Anda di halaman 1dari 21

Mandibula : bag.

Tulang yang paling rentan


mengalami fraktur pada trauma
facialis.hal ini disebabkan
karena posisinya yang menonjol
dan merupakan sasaran pukulan
dan benturan.
Lengkungan
mandibula korpus tapal kuda ramus

p.condiloideus p.koronoideus

Kaput dan kolum


Gb. 2.1 anatomi tulang mandibula (7)
Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang
sangat banyak, sehingga dalam melakukan
penanganan fraktur mandibula harus benar-benar
diperhatikan biomekanik yang terjadi.
Gerakan mandibula dipengaruhi oleh 4 pasang otot
 Otot masseter
 Otot temporalis
 Pterigoideus lateralis
 Pterigoideus medialis
Fraktur -> didefinisikan sbg deformitas linear
atau terjadinya diskontinuitas
tulang yang disebabkan oleh
redupaksa.
Fraktur -> Trauma
Patologis
•Perkelahian
•Kll •Kekuatan tulang
•Kecelakaan berkurang o.k kista
kerja •Tumor jinak
•Luka tebak •Osteogenesis
•Jatuh imperfecta
•Trauma saat •Osteomalacia
pencabutan gigi •Atrofi tulang
Beberapa macam klasifikasi fraktur mandibula dapat
digolongkan berdasar sebagai berikut :
 Insidens fraktur mandibula sesuai dengan lokasi
anatomisnya :
prosesus condiloideus (29.1%)
angulus mandibula (24%)
simfisis mandibula (22%)
korpus mandibula (16%)
alveolus (3.1%)
ramus (1.7%)
processus coronoideus (1.3%)
Berdasar ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan
garis fraktur:
kelas 1 : gigi ada pada kedua bagian garis
fraktur
kelas II : gigi hanya ada pada satu bagian dari
garis fraktur
kelas III : tidak ada gigi pada kedua fragmen,
mungkin gigi sebelumnya memang sudah tidak
ada (edentolous), atau gigi hilang saat terjadi
trauma.
Berdasar tipe fraktur dibagi menjadi:
fraktur greenstick (incomplete)->fraktur yang
biasanya didapatkan pada anak-anak karena
periosteum tebal.
Fraktur tunggal ->fraktur hanya pada satu tempat
saja.
Fraktur multiple ; fraktur yang terjadi pada dua
tempat atau lebih, umumnya bilateral.
Fraktur komunitif ; terdapat adanya fragmen yang
kecil bisa berupa fraktur simple atau compound.
1. primary survei : airway,breathing,circulation,
disability.
2. Anamnesa : meliputi ada tidaknya alergi,
medikamentosa, penyakit
sebelumnya, last meal dan
events/enviroment sehubungan
dengan injurinya.
3. Pemeriksaan fisik : inspeksi -> deformitas
lihat ada tidak gigi
yang hilang
palpasi-> evaluasi daerah TMJ
1.
Gb 2.12 pemeriksaan fraktur mandibula (6 )
4. pemeriksaan penunjang : pada fraktur mandibula
dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang foto Rontgen
untuk mengetahui pola
fraktur yang terjadi.
 Dari gambaran radiologis adanya fraktur mandibula dapat
dilihat sebagai berikut :
A. tulang alveolar
- gambaran garis radiolusen pada alveolus, uncorticated
- garis fraktur kebanyakan horizontal
- letak segmen gigi yang tidak pada tempatnya
- ligamen periodontal yang melebar
- bisa didapatkan gambaran fraktur akar gigi
b. corpus mandibula
- terlihat celah radiolusen bila arah sinar x-ray sejajar garis fraktur
- gambaran tersebut diatas bisa kurang jelas bila garis x-ray tidak
sejajar garis fraktur
- step defect
- biasanya terdapat fraktur pada caput condylus lateral
c. condylus mandibula
- caput condylus biasanya ”shared off”
- step defect
- overlap dari garis trabecular, tampak berupa gambaran garis
radioopaque
- deviasi mandibula pada sisi yang fraktur
Gb. 2.13 gambaran radiologis fr mandibula dan alveolaris
tehnik rontgen :

Reverse
Foto skull Towne’s panoramic
Foto eisler towne’s
AP/ lateral view
view
Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur
mandibula ialah sebagai berikut:
 Evaluasi klinis secara keseluruhan dengan teliti
 pemeriksaan klinis fraktur dilakukan secara benar
 kerusakan gigi dievaluasi dan dirawat bersamaan
dengan perawatan fraktur mandibula
 mengembalikan oklusi merupakan tujuan dari
perawatan fraktur mandibula.
Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi
menjadi 2 metode yaitu reposisi tertutup dan terbuka.
• Reposisi tertutup (closed reduction)
penanganan konservatif dengan melukan reposisi tanpa
operasi langsung pada garis fraktur dan melakukan
imobilisasi dengan interdental wiring atau eksternal pin
fixation.
• Reposisi terbuka (open reduction)
tindakan operasi untuk melakukan koreksi defromitas-
maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang bawah
dengan melakukan fiksasi dengan interosseus wiring
serta imobilisasi dengan menggunakan interdental
wiring atau dengan mini plat+skrup.
Tehnik operasi open reduction
merupakan jenis operasi bersih kontaminasi,
memerlukan pembiusan umum dengan intubasi
nasotrakeal, usahakan fiksasi pipa nasotrakeal ke dahi.
Posisi penderita telentang, kepala hiperekstensi denga
meletakkan bantal dibawah pundak penderita, meja
operasi diatur head up 20-25 derajat. Desinfeksi
dengan batas atas garis rambut pada dahi, bawah pada
klavikula,lateral tragus ke bawah menyusur tepi
anterior m. trapesius kanan kiri.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur
mandibula antara lain:
• adanya infeksi, dengan kuman patogen yang
umum adalah staphylococcus, streptococcus
dan bacterioides.
• Terjadi malunion dan delayed healing, biasanya
disebabkan oleh infeksi, reduksi yang
inadekuat, nutrisi yang buruk, dan penyakit
metabolik lainnya.
Aplikasi vacuum drain dapat membantu
untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat
terjadi oleh karena genangan darah yang
berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan
bisa terjadi pada kelanjutan infeksi terutama pada
penderita dengan gizi yang kurang sehingga
penyembuhan luka kurang baik dan terjadi
dehisensi luka.
Tujuan dari perawatan fraktur mandibula
utamanya adalah untuk mengembalikan fungsi
mengunyah dan bicara. Hal ini dapat dicapai
dengan pemilihan modalitas yang tepat, tehnik
operasi yang benar terutama dalam pencapaian
oklusi mandibula, serta perawatan pasca operasi
dan rehabilitasi. Dalam tatalaksana fraktur
mandibula perlu dipahami biomekanik mandibula
sehingga dapat diperkirakan letak fiksasi yang
benar dan didapatkan hasil yang memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai