Anda di halaman 1dari 37

CASE REPORT

FISTULA PERIANAL

Oleh:
NISRINA AFIFAH
1718012143

Pembimbing :
dr. IRFANSYAH, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


SMF ILMU BEDAH
RSUD JEND. AHMAD YANI METRO
2019
Nama : Tn. H

No. RM : 27.09.81

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 20 tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Yosodadi, Metro


Riwayat Penyakit Dahulu
• Penyakit terdahulu : Tidak ada
• Trauma terdahulu : Tidak ada
• Operasi : Tidak ada
• Sistem Saraf : Tidak ada
• Sistem Kardiovaskular : Tidak ada
• Sistem Gastrointestinal : Tidak ada
• Sistem Urinarius : Tidak ada
• Sistem Genitalis : Tidak ada
• Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat anggota keluarga dengan keluhan yang
sama
KELUHAN UTAMA

Benjolan disebelah lubang anus


sejak ±4bulan yang lalu

Your Text Here


KELUHAN
ANAMNESIS TAMBAHAN
Benjolan terkadang pecah
Autoanamnesa pada tanggal dan mengeluarkan
6 Maret 2019 darah/nanah
STATUS PRESENT STATUS GENERALIS

Kelainan mukosa kulit/subkutan yang


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
menyeluruh :
Kesadaran : Compos mentis
Pucat : (-)
GCS : 15, E: 4, V: 5, M: 6
Sianosis : (-)
BB : 75 kg
Ikterus : (-)
TB : 165 cm
Oedem : (+)
Tekanan darah : 120/60mmHg
Turgor kulit : Baik
Pernafasan : 20 x/menit
Pembesaran KGB : Oksipital (-),
Nadi : 76 x/menit
retroaurikular (-), aksila (-), inguinal (-)
Suhu : 36,90C
Bentuk dan ukuran: Normocephal, simetris
Mata
Konjungtiva
Sklera
: Anemis (-/-)
: Ikterik (-/-)
1
Reflek cahaya : (+/+)
Pupil : isokor
2
Palpebra : edema (-/-)
Telinga : Bentuk normal, liang lapang.
Hidung : Deviasi septum (-), mukosa merah muda
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal LEHER
Mulut : Sianosis (-), pucat (-), stomatitis (-) perdarahan (-) Bentuk : Simetris
Gigi : Gigitivitis (-), caries (-) Trakea : Deviasi (-)
JVP : Normal (5+2)
KGB : Tidak teraba
pembesaran
THORAK
Jantung 3
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pulsasi di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Batas pinggang jantung : ICS ll parasternal dextra
Auskultasi : BJ I dan II normal reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru
Inspeksi : simetris, luka (-)
Palpasi : fremitus taktil (+), massa (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
ABDOMEN
Inspeksi : Datar, simetris 4
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,ballottement (-)
Perkusi : Tympani diseluruh kuadran abdomen,
Shifting Dullness(-) 5
Auskultasi : Bising usus (+) normal

EKSTREMITAS
Superior : Akral dingin, sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : Akral dingin, sianosis (-/-), edema pitting (-/-),
GENITALIA
Tidak terpasang kateter , tidak terdapat lesi pada penis, dan
tidak terdapat tanda tanda hematom

PERIANAL
• Inspeksi:
Tampak benjolan pada regio perianal arah jam 5. Lendir ( + )
• Palpasi:
Nyeri tekan, teraba fistel konsistensi kenyal, tepi merata
Anggota gerak
10

Status Neurologis

Motorik
Kekuatan : 5-5-5-5

Gerakan
Dekstra : Aktif
Sinistra : Aktif
Tonus : Normotonus
Klonus :-

Reflek Fisiologis : + normal


Hasil laboratorium pada tanggal 1-3-2019
 Hemoglobin = 17,8 (N14-18) g/dL
 Leukosit = 7,54 (N 5000-10.000) /uL
 Eritrosit = 6,04jt (N 4,37-5,63) juta/uL
 Hematokrit = 53,2 (N 41-54) %
 Trombosit = 248.000 (N 150.000-450.000/uL)
 GDS = 119 (N: <140) mg/dL
 BT = 2 menit
 CT = 11 menit
Rotgen Thorax PA

Hasil Ro/Thorax Tn. H


 Pulmo dalam batas normal
 Besar cor normal
• Pasien datang ke RSUD A.Yani dengan keluhan adanya benjolan Benjolan
disebelah lubang anus sejak ±4bulan yang lalu. Benjolan tersebut terasa nyeri
dan kdang pecah mengeluarkan darah bercampur nanah. Pasien sering
merasa tidak nyaman karena adanya benjolan tersebut
• Dalam penilaian status generalis, Pasien tampak sakit sedang dengan
kesadaran Compos mentis, dengan pemeriksaan TTV , Nadi: 76x/menit ,
Tekanan darah: 120/60 mmHg, Suhu: 36,9C, RR : 20x/menit ,
• Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan:
Inspeksi: Tampak benjolan pada regio perianal arah jam 5. Darah ( - ) Lendir ( - )
Palpasi: Nyeritekan, teraba fistel konsistensi kenyal, tepi merata
TATALAKSANA
-

• IVFD RL 20 tetes/menit
• Ketorolac 3x30mg amp
• Ceftriaxone 2x1 gr
• Metronidazole 1x500mg
• Konsul Spesialis Bedah Fistulektomi
PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : ad bonam

2. Quo ad funtionam : ad bonam

3. Quo ad sanam : ad bonam


TINJAUAN PUSTAKA
 Fistula perianal adalah saluran abnormal yang dibatasi oleh
jaringan granulasi, yang menghubungkan satu ruang (dari lapisan
epitel anus atau rektum) ke ruang lain, biasanya menuju ke
epidermis kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke organ lainnya
seperti kemaluan.

 Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses, tetapi tidak


semua abses menjadi fistula. Fistula perianal juga dapat terjadi
pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan pada usus,
seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis ulseratif,
penyakit Crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan
infeksi lain pada daerah anorektal.
 Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40
tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang.
 Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak
semua abses menjadi fistula).
 Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus
atau rektum. Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari
pengeluaran nanah pada abses anorektal.
Terdapat sekitar 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut
menjadi fistel perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak
dapat diketahui.
Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses
adalah Escherichia coli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp.
A = Infeksi dari usus menyerang kriptus
analis atau kelenjar analis lain. Proses
primer ini terjadi pada linea dentata ; B dan
C = Infeks menyebar ke jaringan perianal
dan perirektal secara tidak langsung
melalui system limfatik atau secara
langsung melalui struktur kelenjar ; D =
Terbentuk abses ; E = Abses pecah spontan,
menorehkan lubang pada permukaan kulit
perianal dan terbentuk fistula komplit ; F =
Abses kolaps, meninggalkan traktus fistula.
Prevalensi terbentuknya fistula setelah • Fistula intersphincteric  berawal dalam ruang
drainase abses anorektal sebesar 30%. diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna dan
bermuara berdekatan dengan lubang anus.
• Fistula transsphincteric  berawal dalam ruang
diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna,
kemudian melewati M. Sfingter Eksterna dan
bermuara sepanjang ½ inchi di luar lubang anus.
• Fistula suprasphincteric  berawal dari ruang
diantara M. Sfingter Eksterna dan Interna dan
membelah ke atas M. Puborektalis lalu turun
diantara puborektal dan M. Levator ani lalu
muncul ½ inchi di luar anus.
• Fistula extrasphincteric  berawal dari
rektum/colon sigmoid dan memanjang ke bawah,
melewati M. Levator ani dan berakhir di sekitar
anus. Biasanya akibat dari trauma, Chron’s
Disease, dan abses supralevator.
 Fistula ani terdiri lubang interna dan
eksterna.
 Dengan melihat adanya lubang externa
dapat diperkirakan letak lubang internanya
dan salurannya dengan Goodsall’s rule.
Secara umum, jika lubang eksterna berada di
sebelah anterior dari anal tranversal line
maka salurannya berjalan radier membentuk
garis lurus.
 Sebaliknya bila lubang eksterna berada di
sebelah posterior dari anal transversal line
maka saluran akan melengkung menuju
posterior midline.
 Bisanya fistula mengeluarkan nanah atau feces, berdarah,
ekskoriasi, eritema pada kulit, indurasi, fluktuasi dan
terdapat eksternal opening.
 Gejala lain yang menyertai berupa diare, nyeri perut,
kehilangan berat badan dan perubahan kebiasaan defekasi.
Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi
sistemik disertai dengan gejala yang berhubungan.
Anamnesis
 Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal
dengan selang waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah
sedikit-sedikit.
 Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk
 Ulkus
 Keluar cairan purulen
 Benjolan (Massa fluktuasi)
 Pruritus ani
 Demam
 Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus
 General malaise
 Ditemukan satu atau lebih eksternal opening fistula atau
teraba adanya fistula di bawah permukaan kulit.
 Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses
belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi
oleh jaringan granulasi.
 Internal opening fistula dapat dirasakan sebagai daerah
indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis dentata.
 Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir
selalu hanya satu internal opening.
Pemeriksaan Laboratorium
 Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan
Pemeriksaan Radiologi
 Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal,
diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray
oblik untuk melihat jalur fistula.
 Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser
7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat
differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter.
Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding
rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
 MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,
untuk memperbaiki rekurensi.
 CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan
evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan
administrasi kontras oral dan rektal.
 Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi
penyakit inflamasi usus.
 Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter
berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula
karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang
yang mengenai sphincter ani.
 Hidradenitis supurativa merupakan radang kelenjar keringat
apokrin yang biasanya membentuk fistula multiple subkutan
yang kadang ditemukan di perineum dan perianal. Penyakit ini
biasanya ditemukan di ketiak dan umumnya tidak meluas ke
struktur yang lebih dalam.
 Fistel proktitis dapat terjadi pada TBC, amubiasis, infeksi
jamur. Kadang fistula koloperineal disebabkan oleh benda
asing atau trauma.
 Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa
menyebabkan inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung
dari jenis fistulanya sendiri.
 Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan
fistulotomy (membuka tract fistula), kuretase, dan
penyembuhan sekunder.
 .
Terapi pembedahan:
 Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang
kulit, dibiarkan terbuka,. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan
fistulotomi.
 Fistulektomi : Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya
untuk menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani
adalah membiarkannya terbuka.
 Advancement Flap : Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi
keberhasilannya tidak terlalu besar.
 Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP)
ke dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan
diserap oleh tubuh.
Pasca Operasi
 Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama
setelah operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan
rawat inap beberapa hari.
 Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari
luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar.
 Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah
pantat dengan cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin.
Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika,
analgetik dan laksatif.
 Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali
bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri
sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka
sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.
Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :
 Retensi urin
 Pendarahan
 Impaksi tinja

Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :


 Kambuh
 Inkontinensia
 Stenosis Anal
 Penyebuhan luka yang lambat
 Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau
dikeluarkan, cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah
menutup luka sebelum jaringan granulasi menempel permukaan.
 Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan dilaporkan
adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-
7%.
 Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan
adalah 0-17% dan tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-
17%.
 Setelah flap mukosa kemajuan, tingkat kekambuhan dilaporkan
adalah 1-17% dan tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 6-
8%.
 thankyou

Anda mungkin juga menyukai