Anda di halaman 1dari 30

Rifa Fauzia Yusuf

Kelompok 17
Tindakan yang dilakukan secara periodik untuk identifikasi
dan intervensi perubahan-perubahan fisiologis dengan
memperhatikan kecenderungannya.
1. PRE OPERATIF
• Persiapan pasien
• Identifikasi (Nama, jenis operasi, riwayat
pengobatan, dll)
• Baseline pasien (Vital Signs)
• Persiapan alat
• Kondisi alat dan mesin
• Obat-obatan yang tersedia
2. DURANTE OP
3. POST OP
• TUJUAN :
• Memastikan teknik anestesi
• Menjelaskan teknik anestesi kepada pasien
• Identifikasi kondisi pasien yg dapat meningkatkan risiko operasi
• Menenangkan pasien
• Informed consent
• KLINIS :
• Jenis rencana operasi (elektif/emergensi)
• Kondisi pasien
• EVALUASI RISIKO OPERASI (ASA)
• EVALUASI JALAN NAPAS
• Inspeksi : buka mulut, gigi, lidah, pembengkakan, deviasi trakea/larinf,
kaku leher
• Mallampati
• Pertimbangkan intubasi : sulit/mudah
• Pemeriksaan penunjang yang perlu dipertimbangkan :
• Darah
• Urinalisis
• Fungsi paru
• Rontgen toraks
• EKG
• Echocardiography
MENURUNKAN RISIKO ASPIRASI
• Pasien dipuasakan;
• Untuk mengurangi isi lambung
• Menurunkan risiko asfiksia/pneumonitis aspirasi
• Puasa :
• 6 jam makanan padat
• 4 jam susu
• 2 jam minuman
Ideal pembedahan
dengan jenis
anestesi?

Umum Kombinasi Blok regional Lokal

bedah abdomen,
kardiotoraks, Ortopedi, trauma Intervensi obstetrik, Eksisi lesi kulit,
ginekologi, trauma mayor ortopedi operasi katarak
mayor,ortopedi
• PEMERIKSAAN PRE ANESTESI  INDUKSI

Monitoring dilakukan dari sebelum alat induksi


diberikan sampai pasien telah sepenuhnya pulih dari
anestesi.
Mengukur dan mencatat perubahan dan antisipasi
kejadian yg tidak diinginkan
Pemeriksan pre anestesi

Pasang akses IV

Setting peralatan monitoring

Pre-oksigenasi pasien

Pemberian agen induksi

Pertahankan ventilasi (bag & mask)


dan periksa kedalaman anestesi

Pemberian muscle relaxan

Amankan jalan napas


• Sebelum pemberian agen induksi, pasien bernapas dengan
100% oksigen via sungkup muka selama 3 menit
• Setelah pemberian agen induksi pre-oksigenasi
memperbolehkan trejadinya periode apnea (45 detik) slm
mengamankan jalan napas yang singkat.
UKURAN KANULA (WARNA) KECEPTAN RATA-RATA
KRISTALOID (L/H)
14g (orange) 16,2
16G (abu-abu) 10,8
18G (Hijau) 4,8
20G (merah muda) 3,2
22G (Biru) 1,9
24G (Kuning)
• STANDARD I

Petugas anestesi yang memenuhi syarat harus hadir di


ruangan selama melakukan semua anestesi umum, anestesi
regional dan perawatan anestesi yang dipantau dan
memberikan antisipasi segera terhadap perubahan
abnormal yang terjadi
• STANDARD II
Selama prosedur anestesi, oksigenasi pasien, ventilasi,
sirkulasi dan suhu harus terus dievaluasi
• KEDALAMAN ANESTESI
• Dinilai selama induksi dan maintanace
• Dinilai :
• Hilang respons verbal dan kelopak mata, refleks
kornea, pergerakan otot
• Peningkatan denyut jantung dan TD selama stimulasi
noxious (intubasi, laringoskopi
• KEHILANGAN DARAH
• Untuk memastikan tatalaksanan cairan adekuat
• Dinilai :
• Kain penyeka basah
• Volume darah pd kontainer suction
1. airway obstruction
• Lidah jatuh ke posterior faring

• Laringospasme

• glottic edema

• secretions/vomit/blood in the airway

• external pressure on the trachea (e.g. neck hematoma)


stridor
Obstruksi
parsial
snooring

Gejala
Tidak ada
suara napas

Obstruksi total Gerakan


paradoksikal
dada terhadap
napas
• Oksigenasi, head lift, jaw thrust, oral or nasal airway, atau
reintubasi.
• Laringospasme management
• positive pressure mask ventilation
• oral or nasal airway
• suctioning
• small dose of succinylcholine if refractory, intubation
• cricothyroidotomy or jet ventilation
2. Hipoventilasi

• Efek residual depresan, muscle relaxant


• Disfungsi diafragma karena operasi toraks
atau abdomen bagian atas
• Tight abdominal dressing
• Intubasi (hemodynamically unstable, severely obtunded, etc.)

• Opioid antagonis (naloxone 0.04 mg IV) bila ada kemungkinan


overdosis opioid

• Bila paralisis residual berikan inhibitor cholinesterase

• Tingkatkan kontrol nyeri


3. Hipoxemia

• Pneumothorax

• Obstruksi bronkial oleh darah atau sekresi lain


menyebabkan kolaps, aspirasi, bronkospasme
edema pulmonal dan atelektasis.
restlessness, takikardia,
The early signs dan ventrikular atau
atrial disritmias.

hipotensi, obtundasi,
The late signs bradikardi, dan cardiac
arrest
• Pemberian O2 (nonrebreather mask)
• Bila gejala masih ada, pertimbangkan intubasi hingga
penyebab utama ditemukan
1. Decreased preload
• Hypovolemia (most common)
− “third spacing” (fluid sequestration)
− bleeding
− Wound drainage
• Venodilation due to spinal/epidural anesthesia
• Pericardial tamponade
• Tension pneumothorax
• Air embolism
2. Left ventricular dysfunction (impaired contractility)
• Severe metabolic derangements (acidosis, sepsis, hypoxemia)
• Myocardial infarction
• Volume overload
• Dysrhythmias

3. Arterial vasodilatation (decreased afterload)


• Possible inflammatory response
• Anesthetic related
• 20–30% baseline decrease in blood pressure
• disorientation, change in consciousness
• nausea
• decreased urine output
• Angina.
a. Keadaan umum penderita

Penderita gawat harus di observasi b. Kesadaran penderita

c. Kelancaran jalan nafas (air Way).


Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit
sesuai dengan tingkat kegawatannya.
d. Kelancaran pemberian O2
Hal-hal yang perlu diobservasi :
e. Tanda-tanda vital : - Tensi - Nadi - Respirasi /
pernafasan – Suhu

f. Kelancaran tetesan infus

Anda mungkin juga menyukai