitis Gonore: 90% asymptomatik
Gejala Klinik

Wanita ♀
Komplikasi utama :
6. Urethritis
7. Endometritis, Salpingitis, Oophoritis
8. Steril (obstruksi bilateral)
9. Kehamilan Ektopik (perlekatan/
penyempitan)
10. Vulvo-vaginitis pada bayi/ balita dan
wanita tua
Terapi
Tanpa Komplikasi – dosis tunggal  epidemiologik

1. Penisilin
+ 1 gram
a. ♂ 2,4 juta unit pp probenesid
b. ♀ 4,8 juta unit pp
2. Ampicillin: 3,5 gram + 1 gram probenesid
3. Amoxycillin: 3 gram
4. Thiamphenicol ( Penicillinase-Producing Neisseria gonorrhoeae ,
PPNG)
Single dose 2,5 – 3,5 gram, dilanjutkan dengan
4 x 500 mg/ hari (4 – 5 hari)
Terapi

5. Sefalosporin Generasi ke-3:


Seftriakson 250 mg (intra muscular, i.m)
Sefoperazon 500 mg – 1 gram (i.m)
Sefiksim 400 mg (single dose)
Terapi

6. Spectinomycin 2 gram (i.m) single dose


7. Kanamycin 2 gram (intra muscular) single dose
8. Kuinolon (Quinolone)
Siprofloksasin 250 – 500 mg
Ofloksasin 400 mg
Levofloksasin 250 mg Single Dose
Terapi dan Edukasi
 Bila ada gejala Gonorrea sudah mulai resisten terhadap
berbagai jenis AB  Cara terbaik adalah menggunakan
kombinasi 2 jenis AB yang berbeda.
 Pencegahan penularan  anjurkan memakai Kondom
 Semua Kontak seksual pasien yang terinfeksi dievaluasi
dan dianjurkan Terapi dengan AB
Istilah-istilah..

 Antimikroba : suatu zat/obat untuk membasmi jasad renik


yang diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari
senyawa nonorganik
 Antibiotika : zat yang dihasilkan suatu mikroba, dapat
membasmi mikroba lain
 Spektrum sempi t : efektif untuk bakteri spesifik
 Spektrum luas : efektif untuk beberapa jenis bakteri
Istilah-istilah..

 Bakteriostatik : antimikroba hanya menghentikan


pertumbuhan mikroorganisme
 Bakterisidal : antimikroba dapat mematikan
mikroorganisme
 Resistensi : kemampuan mikroba untuk tidak
terbunuh/terhambat pertumbuhannya oleh suatu
antimikroba
 Kadar hambat minimal : kadar minimal yg diperlukan utk
menghambat pertumbuhan mikroba
 Kadar bunuh minimal : kadar minimal yg diperlukan utk
membunuh mikroorganisme
Mekanisme kerja Antibiotika

 Menghambat metabolisme sel mikroba


contoh: sulfonamid,trimetoprim
 Menghambat sintesis dinding sel mikroba
contoh : penisilin, sefalosporin, vankomisin
 Mengganggu keutuhan membran sel mikroba
contoh : polimiksin
 Menghambat sintesis sel mikroba
contoh : aminoglikosid, makrolid
 Menghambat sintesis asam nukleat mikroba
contoh : rifampisin, asam nalidiksat, quinolon
PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT

1. Dosis obat diberikan hingga kadar obat di tempat infeksi


melampui MIC ( Minimum Inhibitory Concentration ) untuk kuman.

2. Frekuensi pemakaian tergantung t½ obat (ukuran kecepatan


eliminasi ). Antibiotik dg t½ pendek, pemberiannya sampai 5x
sehari, sedangkan obat dg t½ panjang, pemberiannya 1x sehari
bahkan 1x seminggu.

3. Lama terapi dg kemoterapetik harus cukup panjang untuk


menjamin semua kuman mati & menghindarkan kambuhnya
penyakit, biasanya terapi terus dilanjutkan 2-3 hari setelah gejala
hilang, untuk lepra dan tbc sering kali butuh waktu lebih lama.
Pencegahan resistensi

 Penggunaan AB hanya sesuai indikasi dan dosis yg tepat,


jangka waktu cukup
 Pembatasan penggunaan AB spektrum luas
 Penggunaan AB di rumah sakit pada waktu tertentu
sebaiknya dibatasi pada jenis AB tertentu
 Aplikasi penggunaan AB, khususnya di bidang peternakan
perlu dibatasi
Efek samping
 Reaksi alergi
Dapat berupa : pruritus, eritema, syok anafilaktik,
dermatitis eksfoliata,angioedema
 Reaksi idiosinkrasi

contoh : kloramfenikol dapat menyebabkan anemia


aplastik
 Reaksi toksik

contoh : tetrasiklin dapat mengganggu pertumbuhan


tulang, gigi, hepatotoksik
 Perubahan biologik dan metabolik
ANTIBIOTIK GOLONGAN BETA-LAKTAM
(PENISILIN & SEFALOSPORIN)

I. GOLONGAN PENISILIN

 Penisilin-G dan turunannya merupakan bakterisid


terutama terhadap gram positif , hanya beberapa kuman gram
negatif.
 Tak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatik
(tetrasiklin,kloramfenikol, eritromisin dan asam fusidat).
 Efek samping yang perlu diwaspadai adalah reaksi alergi karena
hipersensitasi dan dapat menimbulkan shock anafilaksis bahkan
kematian.
 Semua penisilin dianggap aman untuk ibu hamil & laktasi.
Penisilin
 Mekanisme kerja : menghambat pembentukan
mukopeptida yg diperlukan untuk sintesis dinding sel
bakteri
 Resistensi terhadap penisilin disebabkan diproduksinya
enzim penisilinase oleh mikroorganisme
 Efek samping : iritasi lokal, mual, muntah, diare, syok
anafilaktik
 Indikasi : infeksi pneumokokus, streptokokus, stafilokokus,
meningokokus, gonokokus, salmonela, difteria
Jenis penisilin

Tipe penisilin Spektrum & sifat Cara pemberian


Alamiah Spektrum sempit (gram -), rusak oleh
-Penisilin G penisilinase IM
-Penisilin v oral
Tahan pada penisilinase Spektrum sempit (gram +), tahan terhadap
-Methisilin penisilinase IM
-Cloksasilin Oral
-Dicloksasilin Oral
-nafsilin
Aminopenisilin Spektrum luas (gram + & -), sensitif terhadap
-Ampisilin penisilinase Oral
-amoksisilin oral
Spektrum diperluas Aktif pada Pseudomonas, relatif tidak aktif
-Karbenisilin pada bakteri gram +
-Tikarsilin IM
-piperasilin
-azlosilin IV
Contoh obat gol. Penisilin :
1. Benzil penisilin (penisilin-G)

 Infeksi pada paru, Infeksi pada otak, pencegahan sifilis,


gonorrhoe.
 Tidak tahan asam diberikan infus i.v. atau injeksi i.m.
 Distribusi ke jaringan intraseluler bagus, penetrasi ke
jaringan otak buruk tetapi menjadi lebih baik jika ada
radang selaput otak
 Dosis infeksi umum i.v./i.m 1-4 MU 4-6 dd .
Contoh obat gol. Penisilin :

2. Ampisilin

 Mempunyai spektrum luas & tahan asam.


 Banyak digunakan untuk infeksi pernafasan (bronkitis kronis),
saluran cerna , saluran kemih, telinga, gonore, kulit dan
jaringan lunak.
 Absorpsi : di usus 30-40% (dikurangi oleh makanan), plasma
t½ 1-2 jam.
 Dosis : infeksi umum (oral) 4dd 500 -1000 mg, a.c ; ISK : 3-4
dd 500 mg; gonorhoe: 1x3,5 g + probenesid 1 g, tifus 4 dd 1-2
g selama 2 minggu.
 Efek samping : gangguan lambung-usus, alergi
Contoh obat gol. Penisilin :

3. Amoksisilin

 Merupakan derivat hidroksi dari ampisilin


 Absorpsi: di usus 80%
 Plasma - t½nya hampir sama dengan ampisilin, tetapi penetrasi
kejaringan tubuh lebih baik, ekskresi bentuk utuhnya pada urin
jauh lebih besar ± 70% sehingga lebih layak digunakan untuk
infeksi saluran kemih dibanding ampisilin.
 Dosis oral 3 dd 375-1000 mg, anak 3-10 thn 3 dd 250 mg, 1-3thn
3xsehari 125mg, 0-1 tahun 3xsehari 100mg, juga dapat diberikan
secara i.m. / i.v.
 Efek samping : alergi, gangguan saluran G.I.
GOLONGAN SEFALOSPORIN

 Termasuk golongan beta laktam yang struktur, khasiat dan


sifatnya mirip penisilin.
 Merupakan antibiotik semi sintetik.
 Termasuk antibiotik spektrum luas & bakterisid pada fase
pertumbuhan kuman.
 Tidak terlalu peka terhadap beta-laktamase.
 Efek samping mirip dengan penisilin (obat oral : diare, mual,
muntah; alergi; gangguan ginjal pd generasi I).
 Resistensi dapat timbul dengan cepat jadi tidak boleh digunakan
sembarangan, cadangan untuk infeksi berat .
 Resistensi silang dg penisilin dapat terjadi.
GOLONGAN SEFALOSPORIN

 Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel


mikroba
 Aktif terhadap bakteri gram + dan - , tetapi masing-masing
derivat bervariasi
 Efek samping : reaksi alergi
 Sefalosporin hanya digunakan untuk infeksi yang berat
atau tidak dapat diobati dengan AB yang lain
Jenis sefalosporin
Jenis sefalosporin aktivitas Cara pemberian
Generasi pertama Spektrum luas, S. aureus,
-Sefalotin streptokokus, clostridium, C. IV & IM
-Sefapirin diphteriae IV & IM
-Sefazolin IV & IM
-Sefaleksin Oral
-Sefradin Oral, IV, IM
-sefadroksil oral
Generasi kedua Lebih aktif terhadap gram (-), H.
-Sefamandol influenzae, E. coli, Klebsiella IV dan IM
-Sefoksitin IV & IM
-Sefaklor
-Sefuroksin oral
-Sefonisid
-seforamid
Generasi ketiga Efektif untuk Enterobactericeaae, Ps.
-Sefotaksim aeruginosa IV & IM
-Moksalaktam IV & IM
-Seftriakson IV & IM
-sefoperazon IV & IM
Penggolongan sefalosporin menurut khasiat dan
ketahanan/resistensinya terhadap
beta-laktamase :
 Generasi ke-1: sefalotin, sefazolin,sefadrin, sefaleksin dan
cefadroksil . Tidak tahan terhadap beta-laktamase.

 Generasi ke-2 : sefaklor, sefamandol, sefmetazol, sefuroksim .


Cukup kuat tahan terhadap beta-laktamase.

 Generasi ke-3 : cefoperazon, cefotaksim , ceftitokzim, ceftriakson ,


cefotiam, cefiksim . Lebih kuat tahan terhadap beta-laktamase.

 Generasi ke-4 : sefepim dan sefpirom. Sangat tahan beta-


laktamase.
Penggunaan sefalosporin
 Sebagian besar sefalosporin diberikan parenteral terutama di RS
 Zat generasi ke-1 sering digunakan peroral pada infeksi saluran kemih
ringan dan obat pilihan ke-2 untuk infeksi saluran pernafasan dan kulit
yang tidak serius dan bila terdapat alergi untuk penisilin.
 Zat generasi ke-2 / ke-3 digunakan parenteral pada infeksi serius yg
resisten amoksisilin dan sefalosforin generasi ke-1, biasa dikombinasi
dengan aminoglikosida untuk memperkuat aktivitasnya & untuk
profilaksis bedah jantung, usus, dan ginekologi.
 Zat generasi ke-3 seftriakson & sefotaksim sebagai obat pilihan
pertama untuk gonorhoe.
 Penggunaan pada kehamilan hanya sefalotin dan sefaleksin, yang lain
belum ada cukup data. Obat generasi I, sefaklor, sefotaksim,
seftriakson dianggap aman untuk bayi.
ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA
 Dapat digolongkan menjadi :
 Streptomisin
 Kanamisin , amikasin, dibekasin, gentamisin , netilmisin, tobramisin
 Neomisin , framisetin , dan paromomisin
 Merupakan antibiotik spektrum luas pengunaan untuk terapi TBC
(streptomisin & kanamisin).
 Aktivitasnya adalah bakterisid .
 Efek samping : (parenteral) terjadi kerusakan organ pendengaran
(irreversibel) dan merusak ginjal (reversibel).
 Toksisitas tsb tidak tergantung dosis melainkan dari lama pemakaian &
jenis aminoglikosida, sebaiknya diberikan 1 – 2 dd.
 Obat golongan ini tidak dianjurkan selama hamil karena dapat melewati
plasenta dan merusak ginjal & ketulian pada janin. Dapat diberikan selama
laktasi.
GOLONGAN TETRASIKLIN

 Merupakan antibiotik spektrum luas dg aktivitas


bakteriostatik .
 Spektrum : luas, baik gram + atau -, aerob, anaerob,
spirochaeta, klamiidia, riketsia
 Penggunaan untuk infeksi saluran n afas, saluran kemih, kulit
dan mata
 Derivat : tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin,
demeklosiklin, rolitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin,
limesiklin
Tetrasiklin

 Indikasi : infeksi klamidia, riketsia, mikoplasma, gonore,


kokus, kollera
 Tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama makanan yg
kaya Fe, Ca, & Zn (khususnya susu) & antasida.
Sebaiknya tetrasiklin diminum 1 jam a.c. atau 2 jam p.c.
 Tidak boleh diberikan pada ibu hamil terutama setelah
bulan ke-4, menyusui dan anak dibawah
8 tahun.
 Efek samping : (oral) mual, muntah, diare; supra-infeksi;
kerusakan pada tulang & gigi yg sedang tumbuh;
fotosensitasi (kulit peka cahaya, jangan kena sinar
matahari); kemungkinan hepatotoksik (pd ibu).
ANTIBIOTIK GOLONGAN
MAKROLIDA & LINKOMISIN

 Golongan makrolida terdiri dari : eritromisin , klaritromisin, roksitromisin,


azitromisin.
 Spiramisin juga termasuk gol.makrolida karena mempunyai rumus struktur
serupa
 Linkomisin & klindamisin secara kimiawi berbeda dg eritromisin tetapi
mempunyai kesamaan dalam hal : aktivitas, mekanisme kerja, pola
resistensi & dapat terjadi resistensi silang & antagonisme antara linkomisin
& klindamisin dg eritromisin.
 Eritromisin sebagai bakteristatik terhadap Gram positif, spektrum kerjanya
mirip penisilin G shg digunakan sbg pilihan yg realistik jika pasien alergi
terhadap penisilin.
 Efek samping : kemungkinan kerusakan hati (pd ibu) & gangguan sal.G.I.
 t½ singkat shg diberikan 4 dd (diminum 1 jam a.c. / 2 jam p.c.).
SULFONAMIDA & QUINOLON

 Sulfonamida dan quinolon adalah golongan antibiotik


yang penting untuk pengobatan infeksi saluran kemih
(ISK) .
 Antibiotika lain untuk ISK adalah golongan
penisilin/sefalosforin dan aminoglikosida .
SULFONAMIDA

 Merupakan zat antibakteri merupakan kelompok obat


pertama yang digunakan sebagai antibakteri.
 Kadar dalam urin 10x kadar dalam plasma sehingga layak
untuk pengobatan ISK .
 Beraktivitas sbg bakteriostatik & berspektrum luas.
 Mekanisme kerja : menghambat pembentukan (dihidro) folat
kuman dg cara antagonisme saingan dg PABA (p-
aminobenzoic acid = H2N-C6H4-COOH).
K ombinasi S ulf ona mida
 Trisulfa, merupakan kombinasi dari 3 sulfonamida yaitu sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbanding a n yang sama .

 Kotrimoksazol, adalah kombinasi s ulfametoksazol dan trimetoprim d g


perbandingan 5:1 (400+80 mg) berkhasiat sebagai bakterisid terhadap
sebagian besar bakteri gram positif dan gram negatif, kombinasi ini
memperkuat khasiat nya (potensiasi) dan menurunkan resiko resistensi .
Penggunaan sulfonamida
 Infeksi saluran kemih : sulfametizol, sulfafurazol dan
kotrimoksazol .
 Infeksi mata : sulfasetamida, sulfadikramida,
sulfametizol , digunakan topikal pd mata
 Radang usus : sulfasalazin (kombinasi sulfapiridin &
aminosalisilat)
 Malaria tropika : fansidar (kombinasi sulfadoksin dan
pirimetamin)
 Meningitis : sulfadiazin (daya penetrasi ke CCS kuat),
tetapi karena timbul resistensi maka obat
ini sering diganti dengan ampisilin atau
rimfampisin .
 T if oid , infeksi saluran pernafasan atas , radang paru-paru, &
gonor ho e
: kotrimoksazol, sama efektifnya dg
ampisilin.
Efek samping sulfonamida
 kerusakan pada sel-sel darah (agranulositosis & anemia
hemolitis) , oleh karena itu bila sulfonamida diberikan lebih dari 2
minggu perlu dilakukan monit o ring darah .
 reaksi alergi (urticaria), fotosensitasi sehingga selama terapi
sebaiknya pasien jangan terlalu banyak terkena sinar matahari.
 Gangguan saluran cerna
 Kristaluria di dalam tubuli ginjal, sering terjadi pada sulfa yang
sukar larut dalam air seni yang asam ( mis : sulfadiazin &
turunannya ) resiko ini dapat dikurangi dengan penggunaan
trisulfa atau pemberian zat alkali ( natrium bikarbonat ) atau
banyak minum air .
Efek samping sulfonamida
 Penggunaan sulfonamida pada kehamilan & laktasi :
 Harus dihindari penggunaan pada bulan terakhir kehamilan karena
resiko timbulnya icterus–inti pada neonatus (akibat pembebasan
bilirubin dari ikatan protein plasma)
 Penggunaan pada awal kehamilan belum cukup data
 sulfonamida masuk ke dalam ASI shg mungkin menyebabkan
icterus, hiperbilirubinemia, & alergi pd bayi yg diberi ASI dari ibu yg
minum sulfonamida.
 Kotrimoksazol tidak boleh diberikan pada usia di bawah 6 bulan
dan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.
QUINOLON

 Digolongan kan menjadi 2 se r ta derivat long-actingnya yaitu :


1. Zat generasi pertama (asam nalidiks at dan pipemid at).
2. Zat gene r asi kedua, ( senyawa fluorquinolon : pefloksasin,
siprofloksasin, ofloksasin ) , lebih luas spektrumnya, kadar dalam
darah lebih tinggi, t ½- nya lebih panjang. D igunakan juga untuk
infeksi sistemis yang lain .
3. Zat long acting (sparfloksasin, trovafloksasin, grepafloksasin)
spektrumnya sangat lebar dan meliputi lebih banyak gram positif .
 Aktivitasnya sbg bakterisid pada fase pertumbuhan kuman.
 Mekanisme kerja : menghambat kerja enzim DNA-gyrase bakteri
(hanya dimiliki bakteri), shg sintesis DNA bakteri tidak terjadi.
Penggunaan gol. Quinolon

 Asam nalidiks a t dan pipemidat (generasi I) hanya digunakan


pada ISK bawah tanpa komplikasi .
 G ol. Fluor o quinolon digunakan untuk ISK atas berkomplikasi
oleh kuman-kuman multi resisten misalnya infeksi pada ginjal,
infeksi saluran n a fas serius, prosta t itis kronis, infeksi kulit dan
jaringan lunak oleh kuman-kuman gram negatif.
 Untuk menghambat meluasnya reisistensi,maka obat gol.
fluorquinolon disarankan digunakan sebagai terapi cadangan
untuk pengobatan terhadap kuman-kuman yang resisten
terhadap obat-obat standar.
 Sebagai pilihan pertama untuk ISK tanpa komplikasi
sebaiknya digunakan trimetoprim, nitrofuran toin
Efek samping gol. quinolon

 G angguan lambung-usus, reaksi alergi, efek neurologi, efek


psikis hebat .
 Penggunaan pada kehamilan dan laktasi belum cukup data. Ada
indikasi kelainan tulang rawan dan persendian pada binatang
percobaan, sehingga tidak dianjurkan penggunaan pada wanita
hamil dan selama laktasi karena senyawa ini dapat masuk ke
dalam air susu ibu (nalidiksat & siprofloksasin) .
 Senyawa gol. quinolon tidak boleh diberikan pada anak di bawah
16 th karena menimbulkan gangguan pada tulang rawan
terutama asam nalidiksinat (jarang siprofloksasin dan ofloksasin) .
Aminoglikosida

 Efektif untuk bakteri gram –


 Mekanisme kerja : menghambat sintesis sel bakteri
 Sifat : bakterisidal
 Efek samping : alergi, iritasi, ototoksik, nefrotoksik
 Jenis : streptomisin, gentamisin, kanamisin, neomisin,
amikasin, tobramisin, paromomisin
 Indikasi : aerob gram -, Pseudomonas
 Kontraindikasi : kehamilan, gangguan ginjal
Obat Nefrotoksik
• Acute Interstitial Nephritis(AIN) juga disebut dg Acute Tubulointerstitial
Nephritis (umumnya berkaitan dengan hipersensitivitas terhadap obat)
• Lebih dari 100 obat berkaitan dg drug-induced AIN, yang paling sering
adalah:
• Antibiotik seperti: methicillin, cephalosporin, rifampisin, sulfonamide,
erytromycine, dan ciprofloxacin
• Aminoglycoside (Neomycine, tobramycine, gentamycine,
amikacine)  sering menimbulkan ATN)
• Diuretik ( furosemide, thiazide, chlorthalidone)
• NSAID
• Obat Antikonvulsan ( phenytoin, carbamazepine)
• Alupurinol
Farmakoterapi Benign Prostate Hypertrophy
(BPH)
Diagnosis
 Further evaluate with AUA Symptom Score, or
International Prostate Symptom Score (IPSS)—7
questions each on severity scale of 0-5: frequency,
nocturia, weak urinary stream, hesitancy, intermittence,
incomplete emptying, and urgency.
 I f score <8, mildly symptomatic and recommend yearly
reevaluation
 I f 8-35, may consider additional tests if history
confounded by neurological diseases, prior failed BPH
therapy, and those considering surgery.
 Optional tests:
 Urinary flow rate <10 mL/s highly suggestive of outlet
obstruction
 Postvoid residual urine measurement with
transabdominal ultrasound or in-and-out catheterization.
Management

 If no obstruction and limited discomfort, do not need to


treat!!
Non-pharmacological Management
 Non-pharmacological Management
 · Mild symptoms or limited discomfort?
 o Watchful waiting and annual evaluation
 o Lifestyle Modifications
  Avoid fluids prior to bedtime or going out
  Reduce caffeine and alcohol
  Scheduled urination at least once every 3 hours.
  Double voiding: after urinating, wait and try to urinate
again.
Farmakoterapi
 Alpha-1-adrenergic antagonists
 Relax smooth muscle in the bladder neck, prostate capsule, and
prostatic urethra
 Immediate relief!
 Examples
 Terazosin, Doxazosin
 Initiate at bedtime (hypotension)
 Tamsulosin, Alfuzosin
 Lower potential to cause hypotension, syncope
 Minor differences in the adverse events profiles, equal clinical
effectiveness
 Major Side Effects
 HYPOTENSION!
 Ejaculatory Dysfunction (particularly Tamsulosin)
 Interaction with phosphodiesterase-5 inhibitors
 Potentiated effects of hypotension
 Separate doses by at least 4 hours
Pharmacological Treatment
 5-alpha-reductase inhibitors
 Reduces the size of the prostate gland
 Prevents conversion testosterone  dihydrotestosterone (DHT)
 ~ 6 to 12 months before prostate size is sufficiently reduced to
improve symptoms!!
 Indefinite treatment, as discontinuation may lead to symptom
relapse.
 Examples
 Finasteride (initiated and maintained at 5 mg once daily)
 Dutasteride
 Side Effects
 Sexual dysfunction
 Decrease PSA
 Take into account during interpretation
Pharmacological Treatment
 Anticholinergics
 monotherapy for patients with predominately irritated
symptoms related to overactive bladder
 Frequency, urgency, incontinence
 Examples
 Oxybutynin, Tolterodine
 Side Effects
 Extensive!
 Dry mouth, blurred vision, tachycardia, constipation etc
Pharmacological Treatment
 Combination therapy
 Severe symptoms without maximal response to maximal
monotherapy
 Alpha 1 and anticholinergics
 Alpha 1 and reductase inhibitors
Daftar Pustaka
1. Rianto Setiabudy,Pengantar Antimikroba dalam Farmakologi dan Terapi
Edisis,Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI , 2007.
2. Goodman and Gillman
3. Katzung BG (Ed). Lange Medical Book. Basic and Clinical Pharmacology
9 th Edition, Newyork, Mcgraw-hill.2001.
4. Carruthers SG et al. Melmon and Morrelli’s Clinical Pharmacology
4 th edition, Newyork, Mcgraw-hill.2000.
5. Burke JP. Infection Control- A Problem for Patient Safety. N Engl J Med 2008
6. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam 3 rd edition. Jakarta, FKUI. 2001
7. World Health Organization. Guidelines for the management of sexually
transmitted infections. Geneva, 2003
8. Taylor SN, DiCarlo RP, Martin DH. Comparison of methylene blue/gentian
violet stain to Gram’s stain for the rapid diagnosis of gonococcal urethritis in
men. Sex Trans Dis. 2011:38:995-6
9. Roehrborn CG. Benign prostatic hyperplasia: an overview.
Rev Urol. 2005;7 Suppl 9:S3-S14.
10 McVary KT, Roehrborn CG, Avins AL, et al. Update on
AUA guideline on the management of benign prostatic
hyperplasia. J Urol. 2011 May;185(5):1793-803. doi:
10.1016/j.juro.2011.01.074. Epub 2011 Mar 21.

Anda mungkin juga menyukai