Anda di halaman 1dari 16

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

Latar Belakang

Radiasi nuklir tidak dapat ”dirasakan” oleh panca indera manusia oleh
karena itu alat ukur radiasi mutlak diperlukan untuk mendeteksi dan
mengukur radiasi nuklir. Materi ini akan membahas prinsip dasar
pengukuran radiasi mulai dari mekanisme deteksi, jenis detektor, dan
penggunaannya.
Besaran yang Diukur
• Secara definisi, radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari
suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau
bahan penghantar tertentu. Salah satu bentuk energi yang dipancarkan
secara radiasi adalah energi nuklir. Radiasi ini memiliki dua sifat yang khas,
yaitu tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca indra manusia dan
beberapa jenis radiasi dapat menembus berbagai jenis bahan.

• Sebagaimana sifatnya yang tidak dapat dirasakan sama sekali oleh panca
indera manusia, maka untuk menentukan ada atau tidak adanya radiasi
nuklir diperlukan suatu alat, yaitu pengukur radiasi yang merupakan suatu
susunan peralatan untuk mendeteksi dan mengukur radiasi baik kuantitas,
energi, atau dosisnya.
Kuantitas radiasi
• Kuantitas radiasi adalah jumlah radiasi per satuan waktu per satuan
luas, pada suatu titik pengukuran. Kuantitas radiasi ini berbanding
lurus dengan aktivitas sumber radiasi dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak (r) antara sumber dan sistem pengukur.

Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah radiasi yang mencapai


titik pengukuran (kuantitas radiasi) merupakan sebagian dari
radiasi yang dipancarkan oleh sumber.
Energi radiasi (E)
Energi radiasi merupakan ‘kekuatan’ dari setiap radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Bila
sumber radiasinya berupa radionuklida maka tingkat atau nilai energi radiasi yang dipancarkan
tergantung pada jenis radionuklidanya. Kalau sumber radiasinya berupa pesawat sinar-X, maka
energi radiasinya bergantung kepada tegangan anoda (kV). Tabel 1 menunjukkan contoh energi
radiasi yang dipancarkan oleh beberapa radionuklida.

Probabilitas & Energi Isotop

Jenis Radio Nuklida Energi Probabilitas

Cd-109 88 keV 3,70%

Cs-137 662keV 85%

Co-60 1173 keV dan 1332 keV 99% dan 100%


Dosis radiasi
Dosis radiasi menggambarkan tingkat perubahan atau kerusakan yang
dapat ditimbulkan oleh radiasi. Nilai dosis ini sangat ditentukan oleh
kuantitas radiasi, jenis radiasi dan jenis bahan penyerap. Dalam
proteksi radiasi pengertian dosis adalah jumlah radiasi yang terdapat
dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau
diterima oleh materi.
Penggunaan sistem pengukur radiasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu untuk
kegiatan proteksi radiasi dan untuk kegiatan aplikasi/penelitian radiasi nuklir. Alat ukur
radiasi yang digunakan untuk kegiatan proteksi radiasi harus dapat menunjukkan nilai
dosis radiasi yang mengenai alat tersebut. Sedangkan alat ukur yang digunakan di bidang
aplikasi radiasi dan penelitian biasanya ditekankan untuk dapat menampilkan nilai
kuantitas radiasi atau spektrum energi radiasi yang memasukinya.
Setiap alat ukur radiasi terdiri atas dua bagian utama yaitu detektor dan peralatan
penunjang. Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang jadi bila
dikenai radiasi akan menghasilkan suatu tanggapan (response) tertentu yang lebih mudah
diamati sedangkan peralatan penunjang, biasanya merupakan peralatan elektronik,
berfungsi untuk mengubah tanggapan detektor tersebut menjadi suatu informasi yang
dapat diamati oleh panca indera manusia atau dapat diolah lebih lanjut menjadi informasi
yang berarti.
Gambar 2. menunjukkan bagian utama deteksi radiasi.

Mekanisme Pendeteksian Radiasi


Detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang terjadi di dalam
medium karena adanya penyerapan energi radiasi oleh medium tersebut. Sebenarnya
terdapat banyak mekanisme atau interaksi yang terjadi di dalam detektor tetapi yang
sering dimanfaatkan untuk mendeteksi atau mengukur radiasi adalah proses ionisasi dan
proses sintilasi.
Proses ionisasi
Ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari ikatannya di
dalam atom. Peristiwa ini dapat terjadi secara langsung oleh
radiasi alpha atau beta dan secara tidak langsung oleh radiasi
sinar-X, gamma dan neutron. Proses ionisasi
Ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari ikatannya di
dalam atom. Peristiwa ini dapat terjadi secara langsung oleh
radiasi alpha atau beta dan secara tidak langsung oleh radiasi
sinar-X, gamma dan neutron.

Jumlah pasangan ion, elektron yang bermuatan negatif dan sisa


atomnya yang bermuatan positif sebanding dengan jumlah
energi yang terserap.

Gambar 3: peristiwa terlepasnya elektron ketika dikenai radiasi


(ionisasi langsung)
Ʃ𝐸
N=
𝑤
N adalah jumlah pasangan ion, E adalah energi radiasi yang terserap
dan w adalah daya ionisasi bahan penyerap, yaitu energi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah proses ionisasi.
Jadi dalam proses ionisasi ini, energi radiasi diubah menjadi pelepasan
sejumlah elektron (energi listrik). Bila diberi medan listrik maka
elektron yang dihasilkan dalam peristiwa ionisasi tersebut akan
bergerak menuju ke kutub positif. Pergerakan elektron-elektron
tersebut dapat menginduksikan arus atau tegangan listrik yang dapat
diukur oleh peralatan penunjang misalnya Amperemeter ataupun
Voltmeter. Semakin banyak radiasi yang mengenai bahan penyerap
atau semakin besar energi radiasinya maka akan dihasilkan arus atau
tegangan listrik yang semakin besar pula.
Proses Sintilasi
Proses sintilasi adalah terpencarnya sinar tampak ketika terjadi transisi elektron
dari tingkat energi (orbit) yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah di
dalam bahan penyerap. Dalam proses ini, sebenarnya, yang dipancarkan adalah
radiasi sinar-X tetapi karena bahan penyerapnya (detektor) dicampuri dengan unsur
aktivator, yang berfungsi sebagai penggeser panjang gelombang, maka radiasi yang
dipancarkannya berupa sinar tampak.
Proses sintilasi ini akan terjadi bila terdapat kekosongan elektron pada orbit yang
lebih dalam. Kekosongan elektron tersebut dapat disebabkan karena lepasnya
elektron dari ikatannya (proses ionisasi) atau loncatnya elektron ke lintasan yang
lebih tinggi bila dikenai radiasi (proses eksitasi). Jadi dalam proses sintilasi ini,
energi radiasi diubah menjadi pancaran cahaya tampak. Semakin besar energi
radiasi yang diserap maka semakin banyak kekosongan elektron di orbit sebelah
dalam sehingga semakin banyak percikan cahayanya.
Gambar 4: proses sintilasi penyerapan energi radiasi (kiri) dan
pemancaran cahaya (kanan)
Cara Pengukuran Radiasi
Terdapat dua cara pengukuran radiasi yaitu cara pulsa (pulse mode) dan
cara arus (current mode).
Cara pulsa
Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikonversikan menjadi sebuah pulsa listrik. Bila
kuantitas radiasi yang mengenai alat ukur semakin tinggi maka jumlah pulsa listrik yang
dihasilkannya semakin banyak. Sedang energi dari setiap radiasi yang masuk sebanding
dengan tinggi pulsa yang dihasilkan. Jadi semakin besar energinya semakin tinggi pulsanya.
Tinggi pulsa yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan.
Informasi yang dihasilkan oleh alat ukur cara pulsa ini adalah jumlah pulsa (cacahan) dalam
selang waktu pengukuran tertentu dan tinggi pulsa listrik. Jumlah pulsa sebanding dengan
kuantitas radiasi yang memasuki detektor, sedangkan tinggi pulsa sebanding dengan energi
radiasi.
Kelemahan alat ukur cara pulsa di atas adalah adanya kemungkinan tidak tercacahnya
radiasi karena kecepatan konversi. Untuk dapat mengubah sebuah radiasi menjadi sebuah
pulsa listrik dibutuhkan waktu konversi tertentu. Bila kuantitas radiasi yang akan diukur
sedemikian banyaknya sehingga selang waktu antara dua buah radiasi yang berurutan lebih
cepat daripada waktu konversi alat, maka radiasi yang terakhir tidak akan tercacah.
Cara Arus
Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor tidak dikonversikan menjadi pulsa listrik
melainkan rata-rata akumulasi energi radiasi per satuan waktunya yang akan dikonversikan
menjadi arus listrik. Semakin banyak kuantitas radiasi per satuan waktu yang memasuki
detektor, akan semakin besar arusnya. Demikian pula bila energi radiasi semakin besar,
arus yang dihasilkannya semakin besar.
Alat ukur radiasi cara arus dapat mengeliminasi kerugian cara pulsa karena yang akan
ditampilkan di sini bukan informasi setiap radiasi yang memasuki detektor melainkan
integrasi dari jumlah muatan yang dihasilkan oleh radiasi tersebut dalam satu satuan
waktu.
Proses konversi pada cara pengukuran arus ini tidak dilakukan secara individual setiap
radiasi melainkan secara akumulasi. Informasi yang ditampilkan adalah intensitas radiasi
yang memasuki detektor. Kelemahan cara ini adalah ketidakmampuannya memberikan
informasi energi dari setiap radiasi, sedangkan keuntungannya proses pengukurannya jauh
lebih cepat daripada cara pulsa. Sistem pengukur yang digunakan dalam kegiatan proteksi
radiasi, seperti survaimeter dan monitor radiasi biasanya menerapkan cara arus (current
mode) sedangkan dalam kegiatan aplikasi dan penelitian menerapkan cara pulsa (pulse
mode).
Jenis Detektor Radiasi
Detektor merupakan suatu bahan yang peka atau sensitif terhadap
radiasi yang bila dikenai radiasi akan menghasilkan tanggapan
mengikuti mekanisme yang telah dibahas sebelumnya. Perlu diingat
bahwa setiap jenis radiasi mempunyai cara berinteraksi yang berbeda-
beda sehingga suatu bahan yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi
belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai contoh,
detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron.
Sebenarnya terdapat banyak jenis detektor, tetapi di sini hanya akan
dibahas tiga jenis detektor yang biasa digunakan untuk mengukur
radiasi yaitu, detektor isian gas, detektor sintilasi, dan detektor
semikonduktor.
Detektor Isian Gas
Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur radiasi.
Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan negatif, serta berisi gas di antara kedua
elektrodanya. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub listrik positif,
sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang dihubungkan ke kutub negatif.
Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan
dinding silindernya sebagai katoda sebagaimana gambar 1

Gambar 5: konstruksi detektor isian gas


Radiasi yang memasuki detektor akan
mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif
dan ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang
akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi
radiasi dan berbanding terbalik dengan daya
ionisasi gas. Daya ionisasi gas berkisar dari 25 eV
s.d. 40 eV. Ion-ion yang dihasilkan di dalam
detektor tersebut akan memberikan kontribusi
terbentuknya pulsa listrik ataupun arus listrik.
Gambar 6: proses pembentukan ion positif dan negatif (ionisasi)
dalam gas.

Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju


elektroda yang sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan
pulsa atau arus listrik. Pergerakan ion tersebut di atas dapat
berlangsung bila di antara dua elektroda terdapat cukup medan listrik.
Bila medan listriknya semakin tinggi maka energi kinetik ion-ion
tersebut akan semakin besar sehingga mampu untuk mengadakan
ionisasi lain.

Anda mungkin juga menyukai