Anda di halaman 1dari 128

Ainurrafiq IZ., SKM., M.Kes.

 Pendahuluan
 Pengertian Strategi Epidemiologi
 Macam-macam Strategi Epidemiologi
 Perbedaan Penelitian Epidemiologi dengan
Surveilans Epidemiologi
 Kegiatan Pokok Strategi Epidemiologi
 Hipotesa dalam Epidemiologi
 Hubungan Asosiasi dalam Epidemiologi
 Penutup
 Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
frekuensi, distribusi, dan determinan penyakit
 Tujuan epidemiologi:
 Mendiagnosis masalah kesehatan
 Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit,
 Memberikan informasi dalam rangka meningkatkan
manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan penilaian) pelayanan dan atau kesehatan.
 Untuk mencapai tujuan epidemiologi diterapkan
strategi epidemiologi.
 Diperlukan pemahaman tentang strategi epidemiologi.
 Strategi epidemiologi adalah suatu pola
pendekatan berupa suatu rangkaian kegiatan
tertentu yang akan diterapkan dalam
mengkaji masalah-masalah kesehatan
sedemikian rupa sehingga diperoleh berbagai
kejelasan tentang masalah kesehatan
tersebut.
 Surveilans epidemiologi
 Penelitian epidemiologi
 Surveilans epidemiologi adalah kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistematis atau rutin
untuk menghasilkan informasi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan manajemen
(perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
penilaian) pelayanan/program kesehatan.
 Penelitian epidemiologi mempunyai kegiatan
yang sama dengan surveilans epidemiologi
tetapi kegiatan-kegiatan tersebut tidak
dilakukan secara terus-menerus.
 Penelitian epidemiologi mempunyai tujuan
tertentu yang untuk mencapainya diperlukan
desain penelitian yang dibuat oleh peneliti
yang bersangkutan
Spesifikasi Perbedaan
Surveilans Epidemiologi Penelitian Epidemiologi
Pengumpulan Data Sistematis, Rutin, Terus Sistematis, Tidak Rutin,
Menerus Tidak Terus-Menerus
Analisis Data Idem Idem
Interpretasi Data Idem Idem
Jenis Desain Pada umumnya bersifat Bersifat deskriptif dan
deskriptif analitik
Pencapain Tujuan Memantau, menilai dan Mencapai semua tujuan
Epidemiologi merencanakan epidemiologi
pelayanan/program
kesehatan
 Merumuskan hipotesa
 Menguji hipotesa
 Menarik kesimpulan
 Hipotesa adalah suatu formulasi konsep yang
mengandung uraian tentang faktor-faktor
yang diperkirakan berperan sebagai
penyebab ditemukannya frekuensi, distribusi
penyakit dan ataupun masalah kesehatan
 Dilakukan dengan mengkaji berbagai data
ataupun fakta tentang masalah kesehatan
yang tersedia
 Sangat bagus jika diperoleh dari data
epidemiologi deskriptif (jika tersedia).
 Pengujian hipotesa dilakukan dalam bentuk
penelitian epidemiologi analitik
 Penelitian epidemiologi analitik dapat berupa
penelitian epidemiologi observasional
analitik (seperti cross-sectional analitik, case-
control, cohort, nested-case-control, case-
cohort) dan penelitian epidemiologi
eksperimental (seperti pure experiment dan
quasi experiment dan derivat-derivatnya).
 Kesimpulan yang ditarik hakikatnya
menyangkut hubungan asosiasi kausal (sebab-
akibat kondisional)
 Sebab (kondisional) adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi akibat
 Akibat adalah keadaan tentang penyakit atau
masalah kesehatan yang sedang dipelajari yang
dipengaruhi oleh sebab (kondisional).
 Didasarkan pada ukuran-ukuran asosiasi dalam
statistik-epidemiologi (seperti nilai-p, RP, OR,
RR, CI, dll) plus kriteria kausal lainnya.
Merumuskan Merumuskan Merumuskan
Hipotesa Hipotesa Hipotesa

Menguji Menguji Menguji


Hipotesa Hipotesa Hipotesa

Menarik Menarik Menarik


Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan
 Unsur pokok hipotesa epidemiologi
 Cara menyusun hipotesa epidemiologi
 Keterangan tentang manusia (man)
 Keterangan tentang sebab (agent)
 Keterangan tentang akibat (disease/health
problem)
 Keterangan tentang dosis sebab (doses)
 Keterangan tentang waktu (time)
 Pada ‘orang dewasa’ yang belum pernah
menderita tifus, apabila menelan ‘10 juta’
‘kuman tifus hidup’, maka 50% diantaranya
akan terjangkit ‘penyakit tifus’ dalam jangka
waktu ‘30 hari’ terhitung sejak waktu
meminum kuman tersebut.
 Method of Difference
 Method of Agreement
 Method of Concomitant Variation
 Method of Analogy
 Berdasarkan metode perbedaan
 Diperkenalkan oleh Mill
 Memanfaatkan data dari 2 peristiwa berbeda
 Contoh:
 Apabila frekuensi suatu penyakit pada peristiwa A
ditemukan berbeda secara mencolok dengan
peristiwa B, sedangkan pada peristiwa A ditemukan
faktor X yang tidak ditemukan pada peristiwa B, maka
ada atau tidaknya faktor X tersebut mungkin sebagai
penyebab timbulnya penyakit tersebut.
 Berdasarkan metode persetujuan
 Diperkenalkan oleh Mill
 Memanfaatkan data kehadiran suatu faktor
pada setiap kali munculnya suatu penyakit.
 Contoh:
 Apabila frekuensi suatu penyakit selalu muncul
bersamaan dengan munculnya faktor X, maka
faktor X tersebut mungkin sebagai penyebab
penyakit tersebut.
 Berdasarkan metode perubahan bertahap
 Diperkenalkan oleh Mill
 Memanfaatkan data perubahan suatu
penyakit secara konsisten setiap kali
perubahan suatu faktor.
 Contoh:
 Apabila frekuensi suatu penyakit selalu berubah
sesuai dengan perubahan faktor X, maka maka
faktor X tersebut mungkin sebagai penyebab
penyakit tersebut.
 Berdasarkan metode analogi
 Diambil dari falsafah pengobatan bangsa timur
terutama Cina dan India
 Memanfaatkan data kesamaan frekuensi dan
penyebaran 2 peristiwa berbeda untuk dianalogikan
penyebabnya pada peristiwa yang telah dikenal
 Contoh:
 Apabila frekuensi dan penyebaran suatu penyakit baru
sama dengan frekuensi dan penyebaran penyakit yang
telah dikenal, maka penyebab penyakit baru tersebut
mungkin sama dengan penyebab penyakit yang telah
dikenal.
 Prinsip hubungan sebab-akibat
 Kondisi pada hubungan sebab-akibat
 Macam hubungan sebab-akibat
 Berangkat dari prinsip hubungan sebab-akibat
sebagai hubungan kondisional yang di tetapkan di
alam
 Bahwa komponen-komponen alam merupakan unitas
yang saling terkait/berinteraksi satu-sama lain
berdasarkan suatu hukum dasar yang berlaku umum
dan hukum-hukum yang berlaku secara spesifik atas
materi-materi alam tertentu sebagai suatu spesifikasi
komponen alam tertentu.
 Hukum-hukum tersebut merupakan syarat yang
ditetapkan untuk mengikat/merangkai peristiwa
sebab-akibat di alam pada ‘proporsi’ tertentu sebagai
suatu keharusan.
 Kronologi peristiwa sebab-akibat di alam:
 Terdapat 2 peristiwa yang saling beriringan pada
suatu objek yang ditimpa kedua peristiwa tersebut
 Yang satu disebut peristiwa pertama, dan yang lain
disebut peristiwa kedua
 Keberiringan 2 peristiwa tersebut terjadi secara
konsisten
 Konsistensi keberiringan peristiwa tersebut terjadi
karena objek yang ditimpa peristiwa pertama
berinteraksi dengan objek lainnya yang sama-sama
memiliki potensi spesifik yang mendukung terjadinya
interaksi
 Kronologi peristiwa sebab-akibat di alam:
 Interaksi objek lainnya tersebut dengan objek
yang ditimpa peristiwa hanya akan terjadi jika
objek-objek tersebut telah ‘memenuhi syarat’
untuk diikat oleh suatu hukum dasar yang
ditetapkan atas interaksi keduanya.
 Hingga pada ‘proporsi tertentu yang bersifat
harus’, interaksi ini akan merubah kondisi objek
yang ditimpa peristiwa pertama untuk mengalami
peristiwa kedua
 Kronologi peristiwa sebab-akibat di alam:
 Peristiwa kedua yang menimpa suatu objek tadi
disebut ‘akibat’ sementara objek lainnya yang
berinteraksi dengannya pada suatu hukum yang
ditetapkan atas interaksi itu, disebut sebab.
 Keseluruhan rangkaian interaksi antara objek-objek
tersebut pada suatu hukum yang ditetapkan atas
interaksi itu (sebagai sebab) sehingga merubah
kondisi peristiwa pertama menjadi peristiwa kedua
(sebagai akibat) disebut rangkaian hubungan sebab-
akibat atau rangkaian kausalitas.
 Pendangan Hume:
 “Kita tidak pernah dapat menemukan adanya energi
atau ikatan yang merangkaikan antara sebab dengan
akibat, yang ditemukan hanya suatu fakta bahwa
peristiwa pertama (sebab) diikuti oleh peristiwa kedua
(akibat)”.
 Intinya:
 Peristiwa pertama dianggap sebagai sebab, dan
peristiwa kedua adalah akibat.
 Tidak ada ikatan yang mengikat rangkaian kausalitas
antara sebab dan akibat, yang terjadi hanya 2
peristiwa yang saling mengikuti.
 Kritik:
 Peristiwa pertama bukan sebab, tapi hanya
kondisi pertama yang menimpa suatu objek yang
akan dirubah oleh sebab
 Selalu ada hukum yang mengikat rangkaian
kausalitas antara sebab dan akibat yang
ditetapkan oleh energiYang Maha Kuasa (Tuhan).
 Kondisi yang mutlak harus ada (Necessary
Condition)
 Kondisi yang cukup (suficcient condition)
 Kondisi yang menopang (Contributory
Condition)
 Kondisi yang memungkinkan (contingent
condition)
 Kondisi pilihan (alternative condition)
 Hubungan statistik (asosiasi statistik)
 Hubungan kausal (asosiasi kausal)
 Diketahui berdasarkan hasil uji statistik-
epidemiologi dengan melihat parameter
statistik-epidemiologi
 Hasil ujinya dapat berupa adanya asosiasi
statistik yang bermakna atau tidak adanya
asosiasi statistik yang bermakna
 Penafsiran adanya asosiasi yang bermakna
dapat diganggu oleh adanya artifact dalam
data, dan faktor ketiga yang tidak
diperhitungkan.
 Artifact adalah segala sesuatu yang bersifat
asing, yang sebenarnya tidak boleh ada
dalam kumpulan data yang akan diolah,
seperti adanya faktor ‘bias’.
 Contohnya, terhitungnya penyakit X pada uji
statistik untuk penyakitY.
 Faktor ketiga adalah hal-hal lain yang ada
hubungan dengan sesuatu yang sedang diuji
yang sebenarnya paling berperanan dalam
memunculkan adanya hubungan sebab-
akibat, tetapi tidak turut dalam perhitungan.
 Hubungan kausal adalah hubungan sebab-
akibat yang sebenarnya sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan kausal, sebagai level
penarikan kesimpulan lebih lanjut karena
ketidakmemadaian kesimpulan yang
dihasilkan dari hubungan statistik
 Dilakukan dengan mempertimbangkan
kriteria kausalitas lainnya
 Hasilnya dapat berupa adanya asosiasi kausal
atau tidak adanya asosiasi kausal.
Ainurrafiq IZ., SKM., M.Kes.
 Pendahuluan
 Definisi Surveilans Epidemiologi
 Tujuan Surveilans Epidemiologi
 Kegiatan Surveilans Epidemiologi
 Komponen Surveilans Epidemiologi
 Sifat Sistem Surveilans Epidemiologi
 Penutup
 Topik sebelumnya menyebutkan, untuk
mencapai tujuan epidemiologi harus
melaksanakan strategi epidemiologi
 Strategi epidemiologi tersebut, meliputi:
 Surveilans epidemiologi
 Penelitian epidemiologi
 Topik ini membahas strategi yang pertama
yaitu surveilans epidemiologi atau disebut
juga surveilans kesehatan masyarakat.
 Surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan
secara sistematis dan terus-menerus terhadap
penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
risiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
interpretasi data, dan penyebaran informasi
epidemiologis kepada penyelenggara kesehatan.
 Lebih sering berupa analisis epidemiologi deskriptif
 Tujuan utamanya untuk memperoleh
gambaran kejadian morbiditas dan
mortalitas, serta kejadian peristiwa vital
secara teratur, sehingga dapat digunakan
dalam berbagai kepentingan perencanaan
dan tindakan yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat.
 Tujuannya secara rinci:
 Untuk memonitoring kecenderungan (trend)
perkembangan situasi kesehatan maupun penyakit dalam
masyarakat.
 Untuk penentuan penyakit dengan prioritas
penanggulangannya
 Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan risiko
tinggi
 Identifikasi, investigasi dan penanggulangan situasi luar
biasa atau wabah yang terjadi dalam masyarakat sedini
mungkin
 Untuk bahan evaluasi antara input pada berbagai program
kesehatan dengan hasil luarannya berupa insiden dan
prevalensi penyakit dalam masyarakat
 Dikembangkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuan surveilans
 Dapat bersifat rutin dan dapat bersifat khusus
 Kegiatan rutin:
 Laporan rutin kasus tertentu secara berkala baik
penyakit menular maupun tidak menular
 Pencatatan dan pelaporan khusus kejadian tertentu
dalam masyarakat yang biasanya terbatas pada
kejadian berpotensi wabah dan berdampak berat
 Kegiatan rutin:
 Pencatatan dan pelaporan penyakit yang wajib
dilaporkan seperti penyakit karantina, berpotensi
wabah, atau penyakit tertentu yang ditetapkan
negara
 Surveilans ekologi dan lingkungan, seperti vektor,
reservoir, pencemaran air, udara, tanah, makanan, dll
 Pengamatan dan pengawasan pemakaian zat
tertentu, seperti insektisida, vaksin, dll
 Pencatatan dan pelaporan peristiwa vital, yaitu
kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, dan
kematian.
 Kegiatan khusus:
 Survei berkala (SKRT, Riskesdas, Survei
epidemiologi penyakit tertentu, dll)
 Pengamatan khsusus KLB atau wabah serta active
case finding
 Pengamatan khusus oleh dokter praktik swasta
(seperti PMS).
 Pengumpulan/pencatatan data kejadian
penyakit atau masalah kesehatan, atau faktor
yang meningkatkan risiko kejadian penyakit
atau masalah kesehatan
 Pengolahan dan penyajian data tersebut
untuk dapat memberikan keterangan yang
berarti
 Analisis dan interpretasi data tersebut untuk
keperluan kegiatan kesehatan masyarakat.
 Penyebaran informasi epidemiologi hasil
surveilans ke:
 Tingkat adminsitrasi yang lebih tinggi untuk
menentukan kebijakan selanjutnya
 Tingkat administrasi yang lebih rendah/pelapor
data sebagai umpan balik
 Lintas program, lintas sektor untuk kepentingan
program masing-masing
 Masyarakat luas.
 Evaluasi data dan sistem surveilans:
 Menilai hasil pelaksanaan program kesehatan
masyarakat
 Koreksi dan perbaikan sistem surveilans.
 Seluruh komponen kegiatan surveilans ini
selanjutnya tetap dilakukan secara sistematis
dan terus menerus.
 Kesederhanaan  Nilai ramal positif
(simplicity) (predictive value
 Fleksibilitas positif)
 Kemampuan untuk  Representatif
dapat diterima  Ketepatan waktu
(acceptibility) (timeleness).
 Kesederhanaan sistem surveilans berati,
struktur yang sederhana dan mudah
dioperasikan, dengan tetap memperhatikan
pencapaian tujuan surveilans
 Dapat dilihat dari kerangka struktur sistem
surveilans yang dijalankan, yang
menggambarkan alur informasi dan
hubungannya masing-masing.
 Fleksibilitas sistem surveilans berarti suatu sistem
yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan
informasi yang dibutuhkan atau keadaan lapangan
dengan terbatasnya waktu, personel dan anggaran.
 Sistem tersebut juga dapat diterapkan terhadap
keadaan seperti penyakit yang baru atau masalah
kesehatan yang baru, adanya perubahan definisi
kasus atau perubahan dari sumber pelaporan
 Umumnya sistem yang lebih sederhana, biasanya
lebih fleksibel terhadap perubahan dan penyesuaian
menurut keadaan yang baru.
 Acceptibility berarti tingkat penerimaan dari individu
atau organisasi yang dilibatkan dalam sistem
terhadap sistem surveilans yang digunakan
 Dapat dinilai dari:
 Tingkat partisipasi
 Kecepatan dalam mencapai tingkat partisipasi
 Tingkat kelengkapan hasil wawancara dan besarnya
penolakan memberi jawaban dalam wawancara
 Kelengkapan bentuk laporan
 Kelengkapan isi laporan dari pelapor
 Ketepatan waktu pelaporan.
 Sensitivitas berarti tingkat kemampuan
sistem surveilans untuk menjaring informasi
yang akurat
 Dapat nilai dari:
 Validitas proporsi kasus atau masalah kesehatan
yang mampu dideteksi sistem surveilans
 Kemampuannya dalam mendeteksi kejadian luar
biasa (KLB)/Epidemi.
 Berarti proporsi orang-orang yang diidentifikasi
sebagai kasus sesungguhnya memang berada
dalam kondisi yang sedang mengalami
surveilans.
 Penilaiannya ditekankan pada konfirmasi
laporan kasus dari sistem surveilans dikaitkan
dengan penggunaan sumber daya baik untuk
penemuan dan ataupun penanggulannya, yang
diketahui dari:
 Banyak/sedikitnya laporan false positif untuk kasus
individual
 Kemampuannya dalam mendeteksi true epidemi.
 Berarti suatu sistem surveilans yang dapat
menguraikan dengan tepat berbagai
kejadian/peristiwa kesehatan atau penyakit
sepanjang waktu termasuk penyebarannya
dalam populasi menurut waktu dan tepat.
 Dinilai dengan membandingkan karakteristik
peristiwa tertentu dengan keseluruhan peristiwa
yang sesungguhnya terjadi, yang dapat
diperiksa melalui penelitian khusus yang
mencari identitas dari semua kasus melalui
sampel.
 Berarti tingkat kecepatan atau keterlambatan
di antara langkah-langka yang harus
ditempuh dalam suatu sistem surveilans.
 Dapat dinilai dari ketersedian informasi untuk
penanggulangan penyakit sesuai dengan sifat
penyakit, baik yang bersifat upaya yang
sesegera mungkin maupun yang bersifat
perencanaan jangka panjang.
 Surveilans epidemiologi merupakan strategi
epidemiologi yang cenderung bersifat studi deskriptif
untuk mendukung perencanaan dan implementasi
kebijakan kesehatan masyarakat
 Diterapkan terhadap penyakit atau masalah
kesehatan, atau faktor yang meningkatkan risiko
penyakit atau masalah kesehatan menggunakan
sistem surveilans tertentu
 Komponen-komponen kegiatan dalam sistem
surveilans dilaksanakan secara sistematis dan terus-
menerus untuk mencapai tujuan-tujuan surveilans
 Evaluasi sistem surveilans dilakukan dengan menilai
sifat-sifat dari sistem surveilans.
Ainurrafiq IZ., SKM., M.Kes.
 Pendahuluan
 Definisi Penelitian Epidemiologi
 Macam-macam Penelitian Epidemiologi
Analitik
 Penelitian Cross-Sectional Analitik
 Penelitian Case-Control
 Penelitian Cohort
 Penelitian Eksperimen
 Untuk mencapai tujuan epidemiologi, perlu
menerapkan strategi epidemiologi
 Strategi epidemiologi untuk mencapai tujuan
epidemiologi berupa:
 Surveilans epidemiologi
 Penelitian epidemiologi
 Surveilans epidemiologi telah dibahas pada
pertemuan lalu.
 Pada topik tentang strategi epidemiologi telah
diketahui bahwa untuk membuktikan hipotesa
tentang determinan penyakit/masalah
kesehatan, perlu dilakukan uji hipotesa
 Uji hipotesa dapat dilakukan dengan
melaksanakan strategi epidemiologi yang kedua
yakni penelitian epidemiologi dengan
menggunakan rancangan yang sesuai
 Kuliah ini membahas tentang Penelitian
Epidemiologi dan rancangan-rancangan
dasarnya.
 Penelitian epidemiologi adalah suatu penelitian
yang bertujuan, baik untuk menggambarkan
frekuensi dan distribusi penyakit atau masalah
kesehatan, maupun untuk menjelaskan
determinan yang diasumsikan mempengaruhi
frekuensi dan atau distribusi penyakit atau
masalah kesehatan tersebut dengan
menggunakan desain yang sesuai
 Desain penelitian epidemiologi berupa
penelitian epidemiologi deskriptif dan analitik
 Adalah desain penelitian epidemiologi yang
bertujuan untuk mendeskripsikan frekuensi dan
distribusi penyakit atau status kesehatan pada
populasi
 Berupa desain:
 Untuk Populasi:
▪ Studi ekologis
▪ Time series
 Untuk Individu:
▪ Cross-sectional Deskriptif
▪ Case report
▪ Case series
 Adalah desain penelitian epidemiologi yang bertujuan
untuk :
 Menjelaskan faktor-faktor risiko dan kausa penyakit
(Determinan)
 Memprediksi kejadian penyakit
 Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk
pengendalian penyakit
 Berupa desain:
 Observasional
▪ Cross-Sectional Analitik
▪ Case-Control
▪ Cohort
 Eksperimental dan derivat-derivatnya.
 Penelitian Epidemiologi Analitik
Observasional
 Penelitian Epidemiologi Analitik
Intervensional
ANALITIK OBSERVASIONAL ANALITIK INTERVENSIONAL
 Peneliti hanya mengamati  Peneliti dengan sengaja
perjalanan alamiah peristiwa, mengalokasikan paparan, kemudian
membuat catatan siapa yang mengikuti perjalanan subyek untuk
dicatat perkembangan penyakit yang
terpapar dan tidak terpapar dialami, atau peneliti secara proaktif
faktor penelitian, dan siapa yang memanipulasi faktor penelitian
mengalami dan tidak mengalami  Tergantung konten penelitian, istilah
penyakit yang diteliti, atau alokasi paparan faktor penelitian ≈
peneliti tidak alokasi perlakuan terhadap faktor
penelitian ≈ alokasi intervensi
memanipulasi/mengalokasi terhadap faktor penelitian.
paparan faktor penelitian.  Bertujuan untuk menjelaskan apakah
 Bertujuan untuk menjelaskan perlakuan yang diberikan
apakah perubahan/perbedaan mengakibatkan perubahan status
paparan yang ada (secara kesehatan.
alamiah) berasosiasi dengan
status kesehatan/penyakit
 Definisi Penelitian Cross-Sectional Analitik
 Keuntungan dan Kerugian Penelitian Cross-
Sectional Analitik
 Teknik Penelitian Cross-Sectional Analitik
 Penelitian cross-sectional analitik adalah
rancangan penelitian epidemiologi analitik
observasional yang mempelajari hubungan
antara paparan (faktor penelitian) dengan
penyakit, dengan cara membandingkan
status paparan dan penyakit yang diamati
secara serentak pada individu-individu dari
populasi tunggal pada satu saat atau periode.
 Contohnya, penelitian yang ingin
membandingkan prevalensi kelompok orang
yang tidak aktif olah raga dan kelompok
orang yang aktif olah raga dalam menderita
penyakit Jantung Koroner yang diamati pada
satu periode yang sama.
 Karena status paparan dan penyakit diamati
pada satu saat/periode yang sama, maka
data yang dihasilkan berupa data prevalensi,
sehingga disebut juga prevalence study
 Karena pengukuran variabel paparan dan
penyakitnya dilakukan pada saat yang sama,
maka tidak dapat dipastikan sekuensi waktu
yang jelas antara paparan dengan penyakit.
 Merumuskan Hipotesa penelitian
 Menetapkan kelompok-kelompok yang akan
diteliti sesuai dengan hipotesa yang akan
diuji
 Menetapkan besarnya sampel penelitian
menggunakan rumus besar sampel yang
sesuai
 Mengobservasi dan mencatat segala
keterangan yang diperoleh dan
memasukannya dalam tabel 2x2
 Melakukan interpretasi dari data yang
diperoleh untuk mengetahui kemaknaan
asosiasinya dengan melihat parameter yang
digunakan dalam uji hipotesis tertentu (misal
nilai Confidence Interval, dll), dan besar
risikonya dengan parameter asosiasi untuk
desain cohort (seperti RP).
Terpapar (+); Sakit
(+)

Terpapar (+); Tidak


Sakit (-)
Populasi
Pencuplikan
Tunggal
Tidak Terpapar (-);
Sakit (+)

Tidak Terpapar (-);


Tidak Sakit (-)

Serentak pada saat


yang sama
Faktor Penelitian Efek Jumlah
(+) (-)
(+) a b a+b
(-) c d c+d
Jumlah a+c b+d t
 Lower Limit (LL) RP = RP (1-Z/X)

 Upper Limit (UL) RP = RP (1+Z/X)


Faktor Efek Jumlah Ratio Prevalens
Penelitian (+) (-) (RP)

(+) a b a+b = a/(a+b)


(-) c d c+d =c/(c+d)
Jumlah a+c b+d t = a/(a+b) :
c/(c+d)
CI Nilai Z

90% 1,64
95% 1,96
99% 2,56
 X2 = (t-1) [(ad) – (bc)]2
n1 n0 m1 m0
Faktor Efek Jumlah
Penelitian (+) (-)
(+) a b a+b m1
(-) c d c+d m0
Jumlah a+c b+d t
n1 n0
 RP = 1  Faktor penelitian bukan faktor risiko yang
bermakna berhubungan dengan efek
 RP > 1 dan rentang CI tidak mencakup nilai 1  Faktor
penelitian merupakan faktor risiko yang berhubungan
secara bermakna dengan efek
 RP < 1 dan rentang CI tidak mencakup nilai 1  Faktor
penelitian merupakan faktor protektif yang
berhubungan secara bermakna dengan efek
 Rentang CI mencakup nilai 1  Faktor penelitian tidak
dapat disimpulkan sebagai faktor risiko atau faktor
protektif yang berhubungan dengan efek.
 Jika ditentukan sebelum penelitian tingkatan
kepercayaan 95%, jika nilai RP=24.09, LL=12.30,
UL=20.09, cara menulisnya:
 Nilai RP=24.09; 95%CI=12.30 – 20.09
 Interpretasinya:
 Karena nilai RP>1, dan rentang nilai LL dan UL-nya
tidak mencakup nilai 1, maka faktor penelitian
merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan
efek, dimana kelompok yang terpapar dengan faktor
penelitian berisiko 24 kali lebih besar untuk menderita
efek dibandingkan dengan kelompok yang tidak
terpapar faktor penelitian.
Keuntungan Kerugian
Mudah dan murah, tidak perlu follow up Hasilnya lemah untuk menilai validitas
hubungan kausal, karena tidak diketahui
sekuensi waktu yang jelas antara paparan
dan penyakit
Efisien untuk deskripsi distribusi penyakit Tidak mampu memperhitungkan
dihubungkan dengan distribusi sejumlah kelangsungan hidup selektif dan
karakteristik populasi mortalitas selektif, karena menggunakan
data prevalensi, sehingga penaksiran
kasus kadang under, kadang over.
Bermanfaat untuk formulasi hipotesis
kausal untuk uji pada level studi yang
lebih tinggi
Tidak memaksa subjek untuk mengalami
paparan atau penyakit
 Definisi Penelitian Case-Control
 Keuntungan dan Kerugian Penelitian Case-
Control
 Teknik Penelitian Case-Control
 Penelitian case-control adalah rancangan
penelitian epidemiologi analitik
observasional yang mempelajari hubungan
antara paparan (faktor penelitian) dengan
penyakit, dengan cara membandingkan
kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status paparannya di masa lalu.
 Contohnya, penelitian yang ingin
membandingkan risiko kelompok orang yang
menderita malaria (sebagai kasus) dan
kelompok orang yang tidak menderita
malaria (sebagai kontrol) berdasarkan
pengalaman menggunakan kelambu di masa
lalu.
 Karena sifatnya mengacu pada pengalaman
keterpaparan yang ditelusuri di masa lalu,
disebut juga retrospective study.
 Disebut juga “case referent study”, atau “case
history study”
 Merumuskan Hipotesa penelitian
 Menetapkan kelompok-kelompok yang akan
diteliti sesuai dengan hipotesa yang akan
diuji
 Menetapkan besarnya sampel (masing-
masing kelompok kasus dengan kontrol)
menggunakan rumus besar sampel yang
sesuai
 Mengobservasi dan mencatat segala
keterangan yang diperoleh dan
memasukannya dalam tabel 2x2
 Melakukan interpretasi dari data yang
diperoleh untuk mengetahui kemaknaan
asosiasinya dengan melihat parameter yang
digunakan dalam uji hipotesis tertentu (misal
nilai Confidence Interval, dll), dan besar
risikonya dengan parameter asosiasi untuk
desain cohort (seperti OR, dll.).
Terpapar (+)
Kasus (+)
Tidak
Terpapar (-)
Popilasi
Sumber
Terpapar (+)
Kontrol (-) Sampling
Tidak
Terpapar (-)

Retrospektif
Masa Lalu Sekarang
Faktor Penelitian Status Penyakit Jumlah
Kasus (+) Kontrol (-)
Terpapar (+) a b a+b
Tidak Terpapar (-) c d c+d
Jumlah a+c b+d t
 Lower Limit (LL) OR = OR (1-Z/X)

 Upper Limit (UL) OR = OR (1+Z/X)


Faktor Risiko Status Penyakit Total
Kasus (+) Kontrol (-)
Terpapar (+) a b a+b
Terpapar (-) c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Odds Pemaparan a/(a+c) : c/(a+c) b/(b+d) : d/(b+d) = OR=
= a/c b/d a/c : b/d = a.d/b.c

Keterangan:
a = Jumlah Kasus dengan risiko Positif (+)
b = Jumlah Kontrol dengan risiko Positif (+)
c = Jumlah Kasus dengan risiko Negatif (-)
d = Jumlah Kontrol dengan risiko negatif (-)
CI Nilai Z

90% 1,64
95% 1,96
99% 2,56
 X2 = (t-1) [(ad) – (bc)]2
n1 n0 m1 m0
Faktor Status Penyakit Jumlah
Penelitian Kasus (+) Kontrol (-)
Terpapar (+) a b a+b m1
Tidak Terpapar c d c+d m0
(-)
Jumlah a+c b+d t
n1 n0
 OR = 1  Faktor penelitian bukan faktor risiko
yang bermakna terhadap efek
 OR > 1 dan rentang CI tidak mencakup nilai 1 
Faktor penelitian merupakan faktor risiko yang
bermakna terhadap efek
 OR < 1 dan rentang CI tidak mencakup nilai 1 
Faktor penelitian merupakan faktor protektif
yang bermakna terhadap efek
 Rentang CI mencakup nilai 1  Faktor penelitian
tidak dapat disimpulkan sebagai faktor risiko
atau faktor protektif yang bermakna terhadap
efek.
 Jika ditentukan sebelum penelitian tingkatan
kepercayaan 95%, jika nilai OR=24.09, LL=12.30,
UL=20.09, cara menulisnya:
 Nilai OR=24.09; 95%CI=12.30 – 20.09
 Interpretasinya:
 Karena nilai OR>1, dan rentang nilai LL dan UL-nya
tidak mencakup nilai 1, maka faktor penelitian
merupakan faktor risiko yang bermakna terhadap
efek, dimana kelompok penderita yang memiliki
pengalaman terpapar dengan faktor penelitian
berisiko 24 kali lebih besar untuk menderita efek
dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar
faktor penelitian.
Keuntungan Kerugian
Tidak membutuhkan waktu, biaya, dan Karena mengumpulkan data masa
tenaga yang besar lampau, ada kemungkinan tidak lengkap
Tidak ditemukan drop out pada Karena peristiwa telah terjadi, ada
responden kemungkinan cara pencatatan tidak
sama, sehingga sulit dianalisa
Dapat dilakukan meskipun kasus sedikit Hasil yang diperoleh mungkin akan
kurang akurat, karena adanya recall bias
 Definisi Penelitian Cohort
 Keuntungan dan Kerugian Penelitian Cohort
 Teknik Penelitian Cohort
 Penelitian cohort adalah rancangan
penelitian epidemiologi analitik
observasional yang mempelajari hubungan
antara paparan dengan penyakit, dengan
cara membandingkan kelompok terpapar
(faktor penelitian) dan kelompok tak terpapar
berdasarkan status penyakitnya di masa
depan.
 Contohnya, penelitian yang ingin
membandingkan risiko kelompok orang yang
merokok dan kelompok orang yang tidak
merokok untuk menderita penyakit Ca Paru
di masa depan.
 Karena sifatnya mengacu pada status
penyakit di masa depan, disebut juga
prospective study
 Karena pengukuran variabel paparan
dilakukan saat ini dan penyakitnya difollow
up dimasa depan, disebut juga follow up
study
 Karena waktu pengukuran variabel paparan
dan status penyakitnya tidak bersamaan,
disebut juga longitudinal study.
 Merumuskan Hipotesa penelitian
 Menetapkan kelompok-kelompok yang akan
diteliti sesuai dengan hipotesa yang akan
diuji
 Menetapkan besarnya sampel (masing-
masing kelompok terpapar dengan tidak
terpapar) menggunakan rumus besar sampel
yang sesuai
 Mengobservasi dan mencatat segala
keterangan yang diperoleh dan
memasukannya dalam tabel 2x2
 Melakukan interpretasi dari data yang
diperoleh untuk mengetahui kemaknaan
asosiasinya dengan melihat parameter yang
digunakan dalam uji hipotesis tertentu (misal
nilai Confidence Interval, dll), dan besar
risikonya dengan parameter asosiasi untuk
desain cohort (seperti RR, AR, dll.).
Sakit (+)
Sakit (+)
Terpapar (+)
Tidak Sakit (-)
Populasi Tidak
Cohort Sakit (-)
Sakit (+)
Tidak
Terpapar (-)
Tidak Sakit (-)

Prospektif
Sekarang Masa Depan
Longitudinal
Faktor Penelitian Efek Jumlah
(+) (-)
Terpapar (+) a b a+b
Tidak Terpapar (-) c d c+d
Jumlah a+c b+d t
 Lower Limit (LL) RR = RR (1-Z/X)

 Upper Limit (UL) RR = RR (1+Z/X)


Faktor Efek Jumlah Relative Risk
Penelitian (+) (-) (RR)

(+) a b a+b = a/(a+b)


(-) c d c+d =c/(c+d)
Jumlah a+c b+d t = a/(a+b) :
c/(c+d)
CI Nilai Z

90% 1,64
95% 1,96
99% 2,56
 X2 = (t-1) [(ad) – (bc)]2
n1 n0 m1 m0
Faktor Efek Jumlah
Penelitian (+) (-)
(+) a b a+b m1
(-) c d c+d m0
Jumlah a+c b+d t
n1 n0
 RR = 1  Faktor penelitian bukan faktor risiko
yang secara bermakna mempengaruhi efek
 RR > 1 dan rentang CI tidak mencakup nilai 1 
Faktor penelitian merupakan faktor risiko yang
secara bermakna mempengaruhi efek
 RR < 1 dan rentang CI tidak mencakup nilai 1 
Faktor penelitian merupakan faktor protektif
yang bermakna terhadap efek
 Rentang CI mencakup nilai 1  Faktor penelitian
tidak dapat disimpulkan sebagai faktor risiko
atau faktor protektif yang mempengaruhi efek.
 Jika ditentukan sebelum penelitian tingkatan
kepercayaan 95%, jika nilai RR=24.09, LL=12.30,
UL=20.09, cara menulisnya:
 Nilai RR=24.09; 95%CI=12.30 – 20.09
 Interpretasinya:
 Karena nilai RR>1, dan rentang nilai LL dan UL-nya
tidak mencakup nilai 1, maka faktor penelitian
merupakan faktor risiko yang secara bermakna
mempengaruhi efek, dimana kelompok yang terpapar
dengan faktor penelitian berisiko 24 kali lebih besar
untuk menderita efek dibandingkan dengan
kelompok yang tidak terpapar faktor penelitian.
Keuntungan Kerugian
Dapat disusun kriteria responden seperti Membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga
diinginkan yang besar
Dapat diobservasi semua keterangan Kemungkinan drop out responden tinggi
yang diinginkan tanpa perlu khawatir
terjadinya bias selection
Hasil yang diperoleh lebih dapat Sulit dilakukan jika jumlah kasus sedikit
dipercaya
Apabila ada kemajuan ilmu yang
mengubah cara diagnosa
 Definisi Penelitian Eksperimen
 Keuntungan dan Kerugian Penelitian
Eksperimen
 Teknik Penelitian Eksperimen
 Penelitian eksperimen adalah rancangan
penelitian epidemiologi analitik
intervensional yang mempelajari hubungan
antara paparan dengan penyakit, dengan
cara membandingkan data dari kelompok
orang yang sengala dialokasikan perlakuan
tertentu dan kelompok orang yang tidak
dialokasikan perlakukan tertentu.
 Contohnya, penelitian yang ingin mengetahui
pengaruh vitamin C terhadap penyembuhan
penyakit gusi berdarah dengan
membandingkan kelompok penderita yang
diberi/dialokasikan vitamin C dengan
kelompok penderita yang tidak diberi vitamin
C.
 Apakah dibenarkan, memberikan obat/intervensi baru
yang belum diketahui khasiatnya kepada manusia demi
penelitian?
 Jika khasiatnya telah diketahui, apakah dibenarkan hanya
memberinya pada sekelompok manusia, sementara
kelompok lainnya tidak demi sebuah penelitian?
 Bagaimana dengan pengaruh peneliti dalam pengamatan
hasil penelitian yang sedang dilakukan? Apakah peneliti
tidak terpengaruh dengan penelitian yang dilakukannya
tersebut?
 Bagaimana pula jika sekelompok masyarakat yang sedang
dijadikan obejk percobaan tersebut sampai mengetahui
apa yang sedang dilakukan?
 Harus dilakukan terlebih dahulu terhadap binatang
percobaan, baru kemudian manusia jika telah
diketahui khasiatnya, dan harus ada informed consent
yang disetujui oleh yang bersangkutan
 Untuk uji obat baru, harus sudah diyakini bahwa obat
tersebut lebih baik atau paling tidak sama dengan
obat sejenis yang telah dikenal
 Jika digunakan plasebo, harus diyakini tidak ada risiko
yang berarti bagi yang mendapat plasebo
 Menerapkan randomized double blind controlled trial
untuk menghindari bias subyektifitas.
 Merumuskan hipotesa
 Menetapkan kelompok-kelompok yang akan
diteliti sesuai dengan hipotesa yang akan
diuji
 Menetapkan besarnya sampel (masing-
masing kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol) menggunakan rumus
besar sampel yang sesuai
 Melaksanakan penelitian sesuai dengan
rencana
 Melakukan interpretasi data yang diperoleh
berdasarkan hasil uji yang sesuai dengan
melihat parameter perbedaan atau
kemaknaan yang sesuai.
Tidak Ikut
Penelitian
+
Kelompok
Kontrol
-

Populasi Populasi Populasi


Acak
Referen Studi Trial

+
Kelompok
Perlakuan
-

Sekarang Masa Depan


Kelompok Studi Efek Jumlah
(+) (-)
Kelompok Kontrol a b a+b
Kelompok c d c+d
Perlakuan
Jumlah a+c b+d t
CI Nilai Z

90% 1,64
95% 1,96
99% 2,56
 Jika karakteristik datanya sama, dapat
menggunakan OR atau RR, dengan sedikit
modifikasi interpretasi dengan tetap
memperhatikan kaidah matematik dan
statistik.
 Dapat juga hanya dengan menggunakan
parameter nila-P
 Jika menggunakan OR atau RR, disesuaikan
dengan sedikit modifikasi sesuai dengan
paradigma penelitian eksperimental
 Jika menggunakan nilai-P, sesuaikan dengan
tingkat kepercayaan yang ditetapkan sebelum
penelitian (misal: 95%), sehingga:
 Jika nilai P<α (0,05), maka faktor perlakuan memiliki
perbedaan pengaruh yang bermakna terhadap efek
 Jika nilai P> α (0,05), maka faktor perlakuan tidak
memiliki perbedaan pengaruh yang bermakna
terhadap efek
Keuntungan Kerugian
Memungkinkan pengawasan yang Tidak dapat dilakukan langsung pada
optimal, sehingga hasil dapat dipercaya manusia karena adanya hambatan etis
dan merupakan bukti terkuat suatu
hubungan kausal
Apabila jumlah sampel besar, dapat Prinsip double blind sulit diterapkan
dihindari pengaruh-pengaruh luar yang untuk penelitian yang bukan obat.
tidak diinginkan
Ainurrafiq IZ., SKM., M.Kes.

Anda mungkin juga menyukai