Anda di halaman 1dari 33

Demam Berdarah

Dengue
Adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes
albopictus dan Aedes aegypti
Reaksi imunologik menimbulkan perdarahan saluran
cerna dan syok.
Patofisiologi dan Patogenesis
Meningkatnya permeabilitas kapiler → kebocoran
plasma → hipovolenia, hemokonsentrasi, renjatan

Hemostasis yang abnormal → bermacam-macam


manifestasi perdarahan
Gejala
Klinis:
Panas akut, tinggi dan menetap selama 2-7 hari
Menifestasi perdarahan (tornikuet tes positif)
Pembesaran hati (Hepatomegali)
Syok (renjatan): nadi lemah cepat, hipotensi, akral
dingin, gelisah.
Laboratorium:
Trombositopenia (<100.000/ml),
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%).
Tingkat kegawatan :
Derajad I : ada demam tanpa perdarahan spontan,
namun torniket tes +
Derajad II : Demam diikuti perdarahan spontan
(biasanya perdarahn dibawah kulit atau dan
lainya)
Derajad III : Adanya kegagalan sirkulasi (syok),
namun nadi masih teraba
Derajad IV : Syok berat, nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak teratur.
Terapi
Terapi medis : bersifat simtomatis dan suportif.
Terapi diit, diberikan segera setelah rehidrasi
dilakukan.
Diit TKTP
Tujuan: memenuhi kebutuhan zat gizi yang meningkat
guna mencegah penyakit berkembang lebih lanjut dan
mengurangi resiko dehidrasi
Terapi diit
Prinsip dan Syarat:
Energi Tinggi ● Lemak cukup
Protein Tinggi ● KH cukup
Cairan 1,5 – 2 l/hari
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan
penderita, pada fase akut (terjadi perdarahan saluran
cerna) dipuasakan. Bila sudah membaik diberi makanan
cair, bertahap ke makanan lunak
Prinsip Diet
Pemberian diet pada kasus demam berdarah dengue ini
dilakukan secara bertahap kemudian ditingkatkan sesuai
dengan kemampuan penderita. :
 Diet Tahap I diberikan setelah fase akut teratasu dan
dipastikan tidak ada pendarahan gastrointestinal. Penderita
diberikan makanan saring setiap tiga jam dan tetap diberikan
makanan parenteral untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
energi.
 Diet Tahap II diberikan setelah suhu badan stabil. Makanan
diberikan dengan porsi kecil dan konsistensi lunak.
Diet tahap III diberikan setelah suhu badan stabil dan hepato-
slenomegalia telah hilang. Konsistensi makanan yang diberikan
lunak atau biasa tergantung toleransi pasien, tetapi kansungan
serat tetap terbatas.
Tujuan Diet
 Memberikan makanan dan cairan secukupnya
untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta
mencegah komplikasi pendarahan
Syarat Dietsyarat diet penderita DBD adalah :
Secara umum,
1. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan
2. Energy dan protein cukup sesuai kemampuan pasien
untuk menerimanya. Faktor stress tergantung ada tidaknya
komplikasi 1,4-1,6. Rasio kalori berbanding nitrogen adalah
150:1.
3. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan
kebutuhan.
4. Rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian
serat ditingkatkan secara bertahap.
5. Cukup cairan dan vitamin, terutama vitamin C untuk
meningkatkan faktor pembekuan..
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu
yang tajam, baik secara termis, mekanis maupun
kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan)
7. Makanan parenteral selalu diberikan pada fase akut,
baik total, maupun suplemen.
8. Bila terlihat tanda-tanda pendarahn saluran
pencernaan penderita dipuasakan.
9. Memberi tanda istirahat pada lambung
Bahan makanan yang diperbolehkan
1. Beras dibubur atau ditim; kentang direbus atau dipure; makaroni, mi, soun, misoa
direbus; tepung-tepungan dibuat bubur atau pudding; roti dipanggang; biskuit.
2. Daging, ikan, ayam, unggas tidak berlemak digiling lalu direbus atau dikukus;
ommelette, boiled egg, poached egg, atau scrambled egg; susu dalam bentuk lowfat.
3. Tempe dan tahu direbus, dikukus, ditumis; kacang hijau direbus dan dihaluskan;
susu kedelai.
4. Sayuran tidak banyak serat dan gas, dimasak seperti bayam, bit, labu siam, labu
kuning, dan labu air; tomat direbus atau ditumis.
5. Buah segar : pisang, papaya, alpukat, jeruk, manis; buah lain disetup dengan
menghilangkan kulit dan biji seperti nenas dan jambu biji, apel; buah-buahan
dalam kaleng.
6. Mentega, margarin, minyak goreng untuk menumis; santan encer.
7. Bumbu-bumbu dalam jumlah terbatas : bumbu dapur, pala, kayu manis, asam,
gula, garam, salam, lengkuas.
8. Sirop, teh encer, kopi encer, jus sayuran dan jus buah, coklat, dan susu.
Bahan makanan yang dibatasi
1. Beras ketan, beras merah, roti whole wheat, ubi, singkong, talas,
cantel, jagung, bulgur.
2. Daging, ikan, ayam, unggas berlemak dan berurat banyak;
diawetkan berupa dendeng; digoreng.
3. Tempe dan tahu digoreng; kacang tanah, kacang merah, kacang
tolo,
4. Sayuran mentah; sayuran banyak serat dan gas.
5. Buah-buahan yang banyak serat dan mennimbulkan gas; buah
kering.
6. Lemak hewan dan santan kental.
7. Cabe, merica, dan bumbu-bumbu lain yang merangsang.
8. Minuman yang mengandung alkohol, soda, dan es krim.
MALARIA
SEJARAH & ETIOLOGI

 Ditemukan oleh Charles Alphonse Laveran thn1880 di Aljazair : gametosit


plasmodium falciparum ( bentuk pisang)
 Thn. 1897 0leh Ronald Ross di India: bentuk ookista di dalam lapisan otot
lambung nyamuk anopheles
 1957- 1969 secara global dilakukan program eradikasi malaria oleh WHO
 1973- 1978 munculnya kembali kasus2 malaria secara tajam
 spesies parasit malaria yang menginfeksi manusia: plasmodium falciparum,
plasmodium vivax, plasmodium malariae dan plasmodium ovale
 plasmodium falciparum:
- menyebabkan penyakit malaria tertiana maligna (malaria tropica)
- sering menjadi bentuk penyakit yang berat/ malaria serebralis
- angka kematian tinggi
- menyebabkan parasitemia yang tinggi
- merozoitnya menginfeksi sel darah merah tua/ muda (segala umur)
 Sebagai penyebab 50 % malaria di di dunia
 Plasmodium vivax
- menyebabkan malaria tertiana benigna
- disebut juga malaria vivax
- spesies ini memp kecenderungan menginfeksi sel darah merah muda
(retikulosit)
- lebih kurang 43% kasus malaria disebabkan oleh spesies ini
 Plasmodium malariae
- penyebab malaria kuartana ( tidak lazim disebut malaria malariae)
- ditandai dengan serangan panas berulang tiap 72 jam
- diduga mempunyai kecenderungan menginfeksi sel drh merah yang
tua
- tingkat parasitemia lebih rendah dibanding spesies lain
- menginfeksi simpanse dan beberapa binatang liar lain
- dijumpai kira-kira 7% dari semua kasus malaria di dunia
 Plasmodium ovale
- menyebabkan malaria tertiana benigna ( malaria ovale)
- paling jarang dijumpai
- menginfeksi sel darah muda

Ada kemungkinan seorang penderita terinfeksi oleh lebih dari satu spesies
plasmodium secara bersamaan - disebut infeksi campuran ( mixed
infection)

EPIDEMIOLOGI
Hospes reservoir
 Manusia merupakan reservoir yang penting
 Parasitemia dengan fase aseksual dan gametositemia pada malaria
falciparum pada penderita dgn kekebalan tinggi dapat berlangsung ber-
bulan2 tanpa gejala.
 Kekambuhan /relaps pada infeksi dgn. plasmodium vivax lebih ringan
dengan meningkatnya imunitas penderita
 Penderita dgn gametosit menjajadi sumber penularan dengan
perantaraan nyamuk sebagai vektor
Cara penularan
 Kebanyakan berlangsung secara alami (natural), yaitu melalui gigitan
nyamuk anopheles betina
 Walaupun jarang penularan mungkin terjadi melalui transfusi darah dan/
atau transplantasi sumsum tulang
 Jarang melalui semprit injeksi yang terkontaminasi (pada pecandu
narkotik)
 Jarang, dapat secara kongenital selama bayi masih dalam kandungan karena
terjadinya infeksi malaria dari ibu ke janin melalui peredaran darah
plasenta.

Vektor malaria

 Di Indonesia terdapat 80 spesies nyamuk anopheles, hanya 16 spesies


berperan sebagai vektor
 Lama hidup vektor dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan udara
 Tingkat penularan tergantung dari beberapa faktor biologis dan klimatis
 Pada akhir musim penghujan  intensitas penularan paling tinggi, populasi
nyamuk meningkat secara signifikan
Hubungan hospes-parasit-lingkungan
Tingkat penularan malaria disuatu wilayah ditentukan hal2
sbb:

 Reservoir, dicerminkan oleh prevalensi kasus


 Vektor, kesesuaian spesies atau strain nyamuk anopheles
sbg vektor,tingkat berkembang biaknya, jarak terbang,
kebiasaan istirahat, kebiasaan makan dan jumlahnya.
 Hospes manusia baru, yang dimaksud adalah adanya
kelompok manusia non imun yang masuk wilayah endemis
 Kondisi iklim setempat
 Kondisi geografis dan hidrografis, ditambah dengan
aktivititas dan tingkah laku manusia, mempengaruhi tingkat
terpajan dan akses mereka kepada tempat2 perindukkan
nyamuk2 anopheles.
Penilaian situasi malaria
 Angka morbiditas dan mortalitas sulit diukur. Indeks malariometrik
yang dipergunakan adalah:
- angka limpa atau spleen rate: persentase anak 2-9 tahun dengan
pembesaran limpa yang dpt diraba
- angka parasit atau parasit rate : persentase penduduk yang dalam
darahnya mengandung parasit malaria (parasitemia)

Berdasarkan angka limpa, ditetapkan endemisitas malaria:


1. Hipo endemik, angka limpa pada anak 2-9 tahun < 10%
2. Meso endemik, 11-15%
3. Hiper endemik , >50%, angka limpa org dewasa juga tinggi, toleransi
orang dewasa thd infeksi rendah
4. Holo endemik, > 75%, angka limpa pada orang dewasa rendah, akan
tetapi toleransi thd infeksi tinggi.
Pemakaian indikator untuk:
 Mengukur tingkat imunitas penduduk disuatu wilayah
 Meramal kemungkinan terjadinya KLB
 Memperkirakan besar dampak yang mungkin terjadi

Malaria endemik adalah malaria disuatu wilayah yang ditularkan secara


alami dengan insiden yang bisa diukur dan dan ditemukan terus menerus
selama beberapa tahun

Malaria stabil adalah malaria yang mempunyai prevalensi yang relatif


tetap

Malaria tidak stabil adalah malaria yang mempunyai prevalensi yang


sangat fluktuatif

Malaria epidemik adalah malaria yang jumlah kasusnya meningkat


disuatu wilayah yang sebelumnya mempunyai tingkat endemisitas yang
rendah.
Siklus hidup
Terdiri dari siklus aseksual yang terjadi di dalam tubuh manusia
Dan siklus seksual yang berlangsung dalam tubuh nyamuk

Trofozoit: bentuk/stadium/fase/tingkat plasmodium yang terdiri dari


trofozoit muda (ring form), growing trophozoite, trofozoit dewasa/tua
Sizon: fase plasmodium yg mengalami proses pembelahan secara aseksual
disebut sizon muda, sizon matang, kemudian sel darah merah yang
diinfeksi pecah
Sizogoni: proses terjadinya sizon, dgn pembelahan aseksual dengan hasil
akhir adalah merozoit2 yang terbentuk di dalamnya
Sporogoni: proses reproduksi secara seksual yang terjadi di dalam tubuh
nyamuk dan hasil akhirnya adalah sporozoit
Gametozit: fase parasit malaria yang mengandung gamet (sel kelamin),
terdiri dari gametozit jantan (mikro gametozit) dan betina (makro
gametozit)
Gamet: terdiri dari gamet jantan dan betina, kedua sel dapat melakukan
pembuahan atau fertilisasi di dalam lambung nyamuk vektornya.
Zigot: adalah makrogamet yang telah dibuahi oleh mikrogamet
Ookinet: zigot yang menunjukkan kemampuan bergerak
Ookista: adalah ookinet yang bentuknya menjadi bulat, dan dikelilingi
oleh dinding kista

Masa prepaten; tenggang waktu antara saat pertama kali sporozoit masuk
ke dalam tubuh manusia sampai saat parasit malaria bisa ditemukan di
dalam darah tepi

Masa inkubasi: tenggang waktu sejak saat masuknya sporozoit masuk ke


dalam tubuh manusia sampai saat munculnya gejala2 penyakit malaria
Lama masa2 tersebut tergantung spesiesnya.
Gejala klinis

Gejala umum :

 Beberapa serangan dengan interval tertentu (paroksisme)


 Diseling oleh periode dimana penderita bebas dari panas
 Gejala ini terdapat pada penderita non imun
 Sebelum timbul demam terdapat gejala prodromal yaitu: penderita
merasa lemah, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual di ulu
hati atau muntah
 Masa tunas tergantung dari spesies plasmodium yg menginfeksi
 pada malaria yg alami, plasmodium falsiparum 12 (9-14 hari)
 Malaria vivax 14 (8-17 hari)
 Malaria kuartana 28 (18-40 hari)
 Malaria ovale 17 (16-18 hari)
Gejala klinis ( Secara umum)

 panas tinggi
 pusing/ sakit kepala
 otot-otot merasa sakit, lemah
 sakit / nyeri punggung
 rasa mau muntah sampai muntah
 berkeringat, menggigil
 batuk kering
 pembesaran limpa
Bentuk2 klinis malaria yg. berat

Malaria serebralis: angka kematian sgt tinggi (80%)


Malaria gastrointestinalis, disertai diare kadang2
menyerupai kolera atau disentri
Malaria hepatika, disertai dengan ikterus dan kegagalan
fungsi hati
Malaria algida, disertai dengan syok dan kegagalan kelenjar
suprarenalis
Malaria pulmonalis, disertai sesak napas dan sianosis karena
edema paru
Malaria renalis, disertai tanda2 kegagalan ginjal akut
 Black water fever, ditandai dengan hemoglobinuria dan
kegagalan ginjal
Diagnosis
 Sediaan darah : tipis dan tebal
 Pengecatan paling banyak dengan Giemsa (tipis dan tebal)
 Pengecatan Field untuk sediaan drh tebal
 Pengecatan Leishman untuk sediaan darah tipis
 Teknik serologis (ELISA) untuk pemeriksaan seroepidemiologi
 Teknik untuk penelitian: PCR (polimerase chain reaction)

Pengobatan
Dengan obat2 anti malaria

Pencegahan
Mengurangi pembawa gametosit
Memberantas nyamuk
Melindungi orang2 yang rentan
Mencegah gigitan nyamuk
Melindungi dgn obat antimalaria
Melindungi dgn vaksin malaria
Tujuan diet
Memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
Mempertahankan berat badan normal
Syarat diet
Energi tinggi 40 – 45 kkal / kg bb atau faktor stres
( 1,2 – 1.3 )
Protein tinggi 2,0 – 2,5 g / kg bb
Lemak cukup 20 – 25 % total energi
Karbohidrat cukup
Vitamin dan mineral sesuai AKG
Makanan diberikan mudah cerna
Macam diet
Diet ETPT : 2600 kkal , protein : 100 g ( 2 g / kg bb )
Diet ETPT : 3000 kkal. Protein : 125 g (

Anda mungkin juga menyukai