Anda di halaman 1dari 45

UNCITRAL

Rakhma Putri Sholihah 1806157534


Lolita Citta Nirmala 1806245890
Gambaran Umum
◦ Komisi PBB yang dibentuk oleh Majelis Umum (General Assembly) pada tanggal 17
Desember 1966 melalui Resolusi 2205 (XXI).
◦ Mengkaji pembaharuan hukum dagang internasional.
◦ Menghasilkan model law yang sifatnya tidak mengikat, namun menjadi acuan atau
model bagi negara-negara untuk mengadopsi atau memberlakukannya dalam
hukum nasional.
◦ Legal body PBB yang berwenang menangani berbagai isu terkait perdagangan
internasional.
◦ Bertujuan melakukan harmonisasi dan unifikasi aturan dalam rangka memperlancar
perdagangan internasional, dengan cara mengurangi berbagai hambatan
(obstacles) dan kesenjangan peraturan (disparities) di masing-masing negara anggota
PBB.
Organ
◦ Organ tertinggi : the Commission, terdiri dari perwakilan negara-negara anggota yang
hadir dalam Sidang UNCITRAL (setahun sekali di New York / Vienna, yang dihadiri oleh
negara observer maupun lembaga internasional terkait).
◦ The Commission membentuk enam Working Groups untuk menangani isu yang
berbeda-beda, yaitu :
a. Working Group I (Procurement);
b. Working Group II (International Arbitration and Conciliation);
c. Working Group III (Transport Law);
d. Working Group IV (Electronic Commerce);
e. Working Group V (Insolvency Law); dan
f. Working GroupVI (Security Interests) .
Instrumen Hukum
1. UNCITRAL Legislative Texts : dapat diadopsi oleh negara-negara melalui
pengundangan legislasi nasional yang terdiri dari konvensi (conventions), model
hukum (model laws), dan panduan legislatif (legislative guides), contohnya
2. UNCITRAL Non-Legislative Texts : dapat digunakan oleh para pihak dalam kontrak
perdagangan internasional yang terdiri dari aturan (rules), nota / catatan (notes),
dan panduan hukum (legal guides), contohnya :
Legislative Texts
1. United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods;
2. Convention on the Limitation Period in the International Sale of Goods;
3. UNCITRAL Model Law on International Commercial Arbitration;
4. UNCITRAL Model Law on Procurement of Goods, Construction and Services;
5. United Nations Convention on Independent Guarantees and Stand-by Letters of Credit;
6. UNCITRAL Model Law on International Credit Transfers;
7. United Nations Convention on International Bills of Exchange and International Promissory Notes;
8. United Nations Convention on the Carriage of Goods by Sea, (Hamburg);
9. United Nations Convention on the Liability of Operators of Transport Terminals in International Trade;
10. UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce;
11. UNCITRAL Legislative Guide on Privately Financed Infrastructure Projects;
12. UNCITRAL Model Law on Electronic Signatures;
13. UNCITRAL Model Law on International Commercial Conciliation;
14. United Nations Convention on the Assignment of Receivables in International Trade;
15. UNCITRAL Legislative Guide on Insolvency Law and the United Nations Convention on the Use of
Electronic Communications in International Contracts.
Non Legislative Text
1. UNCITRAL Arbitration Rules;
2. UNCITRAL Conciliation Rules;
3. UNCITRAL Notes on Organizing Arbitral Proceedings;
4. UNCITRAL Legal Guide on Drawing Up International Contracts for the
Construction of Industrial Works; and
5. UNCITRAL Legal Guide on International Countertrade Transactions.
Arbitration Rules
◦ Lingkup (Art. 1) : para pihak sepakat bahwa sengketa yang terjadi akibat hubungan hukum
baik kontraktual atau tidak, akan diselesaikan melalui arbitrase di bawah UNCITRAL
Arbitration Rules. Maka sengketa akan diselesaikan berdasarkan aturan ini dan dapat
dimodifikasi sesaui dengan kesepakatan para pihak.
◦ Pemberitahuan (Art. 2) : Pihak atau para pihak yang berinisiatif untuk mengajukan arbitrase
(penggugat / claimant) akan berkomunikasi dengan pihak atau pihak lainnya (yang
disebut tergugat / respondent) perihal pemberitahuan arbitrase (1). Arbitrase dinyatakan
sudah dimulai sejak pemberitahuan arbitrase diterima terguguat.
◦ Penentuan Pihak Berwenang (Art. 6) : Jika para pihak belum sepakat terhadap Pihak
Berwenang untuk Menunjuk, maka salah satu pihak kapan saja dapat mengusulkan satu
atau lebih institusi atau orang, termasuk Permanent Court of Arbitration (PCA) yang
berfungsi sebagai Pihak Berwenang untuk Menunjuk.
◦ Keberadaan lembaga Pihak Berwenang untuk Menunjuk menjadi sangat diperlukan guna
mencegah terhadinya dead lock dalam pengangkatan arbiter, dan sekaligus mencegah
“a party’s misconduct or neglect from paralyzing the arbitral process”.
Arbitration Rules
◦ Jumlah Arbiter (Art 7) : Jika para pihak sebelumnya tidak sepakat mengenai jumlah
arbiter dan jika setelah 30 hari sejak pemberitahuan arbitrase diterima tergugat belum
ditentukan bahwa akan hanya ada arbiter tunggal, maka tiga arbiter akan ditunjuk.
◦ Tempat (Art 7) : Jika para pihak tidak menyepakati tempat dilaksanakannya arbitrase,
aka Majelis memutuskan tempat dilaksanakannya arbitrase berdasarkan keadaan-
keadaan yang terkait dengan kasus. Putusan Arbitrase dianggap dilakukan di tempat
arbitrase dilaksanakan.
◦ Penunjukan Arbiter (Art. 8-9): Jika para pihak tidak setuju terhadap usulan arbiter
tunggal, maka Pihak Berwenang untuk Menunjuk akan menunjuk arbiter tunggal (Art
8:1). Jika terdapat tiga arbiter, maka masing-masing pihak akan menunjuk satu arbiter.
Dua arbiter yang ditunjuk akan menunjuk arbiter ketiga sebagai pimpinan majels
arbitrase.
◦ Bahasa (Art 19) : Berdasarkan kesepakatan oleh para pihak, ditentukan bahasa yang
digunakan dalam persidangan.
Tuntutan (Art 18)
◦ Tertulis
◦ Mencantumkan:
◦ Nama dan tempat alamat para pihak,
◦ Fakta-fakta pendukung,
◦ Pokok masalah, dan
◦ Cara penyelesaian yang diharapkan.
◦ Melampirkan dokumen yang dianggap penting.
◦ Disampaikan kepada respondent.
◦ Claimant gagal/lalai : Mahkamah Arbitrase “mengakhiri”
jalannya proses pemeriksaan.
Bantahan (Art 19)
◦ Tertulis
◦ Diajukan dalam batas tenggang waktu
◦ Bantahan disampaikan kepada pihak claimant & anggota
Arbiter
◦ Ditujukan untuk menangkis fakta-fakta dan membantah pokok
masalah
◦ Melampirkan dokumen yang dianggap penting.
◦ Respondent gagal/lalai : Mahkamah Arbitrase memerintahkan
proses pemeriksaan “tahap selanjutnya”.
Perlawanan Yurisdiksi (Art 21)
◦Mengenai masalah yurisdiksi dan klausula
arbitrase;
◦Diajukan bersamaan dengan jawaban
bantahan dan/atau counter claim;
◦Diputus pada Putusan Sela atau Final Award.
Pembuktian
(Art 24)
◦ Meliputi:
◦ Pemeriksaan alat bukti (evident); dan
◦ Mendengar keterangan (hearing)
◦ Pengajuan berdasarkan kehendak Para Pihak.
◦ Terdapat batas waktu.
◦ Lalai untuk muncul pada proses pemeriksaan mendengar keterangan (hearing)
: Mahkamah Arbitrase “dapat” melanjutkan proses pemeriksaan.
◦ Gagalan menyampaikan surat bukti : Mahkamah Arbitrase “dapat mengambil
putusan (award) berdasar alat-alat bukti yang telah ada.
Keterangan Saksi (Art 25)
◦ Pemeriksaan secara lisan.
◦ Kesempatan yang sama/seimbang bagi Para Pihak.
◦ Harus diabadikan dengan dengan kamera (dapat
dikesampingkan).
◦ Arbitrase dapat mengabulkan pengunduran diri saksi
◦ Mahkamah Arbitrase bebas menentukan saksi yang diperiksa
dan didengarkan.
◦ Keterangan saksi dituangkan secara tertulis:
◦ Dibuat sendiri oleh Saksi; dan
◦ Ditandatangani oleh Saksi.
Tindakan Sementara
1. Penyitaan;
2. Pendepositoan;
3. Penjualan.

◦ Bertujuan sebagai perlindungan.


◦ Dituangkan dalam Putusan Sela / Surat Penetapan.
◦ Dilakukan berdasarkan kewenangan Mahkamah /
permohonan.
Pengangkatan Ahli
◦ Mahkamah Arbitrase berwenang menunjuk atau mengangkat
Ahli (expert) , yang akan memberi laporan tentang sesuatu yang
disengketakan para pihak.
◦ Laporan dituangkan ahli yang ditunjuk dalam bentuk tertulis.
◦ Setiap pihak harus memberi keterangan yang diminta oleh ahli.
Juga para pihak, harus memenuhi permintaan ahli atas
dokumen penting yang diminta, sepanjang hal itu benar-benar
menyangkut usaha pemeriksaan ahli.
◦ Para pihak yang menerima laporan diberi kesempatan
menyatakan pendapat terhadap isi laporan secara tertulis.
Putusan
◦ Putusan Suara Terbanyak : Pengambilan putusan oleh Majelis Mahkamah Arbitrase
menurut prinsip yang diatur dalam Pasal 31, harus diambil dengan suara terbanyak.
◦ Putusan Ketua Arbiter : Pengambilan putusan oleh Ketua Arbiter, apabila Majelis
Arbiter tidak mencapai suara terbanyak. Sifatnya adalah adalah fakultatif.
◦ Final Award : Harus bersifat menyeluruh. Menguraikan dasar atasan putusan sebagai
bagian pertimbangan hukum putusan. Putusan dibuat dalam bentuk “tertulis”.
Mencantumkan tanggal dimana tempat putusan dijatuhkan. Ditandatangani para
arbiter.
◦ Final and Binding
◦ Salinan Putusan disampaikan oleh Mahkamah Arbitrase yang telah ditandatangani
kepada masing-masing pihak (claimant dan respondent).
◦ Putusan dengan seksama berdasarkan compositeur atau ex aequo et bono.
Putusan
◦ Interpretasi : Setiap pihak dapat mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Arbitrase untuk memberi penafsiran putusan, yang tidak
terpisahkan dari putusan (bersifat final dan binding).
◦ Perbaikan : Kesalahan dalam perhitungan (error computation),
kesalahan pengetikan (typographical error), atau kesalahan yang
sama sifatnya dengan kesalahan terdahulu.
◦ Penambahan : Meralat (rectify) atau menyempurnakan hal-hal yang
“diabaikan” (omitted) dalam putusan, tentang hal-hal yang sudah
diajukan sebagai tuntutan pada proses pemeriksaan arbitrase.
◦ Hukum : yang telah di tunjuk berdasarkan kesepakatan para pihak.
Apabila para pihak tidak merujuk hukum tertentu, Mahkamah Arbitrase
merujuk kepada hukum yang sesuai dengan perselisihan.
Pemeriksaan Ditutup/Dibuka
Kembali
◦ Ditutup : Tidak ada lagi alat bukti atau saksi yang
hendak diajukan.
◦ Dibuka kembali : Harus didasarkan atas keadaan yang
sangat eksepsional. dan benar-benar berdasar atasan
yang sangat penting, dapat dilakukan Mahkamah
Arbitrase pada setiap saat sebelum putusan diambil,
serta boleh atas pendapat Mahkamah sendiri atau
atas permintaan para pihak.
Conciliation Rules
◦ UNCITRAL MODEL LAW ON INTERNATIONAL COMMERCIAL
CONCILIATION (2002)
◦ Conciliator :
◦ satu orang atau dua atau lebih, sesuai kebutuhan kasus yang
diajukan
◦ Conciliator ketiga dapat ditunjuk oleh Negara yang memohon
konsiliasi
◦ Keputusan conciliator hanya bersifat rekomendasi
◦ Conciliator tidak mempunyai kewenangan untuk memaksa
para pihak melaksanakan keputusan.
International Conciliation :
◦ Subjek di dalam kontrak perjanjian adalah Negara yang
berbeda
◦ Objek di dalam kontrak perjanjian berada di luar Negara /
terletak di lintas batas Negara
◦ konsiliasi diadakan di tempat objek yang disengketakan
◦ Atau yang terdekat dengan Negara pemohon
◦ International Conciliation diadakan sesuai kesepakatan para
pihak
◦ Konsiliasi dapat dituangkan dalam perjanjian, atau
disepakati setelah terjadi sengketa para pihak, atau
berdasarkan usulan dari pengadilan, arbitral tribunal,
atau lembaga pemerintah yang kompeten.
Konsiliasi tidak boleh diadakan
apabila :
◦Untuk menyangkal keputusan arbitrase
◦Sebagai upaya banding terhadap putusan
pengadilan
◦Sengketa sedang dalam proses arbitrase
◦Sengketa sedang dalam proses di pengadilan
Tahapan proses konsiliasi
◦ Konsiliasi telah disepakati sebelumnya
◦ Pihak satu memberikan notifikasi kepada pihak yang
lain terkait undangan untuk konsiliasi
◦ Apabila dalam waktu 30 hari sejak notifikasi terkirim
atau sesuai waktu yang diberitahukan dalam notifikasi,
tidak ada jawaban dari pihak lain, maka dianggap
permintaan konsiliasi ditolak dan konsiliasi batal
dilakukan
Conciliator (s)
◦ Konsiliator paling sedikit berjumlah satu orang
◦ Konsiliator dapat ditunjuk oleh para pihak
◦ Para pihak dapat meminta rekomendasi dari intstansi terkait
untuk penunjukan konsiliator
◦ Konsiliator berdasarkan rekomendasi harus independen dan
berkebangsaan berbeda dengan para pihak
◦ Seorang yang telah ditunjuk sebagai konsiliator harus
segera mungkin memberitahukan apabila timbul keraguan
atas sikap independennya
◦ Selama proses konsiliasi, konsiliator harus adil, independen, dan tidak boleh menunda
dalam memeriksa perkara
◦ Proses konsiliasi dapat dilakukan dengan pertemuan konsiliator dengan para pihak,
atau konsiliator dengan salah satu pihak secara bergantian
◦ Hal yang bersifat rahasia yang diinformasikan oleh satu pihak kepada konsiliator, tidak
boleh diberitahukan kepada pihak lain
◦ Kecuali ada kesepakatan lain, semua informasi yang diterima konsiliator bersifat
rahasia, atau kecuali harus dituangkan dalam pelaksanaan settlement agreement
Persyaratan administrasi untuk proses
konsiliasi :
◦ Notifikasi dari satu pihak kepada pihak lainnya untuk melakukan konsiliasi
◦ Saran yang dibuat oleh masing-masing pihak dalam konsiliasi sehubungan dengan
kemungkinan penyelesaian sengketa
◦ Pernyataan yang dibuat oleh masing-masing pihak selama proses konsiliasi
◦ Proposal yang dibuat oleh konsiliator
◦ Fakta bahwa masing-masing pihak menerima proposal penyelesaian sengketa dari
konsiliator
◦ Sebuah dokumen yang disiapkan hanya untuk kepentingan proses konsiliasi
◦ Persyaratan diatas berlaku terlepas dari apapun informasi yang tertuang didalamnya
Penghentian proses konsiliasi
◦ Adanya kesepakatan dari para pihak terhadap settlement
agreement
◦ Adanya pernyataan dari konsiliator, bahwa upaya konsiliasi tidak
dapat dibenarkan
◦ Adanya pernyataan para pihak yang ditujukan kepada
konsiliator untuk menghentikan proses konsiliasi
◦ Adanya pernyataan dari salah satu pihak, yang ditujukan
kepada pihak lainnya dan konsiliator, yang berakibat
dihentikannya proses konsiliasi
Konsiliator tidak dapat bertindak
sekaligus sebagai arbiter
◦ Terhadap sengketa yang sedang dalam proses
konsiliasi
◦ Terhadap sengketa lain yang timbul dari kontrak /
perjanjian yang sama
◦ Terhadap sengketa pernjanjian lain yang mempunyai
hubungan hukum dengan perjanjian yang sedang
dalam proses konsiliasi
◦ Apabila para pihak sepakat untuk melaksanakan
putusan konsiliasi, maka para pihak dapat
menuangkannya dalam suatu perjanjian, dan
perjanjian itu bersifat final dan mengikat para pihak
Annex II
UNCITRAL Model Law on International Commercial
Mediation and International Settlement Agreements
Resulting from Mediation, 2018
◦ Tujuan dari mediasi adalah sebagai upaya untuk mencapai penyeleseaian sengketa
yang timbul dari kontrak / perjanjian.
◦ Mediator tidak berwenang memaksa para pihak untuk melaksanakan putusan
mediasi.
◦ Putusan mediasi bersifat Final dan mengikat para pihak yang menyetujuinya.
Mediasi internasional
◦ Para pihak dalam mediasi adalah Negara yang berbeda.
◦ Objek dalam perjanjian berada di lintas batas Negara
◦ Terkait perjanjian perdagangan internasional
◦ Negara yang terkait dengan perjanjian yang sedang disengketakan
◦ Jika objek perjanjian terletak di lebih satu Negara, maka mediasi dapat
dipilih akan diadakan di tempat objek terdekat, atau di tempat domisili
para pihak.
◦ Para pihak bebas untuk menyepakati mengikuti atau tidak hasil mediasi
◦ Kesepakatan penyelesaian sengketa melalui mediasi
dapat dilakukan sebelum atau sesudah terjadinya
sengketa
◦ Mediasi dapat dilakukan sebagai upaya penyelesaian
sengketa, atau atas saran dari pengadilan, atau atas
saran dari lembaga arbitrase atau lembaga
pemerintah lain yang kompeten
◦ Mediasi tidak boleh dilakukan saat kasus sedang dalam
proses peradilan atau proses arbitrase
Hubungan pasal 4 dan pasal 7
ketentuan lain dapat disimpangi kecuali ketentuan pasal 7(3)

◦ Mediasi harus diadakan dengan menghasilkan keputusan yang


adil bagi para pihak.
◦ Mediasi dapat diadakan sesuai dengan aturan yang disepakati
para pihak, apabila para pihak tidak menentukan aturan dalam
mediasi maka mediator dapat menentukan.
◦ Mediasi bertujuan untuk penyelesaian sengketa dengan cepat
◦ Dalam setiap tahap mediasi, mediator harus membuat proposal
penyelesaian sengketa
◦ Proses mediasi dilakukan setelah salah satu pihak mengirimkan
undangan kepada pihak lain untuk melakukan mediasi
◦ Apabila dalam jangka waktu 30 hari setelah undangan diterima,
atau sesuai jangka waktu yang ditentukan dalam undangan,
pihak lainnya tidak memberikan konfirmasi, maka mediasi
dianggap ditolak.
◦ Mediator dapat berjumlah satu orang atau lebih sesuai keinginan para pihak.
◦ Dalam penunjukan mediator, para pihak dapat meminta saran dari lembaga atau ahli
yang kompeten.
◦ Ahli atau lembaga harus memberikan rekomendasi mediator yang independen, tidak
memihak dan punya kualifikasi yang memadai.
◦ Ketika mediator yang ditunjuk merasa ragu terhadap independensinya, maka dia
harus menyampaikan keraguannya.
◦ Mediasi harus diklakukan dengan segera setelah mediator menerima penunjukannya.
◦ Mediator dalam melakukan mediasi dapat bertemu para pihak secara bersama-
sama, atau terpisah.
Informasi rahasia
◦ Segala informasi yang diterima mediator selama masa
mediasi adalah bersifat rahasia, kecuali para pihak
menghendaki lain.
◦ Atau kecuali demi penegakan hukum dan keadilan
untuk penyelesaian sengketa.
Dokumen mediasi harus
mencantumkan
◦ Undangan yang dikirim dan diterima para pihak
◦ Kesediaan para pihak untuk melakukan mediasi
◦ Pernyataan para pihak untuk kemungkinan penyelesaian sengketa
melalui mediasi
◦ Proposal yang dibuat oleh mediator
◦ Dokumen lain yang terkait proses mediasi untuk penyelesaian sengketa.
◦ Bukti tidak dapat diterima apabila sudah digunakan dalam
proses pengadilan atau arbitrase atas kasus yang sama,
kecuali untuk tujuan penegakan hukum demi penyelesaian
sengketa
Berakhirnya mediasi
◦ Kesepakatan penyelesaian sengketa telah tercapai, ditandai
dengan :
◦ Atas persetujuan para pihak
◦ Adanya deklarasi oleh mediator

◦ Keputusan mediator bersifat final dan mengikat


para pihak
Mediator tidak dapat bertindak
sebagai arbiter, kecuali
◦ Disepakati oleh para pihak
◦ Adanya kasus lain yang timbul dari perjanjian yang sama
dengan kasus sebelumnya
◦ Adanya hubungan hukum antar kontrak dengan kasus
sebelumnya
Kesepakatan pelaksanaan putusan mediasi
dapat dituangkan dalam bentuk tertulis, atau
media elektronik.
◦ Sengketa yang dimaksud oleh Model Law ini adalah sengketa di
bidang komersial
◦ Tidak berlaku untuk transaksi yang bersifat pribadi , untuk
keperluan rumah tangga atau keluarga
◦ Tidak berlaku untuk hukum keluarga, warisan atau
ketenagakerjaan
◦ Tidak berlaku terhadap kasus yang telah diputus oleh
pengadilan
◦ Tidak berlaku untuk kasus yang penyelesaiannya telah
ditentukan dan disepakati akan ditegakan melalui arbitrase
Ketentuan umum pasal 17
◦ Mediasi dilakukan menurut peraturan UNCITRAL ini
◦ Apabila timbul permasalahan setelah adanya
penyelesaian, maka dapat diajukan bukti bahwa
masalah telah selesai
Para pihak yang telah menyelesaiakan masalahnya dapat
memberitahukan instansi terkait di negaranya dengan
mencantumkan :

◦ Kesepakatan yang ditandatangani para pihak


◦ Bukti bahwa masalah telah selesai melalui mediasi
◦ Tanda tangan mediator yang bersangkutan
◦ Dokumen bukti bahwa mediasi telah selesai dilakukan dengan
tanda tangan mediator
◦ Pengesahan lembaga pengelola mediasi
◦ Jika diperlukan, Negara dapat meminta dokumen diterjemahkan
kedalam bahasa nasionalnya
Para pihak dapat meminta bantuan dari otoritas lembaga terkait
untuk menyelesaikan masalah.
Namun lembaga tersebut dapat menolak dengan alasan :

◦ Salah satu pihak di dalam perjanjian berada dalam ketidakmampuan


◦ klausul perjanjian mustahil untuk dilaksanakan
◦ Perjanjian telah dimodifikasi
◦ Klausul dalam perjanjian telah dilakukan
◦ Tidak sesuai aturan / norma yang berlaku
◦ Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh mediator
◦ Mediator gagal mengungkap kebenaran
◦ Otoritas Negara dapat meminta salah satu pihak penundaan
pelaksaan putusan dalam kondisi tertentu,
◦ Dalam hal itu, pihak lainnya diharapkan memberikan
kesempatan kepada pihak satunya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai