Anda di halaman 1dari 30

TBC, HIV,MENINGITIS

Kelompok 4 :

Nur Kholifatur R (11161040000004)


Nadia Ikhwani Parastuti (11161040000011)
Annisa Putri Utami (11161040000013)
Rizkiyah Ayu W (11161040000025)
Monalisa Putri (11161040000028)
Tutty Alawiyah (11161040000034)
Nur Wasilah (11161040000037)
Dwi Nur Royha (11161040000079)

PSIK 2016 A
1
LEARNING OBJECTIVE
1. TBC 2. Asuhan Keperawatan
a. Definisi a. Pengkajian Umum
b. Etiologi b. Pengkajian Khusus + Pemeriksaan
c. Tanda & Gejala Penunjang
d. Patofisiologi c. Analisa Data
e. Komplikasi d. Diagnosa Keperawatan
f. Pencegahan e. Rencana Keperawatan (NOC & NIC)
g. Pengobatan

2
A. DEFINISI

• Penyakit tuberkulosis berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan


bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama
(mycobacterium tuberculosis).

• TBC merupakan infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberkulosis yang dapat menyerang berbagai organ tubuh mulai dari
paru dan organ di luar paru, seperti kulit, tulang, selaput otak, usus serta
ginjal yang sering disebut ekstrapulmonal TBC.

3
B. ETIOLOGI
• Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab terjadinya
penyakit tuberkulosis. Bakteri ini pertama kali dideskripsikan pada
tanggal 24 maret 1882 oleh Robert Koch.

• Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap


warna dengan asam alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam
(BTA).

4
Sifat- sifat Mycobacterium Tuberculosis

• Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada suhu 6°C selama 15-
20 menit
• Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam
• Dalam dahak, bakteri ini dapat bertahan selama 20-30 jam
• Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari
• Dalam suhu kamar, biakan basil ini dapat hidup selama 6-8 bulan dan
dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2 tahun

5
C. TANDA DAN GEJALA
• Batuk berdahak lebih dari tiga minggu
• Batuk berdahak
• Sesak nafas
• Nyeri dada
• Berkeringat pada malam hari
• Demam tinggi
• Meriang
• Penurunan berat badan

6
D. PATOFISIOLOGI
• Masuknya virus HIV kedalam tubuh

 Pengguna atau pemakai narkoba suntuik biasanya menggunakan jarum suntik secara bersamaan,
karena sulit untuk mendapatkan suntikan yang baru. Jenis narkoba suntik biasanya membawa efek
samping yaitu meningkatnya seksualitas sehingga kebanyakan dari pengguna akan melakukanseks
bebas berganti pasangan. Selain itu, mereka akan “gila” seks sehingga biasanya melakukan lewat
anus yang memiliki mukosa yang tipis sehingga mudah berdarah.
 Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV pertama kali oleh dendrit pada membran mukosa dan kulit. Sel
terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa. HIV merupakan retrovirus yang
memungkinkan mereplikasi DNA menjadi RNA sehingga bisa menginfeksi dan di ubah kembali
menjadi DNA. DNA akan membuat virus baru yang akan menginfeksi sel sel baru atau berada di sel
yang hidup panjang atau limfosit sel CD4 (sel T pembantu).

7
• HIV menyebabkan ruam, diare, batuk, demam
 Pada proses awal akan terjadi peningkatan aktivitas. Pada pada tingkat sel seluler akan diaktifkan IL-
1 dan IFN ɤ yang selanjutnya mengaktifkan PGE2 yang menyebabkan peningkatan set point sehingga
terjadi demam. IL-1 yang meningkat juga bisa menyebabkan nafsu makan menurun.
 Pada DNA yang mengandung virus yang juga akan menyerang sitoplasma dan mensintesa RNA virus
baru di inti sel sehingga menyebabkan ruam

• Penyakit TB terhadap HIV


 Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan cepat, yang membuat
individu terinfeksi HIV akan mungkin karena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan
thymus untuk memproduksi sel limfosit T. TB merupakan infeksi oportunistik pada HIV. TB dapat
merangsang HIV dapat lebih cepat menggandakan diri dan memperburuk infeksi HIV yang
menyebabkan terjadinya AIDS. Karena adanya TB fungsi fagosit menurun dan terjadi infeksi
citomegalovirus (CMV) yang mengakibatkan kesadaran menurun.

8
• Proses TB
 Droplet mycobacterium tubercolosis masuk saluran nafas , kemudian menembus mekanisme
pertahanan sistem pernafasan dan berkolonisasi di sluran nafas bawah. Sehingga mengaktifkan
respon imun dan terjadi inflamasi. Karena adanya inflamasi mengakibatkan pembentukan serotinin
yang akan merangsang melaconocortin sehingga asupan nutrisi berkurang dan mengakibatkan
berat badan menurun

• Patofisiologi TB – Meningitis
 Bakteri membawa basil TB ke sirkulasi serebral dan menyebabkan lesi primer TB. Meningitis TB
terjadi akibat pelepasan basil ke dalam ruang meningens dari lesi subependimal atau bertambahnya
ukuran rich-foci (lesi primer) kemudian ruptur/robek ke dalam subarachnoid meningen sehingga
terdapat eksudat (cairan akibat radang atau inflamasi dapat menyebabkan obstruksi aliran CSS yang
mengakibatkan hidrosefalus (penumpukan cairan di rongga otak).

9
E. KOMPLIKASI
• Tb Milier
Tuberkulosis Milier terjadi bila fokus di parupecah dan masuk ke dalam arteri atau vena sehingga
terjadi bakterimia. Pemeriksaan funduskopi mata seringmenunjukkan gejala patognomonik
padasebagian besar kasus, yaitu ditemukannya tuberkel koroid. Dan pada sebagian penderita bisa
ditemukan tanda-tanda meningitis.
Dalam pemeriksaan sumsum tulang didapatkan tuberkel-tuberkel dan gambaran darah tepi dapat
menyerupai leukemia berupa leukositosis dan lekosit-lekosit muda, gambaran Rongent foto berupa
gambaran badai salju. Infiltrat-infiltrat yang halus berukuran beberapa mm, tersebar dikedua
lapangan pandang paru. Gambaran radiologik berupa lesi paru yang lebih besar, yaitu berupa infiltrat
lober atau linfadenopati hilus.

• Meningitis tb
 Disebabkan oleh pembentukan tuberkel di otak, selaput otak atau medula spinalis, akibat
penyebaran kuman secara hematogen selama masa inkubasi infeksi primer atau selama perjalanan
tuberkulosis kronik walaupun jarang

10
F. PENCEGAHAN
• Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama
beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif.
• Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup kecil di mana udara
tidak bergerak.
• Tutup mulut mengunakan masker.
• Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan (air sabun).
• Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
• Hindari udara dingin. Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur.
• Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
• Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh
digunakan oleh orang lain.
• Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.

11
G. PENGOBATAN
Pengobatan Tuberkulosis Paru menggunakan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) dengan metode Directy Observed Treatment (DOTS)

• Kategori I ( 2 HRZE / 4 H3R3) untuk pasien TBC


• Kategori II ( 2 HRZES / HERZE/ 5H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori I nya gagal / pasien kambuh)
• Kategori III (2 HRZ/ 4 H3RE) untuk pasien baru dengan BTA (-)
• Sisipan (HRZE) digunakan sehingga tambahan bila pada pemeriksaan
akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemukan BTA (+)

12
Kategori:
• Tahap diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE)
- INH (H) = 300 mg- 1 tablet
- Rifampisin (R) = 450 mg- 1 kaplet
- Pirazinamid (Z) = 1500 mg- 3 kaplet
- Etambutol (E) = 750- 3 kaplet
• Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali.

• Tahap Lanjutan diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3)
- INH (H) = 600 mg – 2 tablet
- Rifampisin (R) = 450 mg - 1 kaplet
• Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu sebanyak 54 kali.

13
Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis ( OAT)

• INH (Isoniazid)
- Derivat asam isonikotinat berkhasiat tuberkulostatis paling kuat terhadap mycobacterium
tuberculosis ( dalam fase istirahat) dan bersifat bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat.
- Efek samping neuropati perifer biasa terjadi jika ada faktor yang mempermudah diabetes, gagal
ginjal kronik, malnutrisi, HIV.

• Rifampisin
- Berkhasiat bakterisid luas terhadap fase pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis baik yang berada
di luar maupun didalam sel (ekstra- intraselullar). Obat ini mematikan kuman yang dormant selama
fase pembelahannya yang singkat.
- Efek samping, gangguan fungsi hati yang serius mengharuskan penghentian obat terutama pasien
riwayat penyakit hati.
Gejala toksisitas: Influenza, sakit perut, gejala pernapasan, syok, gagal ginjal.

• Pirazinamid
- Berkhasiat bakterisid hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif membelah mycobacterium
tuberculosis. Obat ini bermanfaat untuk meningitis tuberkulosis karena penetrasinya ke cairan otak.
- Efek samping adalah anoreksia dan iritasi saluran cerna.

14
• Etambutol
- Bekerja menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel
mati.
- Efek samping adalah gangguan penglihatan, kemampuan membedakan warna, mengecilnya
lapang pandangan.

• Streptomisin
- Bersifat bakterisid dan bakteriostatik. Penggunaannya penting pada pengobatan fase
intensif meningits TB.
- Efek samping yaitu demam.

15
ASUHAN KEPERAWATAN

16
A. PENGKAJIAN
ANALISA DATA

1. Nama : Tn. SH
2. Usia : 25 Tahun
3. Jenis kelamin : laki – laki
4. Keluhan utama : Badan terkadang demam terkadang tidak, stomatitis, diare / BAB cair sehari
lebih 10 kali sedikit tanpa darah dan tanpa lendir, batuk, dipsnea, nafsu
makan berkurang, mual dan muntah, keringat dingin malam hari.
5. Riwayat kesehatan
• Sekarang : Stomatitis, batuk, diare, keringat dingin, dispnea, nafsu makan berkurang,
kesadaran menurun, mual dan muntah.
• Lalu : 3 bulan lalu kulit melepuh merasa gatal dan kehitaman dibagian mata, tangan, alat
kelamin dan kaki.
6.Pola Fungsi Kesehatan
• Pola kebiasan lalu : riwayat penggunaan narkoba suntik dan pergaulan bebas
• pola makan : makan tidak teratur
• pola eliminasi : BAB cair lebih 10 kali sedikit tanpa darah dan tanpa lendir
17
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. PEMERIKSAAN UMUM • Brain

• Breathing  Kesadaran sebelum RS : Composmentis GCS 15


 Kesadaran setelah RS : Coma GCS 3
 Nafas sebelum RS : 22 kali permenit  Konjungtiva anemis
 Nafas setelah RS : 22 kali permenit  Sklera ikterik

 CTR > 50%


• Bladder
 Corakan vaskuler kasar 
 Terdapat infiltrat
• Bowel
 Mual dan muntah
• Blood  Tinggi badan 170 cm

 TD sebelum RS : 120/80 mmHg  Berat badan 40 kg

 TD setelah RS : 100/70 mmHg • Bone


 Nadi sebelum RS : 90 kali permenit  Malaise

 Nadi setelah RS : 90 kali permenit  Sakit kepala


 Tanda kerniq positif
 Suhu sebelum RS : 38.6 derajat celcius  Kaku kuduk
 Suhu setelah RS : 38.6 derajat celcius  Ingin tidur terus menerus

18
b. PEMERIKSAAN KHUSUS

• PEMERIKSAAN KHUSUS TBC

 Pemeriksaan Dahak
Dahak yang baik diperiksa adalah dahak yang mukoporulen {nanah berwarna hijau kekuning
kuningan) dengan jumlah pengambilan 3 – 5 ml.
 Pemeriksaan Pleura
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan diagnosa.
 Pemeriksaan Thorax
Inspeksi adanya pembengkakan
Palpasi adanya nyeri dada dengan pengukuran wong baker face dan comparative pain scale
Auskultasi adanya suara tambahan seperti ronchi
Perkusi adanya bunyi tidak normal
 Pemeriksaan Bakteriologik
Untuk menemukan bakteri yang menyerang
19
• PEMERIKSAAN KHUSUS HIV
Tanya waktu tertular bila diketahui
Tanya apa pasangan sejawat pengguna narkoba
Riwayat penggunaan narkoba
Pemeriksaan mulut, adanya stomatitis atau penyakit gusi
Pemeriksaan KGB membesar atau tidak
Pengkajian kulit adanya kulit melepuh dan reaksi gatal

• PEMERIKSAAN KHUSUS MENINGITIS


Pemeriksaan kepala , adanya pembengkakan dan nyeri
Pemeriksaan mata, adanya reaksi pupil
Pemeriksaan mulut, terdapat lesi gusi dan lidah
Pemeriksaan ekstermits, adanya ptekie

20
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• PEMERIKSAAN PENUNJANG TBC • PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS
 Laboratorium: LED  Pemeriksaan Fungsi Lumbal
 Microbiologis: BTA sputum, kultur resistensi sputum
terhadap M. Tuberculosis Lumbal fungsi biasanya dilakukan untuk
o Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal,
bulan ke 2,4 dan 6. dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
o Pada kategori 2: spuntum BTA diulani pada akhir bulan ke tekanan intrakranial.
2.5 dan 8.
 Kultur BTA spuntum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan
akhir terapi.
 Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin
 Radiologis: foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis
awal dan akhir terapi. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin,
 Selama terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar
bulan dan 6 bulan. glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
 Imuno-Serologis:
o Uji kulit dengan tuberculin (mantoux)
o Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB d ari sputum

21
• PEMERIKSAAN PENUNJANG HIV

ELISA (enzyme-linked immunoabsorbent assay).


Elisa adalah suatu tes skrining yang digunakan untuk mendiagnosis HIV. Untuk mengidentifikasi
antibodi terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitif, tapi tidak selalu spesifik, maksudnya penyakit lain juga
bisa menunjukkan hasil positif sehingga menyebabkan positif palsu diantaranya penyakit autoimun ataupun
karena infeksi. Sensivitas ELISA antara 98,1%-100% dan dapat mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV
dalam darah.

Western Blot
Western Blot memiliki spesifisitas (kemampuan test untuk menemukan orang yang tidak mengidap
HIV) antara 99,6% – 100%. Namun pemeriksaannya cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar
24 jam. Tes Western Blot mungkin juga tidak bisa menyimpulkan seseorang menderita HIV atau tidak.
Oleh karena itu, tes harus diulangi setelah dua minggu dengan sampel yang sama. Jika test Western Blot
tetap tidak bisa disimpulkan, maka test Western Blot harus diulangi lagi setelah 6 bulan.

PCR (Polymerase Chain Reaction)


PCR untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitif dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes ini sering
digunakan bila hasil tes yang lain tidak jelas.
22
D. ANALISA DATA
Data Subjektif Data Objektif
 Tn. SH 25tahun laki- laki  9/10/13 pukul 10.00
 9/10/13 pukul 10.00 secara auto anamnesis : 1) BB 40 kg, TB 170 cm
1) Sejak 3 bulan lalu kulit melepuh, kehitaman di 2) GCS 15 E4V5M6 : CM
muka, tangan, alat kelamin dan kaki 3) TD 120/80 mmHg, HR 90 xpm, RR 22xpm, S 38.6°C
2) Terkadang demam 4) Konjungtiva anemis dan sclera ikterik
3) Stomatitis dan diare cair > 10x 5) SGOT 33 35 µ/L, SPGT 39<50 µ/L
4) Batuk 6) Leukosit 20.000 mm³
5) Dyspnea 7) Rontgen toraks PA : infiltrate
6) Keringat dingin saat malam 8) Pemeriksaan BTA : sewaktu (+) positif 1+, pagi (+)
7) Nafsu makan menurun positif 1+, sewaktu (+) positif 1+
9) Diberikan terapi rivampisin 450 mg, ARV,
salbutamol 1x2 mg, domperidon 2x1 k/p mual
muntah, paracetamol 500 mg 23
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF

 Dirujuk ke BBKPM :  Setelah satu minggu dirawat :


1) Dermatitis Fenikulata 1. GCS 3 E1V1M1 : Coma
2) Kulit gatal, hitam dan panas 2. TD 100/70 mmHg, HR 90 xpm, RR 22xpm, S 39.6°C
3) Malaise 3. Kaku kuduk : tanda kerniq (+), Tanda Burdzinski I & II (-)
4) Dyspnea dan saat beraktivitas bertambah sesak  Terapi farmakologi :
5) Batuk berdahak dan nyeri dada 1. O2 nasal 2-3 L/m
6) BB turun 9 kg ±2 bulan 2. IVFD Aminofluid 1 flash/hari
7) Stomatitis berkurang 3. Nebul ventolin /8jam inj
 Riwayat pengguanaan narkoba dan pergaulan bebas 4. Ranitidine 2x1 inj
 Setelah 1 minggu dirawat : 5. Streptomycin 1x1 gr IM (skin test) inj
1) Kesadaran menurun 6. Dexamethasone 3x1 amp inf
2) Lemas saat bangun tidur dan ingin tidur terus 7. Sanmol 3x1 flash inj
3) Tidak ada respon jika dipanggil dan hanya berespon pada malam hari 8. Ceftriaxone 1x2 gr
4) Makan dan minum disuapi 9. NGT – kateter
5) 2 hari terakhhir sakit kepala pada bagian tengkuk seperti tertusuk – 10. Per-oral : INH 150 mg, rivampicin 300 mg, pirazinamid 1000 mg,
tusuk dan berat ethambutol 500 mg, cotrimoxazole 1x960 mg
 Pasien dan keluarga belum mengerti mengenai kondisinya, prosedur
pengobatan dan pencegahan penyakit yang diderita saat ini

24
E. PENENTUAN DIAGNOSA
Data Masalah Etiologi
DO : RR 22 xpm Bersihan Jalan Napas Tidak Hipersekresi jalan napas
DS : Dispnea dan batuk berdahak Efektif
DO : RR 22 xpm dan kesadaran menurun GCS 3 ( Coma ) Gangguan Pertukaran Gas Perubahan membrane alveolus-kapiler
DS : Sakit kepala, Dispnea
DO : Kaku kuduk : tanda kerniq (+), Tanda Burdzinski I & II (-) Resiko Perfusi Serebral
DS : sakit kepala pada bagian tengkuk seperti tertusuk-tusuk dan berat Tidak Efektif

DO : leukosit 20.000 mm³ Hipovolemia Kehilangan cairan aktif


DO : S 38.6°C Hipertermia Proses penyakit ( infeksi )
DS : Terkadang demam
DO : TB 170 cm, BB 40 kg Defisit Nutrisi Kurang asupan makanan
DS : Nafsu makan menurun
DS : Kulit gatal kehitaman dimuka, tangan, alat kelamin dan kaki serta terasa Gangguan Integritas Kulit kekurangan volume cairan
panas
DS : Nafsu makan menurun, HIV, TB, Meningitis Resiko Infeksi
DO : BTA (+), dermatitis fenikulata, dan leukosit 20.000 mm³

DO : RR 22 xpm Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


DS : Dispnea saat berkativitas
DS : pasien dan keluarga belum mengerti mengenai kondisinya, prosedur Defisit Pengetahuan Kurang terpapar informasi
pngobatan dan pencegahan tentang penyakit yang dideritanya
25
• Dx.1 bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi jalan napas
• Dx.2 gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler
• Dx.3 resiko perfusi serebral tidak efektif
• Dx.4 hipovolemia b/d kehilangancairan aktif
• Dx.5 hipertermia b/d proses penyakit ( infeksi )
• Dx.6 defisit nutrisi b/d kurang asupan makanan
• Dx.7 gangguan integritas kulit b/d kekurangan volume cairan
• Dx.8 resiko infeksi
• Dx.9 intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
• Dx.10 defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

26
F. RENCANA KEPERAWATAN
DX NOC NIC

Dx.1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien, Pengihsapan lender jalan napas
status pernapasan : kepatenan jalan napas baik, dg KH : Aspirasi nasofaring dengan kanul suction sesuai kebutuhan
1. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret Masukan nasofaring airway unuk melakukan suction
2. Suara napas tambahan tidak ada
3. Akumulasi sputum tidak ada

Dx.2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Terapi oksigen
respiratory status : gas exchange baik, dg KH : Pertahankan kepatenan jalan napas
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi & oksigen yang adekuat Berikan oksigen tambahan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara yang bersih serta mampu Amati tanda – tanda hipoventilasi induksi oksigen
bernapas dengan baik

Dx.3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Monitor TTV
perfusi jaringan : serebral baik, dg KH : 1. Monitor TTV dengan tepat
TD systole & diastole tidak deviasi 2. Monitor irama dan tekanan jantung
Sakit kepala tidak ada
Kelesuan tidak ada

27
Dx.4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Monitor keadaan umum
keparahan syok : hipovolemik tidak ada, dg KH : Pantau keadaan umum klien secara berkala
Nyeri dada tidak ada Observasi TTV tiap 2-3 jam sekali
Lesu tidak ada
Pernapasan dangkal tidak ada
Tidak pucat
Dx.5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien : Perawatan demam
Termoregulasi tidak terganggu, dg KH : 1. Pantau suhu, TTV & warna kulit
Penurunan suhu kulit 2. Pantau komplikasi yang mungkin bisa terjadi
Tingkat pernapasan tidak terganggu Pengaturan suhu
TTV tidak terganggu, dg KH : Tingkatkan intake cairan & nutrisi yang adekuat
Suhu tubuh tidak ada deviasi Aplikasi panas
TD diastole & systole tidak ada deviasi 1.Jelaskan penggunan & fungsi aplikasi panas
Skrinning kontraindikasi & tentukan durasi penggunaan aplikasi panas

Dx.6 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Manajemen Nutrisi
Status nutrisi baik, dg KH : 1.Tentukan status gizi klien
Asupan gizi tidak terganggu 1. Tentukan jumlah kalori & jenis nutrisi yang dibutuhkan
Rasio BB normal Bantuan peningkatan BB
Berat badan massa tubuh normal, dg KH : 1. Monitor asupan kalori
1. BB tidak mengalami deviasi 2. Dukung peningkatan asupan kalori 28
Dx.7 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Skin Survailance
Integritas kulit baik, dg KH : 1. Periksa kulit terkait kemerahan
Integritas julit tidak terganggu 2. Amati warna, tesktur dll
Nekrosis tidak ada 3. Monitor warna & suhu kulit
Penyembuhan luka sekunder, dg KH : Skin Care : Topical Treatment
Peradangan luka tidak ada 1. Bersihkan dengan sabun anti bakteri
Kulit melepuh tidak ada 2. Periksa kulit setiap hari

Dx.8 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Kontrol Infeksi
terhindar dari infeksi berkelanjutan, dg KH : Pertahankan teknik isolasi
1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi Tingkatkan intake nutrisi
2. Leukosit normal Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
Pertahankan lingkungan sistemik
Ajarkan klien & keluarga cara menghindari infeksi
Dx.9 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Terapi Aktivitas
toleransi terhadap aktivitas, dg KH : 1. Kolaborasi dalam perencanaan program terapi yang tepat
Kemudahan dalam melakukan ADL 2. Bantu klien identifikasi aktivitas yang mampu dialkukan
Tidak sesak saat berkativitas 3. Bantu klien memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
TTV normal fisik
Dx.10 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan klien Pengajaran : Proses Penyakit
mengetahui pengetahuan : proses penyakit, dg KH : Jelaskan & gambarkan tentang penyakit yang diderita klien
1. Menyatakan pemahaman perihal penyakit yang diderita Menjelaskan kondisi klien dengan cara yang tepat
29
2. Mampu menjelaskan kembali
TERIMA KASIH

30

Anda mungkin juga menyukai