SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2018 PERAN KEKUASAAN DALAM SENI RUPA KONTEMPORER YOGYAKARTA
Selama 32 tahun kekuasaan pemerintah Orde Baru, dengan
kamampuannya mengendalikan media dan media elektronik, berhasil memutarbalikkan fakta. Rakyat yang memprotes ketidakadilan diberitakan melakukan pemberontakan. Orang yang membongkar kasus korupsi di pemerintahan dibentakan menyebarkan kebohongan. Banyak korban dari aksi militer pada beberapa peristiwa, seperti peristiwa di Tanjung Priok dan peristiwa di Timor Timur Para seniman pun tidak ketinggalan mengkritik tindakan pemenintah yang sewenang-wenang itu meskipun dengan bahasa yang halus dan metaforis. Salah seorang perupa yang seperti tak kenal henti mengkritik dan menyindir kekuasaan adalah Agung Kurniawan. Agung tampaknya menaruh perhatian yang dalam terhadap penderitaan rakyat yang menjadi korban ketidak adilan penguasa. Banyak karyanya yang digelar dalam bentuk drawing. Salah satu karyanya yang sering digunakan sebagai illustrasi tulisan adalah Bidadari Kelelahan Baberapa karyanya memang mengambil tema "bidadari” atau "malaikat” Karya itu adalah sebuah reaksi terhadap represi sosial dan kebijakan yang keliru dari pemerintah dalam upaya menegakan hukum, hak asasi manusa, dan lain-lain Kritik dan sindiran terhadap kekuasaan bisa juga diarahkan ke bentuk kekuasaan yang berkaitan dengan budaya feodal. Nindityo Adipurnomo menghadirkan sebuah karya dalam bentuk karya instalasi berjudul Siapa Ingin Jadi Orang Jawa?
Karya dengan media campuran ini
bermaksud mempertanyakan relevansi nilai-nilai tradisi dalam kehidupan sekarang. KESIMPULAN
Sejak kemunculannya yang pertama di tahun 1970-an
hingga sekarang, seni rupa kontemporer di indonesia berkembang tidak berdasarkan pemahaman yang jelas tentang batasan “seni rupa kontemporer”. Para seniman pendukung seni rupa alternatif ini umumnya tidak paham betul apa bedanya antara seni modern dan seni rupa kontemporer. TERIMAKASIH