Lidia Cadi – 11140281 Kelvyn Setiadi – 1150017 International Standards on Auditing (ISA) menegaskan auditor bertujuan memberikan asurans yang memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material yang disebabkan oleh kesalahan (error) maupun manipulasi/kecurangan (fraud).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Fraud merupakan “Setiap
tindakan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari Fraud kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam Definition laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Menurut BPK RI (2007) : suatu jenis tindakan melawan hukum
yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu TEORI FRAUD SCALE - Teori ini diperkenalkan oleh Albrecht, Keith Howe, dan Marshall Romney dalam Deterring Fraud: Internal Perspektif Auditor (Lembaga Internal Yayasan Penelitian Auditor, 1984). - Dalam teori ini dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya tindakan fraud atau kecurangan dengan cara mengamati tekanan, kesempatan dan integritas pelaku yang akan melakukan fraud. - Jika seseorang memiliki tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan integritas pribadi yang rendah, maka dapat memungkinkan terjadinya fraud yang tinggi, begitu pula sebaliknya. - Tekanan disini terjadi karena masalah keungan dan atau bisa karena masalah di lingkungannya. Adanya kesempatan untuk melakukan tindak kecurangan disebabkan karena lemahnya pengendalian maupun pengawasan organisasi. Sedangkan, integritas pribadi yang rendah disebabkan oleh kebiasaan individu yang buruk. - Fraud Scalemempunyai tujuan untuk mengukur terjadnya pelanggaran etika, kepercayaan dan tanggung jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah pada penipuan laporan keuangan. THE FRAUD DIAMOND • Dalam "The Fraud Diamond: Menimbang Empat Elemen Penipuan, "(The CPA Journal, Desember 2004), David T. Wolfe dan Dana R. Hermanson menjelaskan terdapat empat sisi Fraud Diamond yang memperluas segitiga penipuan untuk menggabungkan kemampuan individu yaitu: ciri dan kemampuan pribadi yang dimainkan, peran utama apakah penipuan benar-benar akan terjadi terjadi mengingat adanya tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Penulis menuliskan banyak kecurangan tidak akan terjadi tanpa adanya hak seseorang dengan kemampuan yang tepat menerapkan detail kecurangan. Wolfe dan Hermanson menjelaskan empat sifat yang dapat diamati untuk melakukan kecurangan, terutama bila melibatkan jumlah uang yang besar atau berlanjut untuk jangka waktu yang panjang.sifat tersebut yaitu : • Posisi atau fungsi otoritatif dalam organisasi; • Kapasitas untuk memahami dan mengeksploitasi sistem akuntansi dan pengendalian internal • Keyakinan (ego) bahwa dia tidak akan terdeteksi, atau, jika tertangkap, dia akan berbohong sehingga dirinya keluar dari masalah; • Kemampuan untuk mengatasi stres yang tercipta di dalam orang yang baik saat dia melakukan perbuatan buruk Merupakan teori yang dikemukakan oleh Bologna pada tahun 1999. Dalam teori ini terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya fraud, yaitu :
Greed (ketamakan/keserakahan) adalah keinginan untuk selalu
memperoleh sebanyak-banyaknya (KBBI Daring, 2008). Ketamakan sangat berhubungan dengan moral seorang individu.
Opportunity (kesempatan/peluang) merupakan suatu keadaan
yang bisa datang kapan saja. Selain itu, peluang sangat bergantung pada tingkat kedudukan jabatan seseorang. Semakin TEORI GONE tinggi jabatan seseorang, semakin besar peluangnya melakukan kecurangan. Need (kebutuhan) dapat menjadi faktor penyebab tindak kecurangan saat kebutuhan seseorang (dapat dikatakan) sangat mendesak. Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan inilah yang kemudian menjadikan seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan bertindak curang. Exposure (pengungkapan) berkaitan dengan hukuman pelaku fraud. Dengan terungkapnya suatu kecurangan dalam perusahaan tidak menutup kemungkinan terulangnya hal yang sama apabila hukuman atau saksi yang diberikan lemah dan tidak menimbulkan sifat jera. Who ?
PROFILE OF Why ? FRAUDSTERS
Victim ! FRAUD TREE Corruption
Jenis fraud ini paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain.
• Benturan Kepentingan (Conflict of Interest) yaitu seorang pegawai atau
eksekutif memiliki kepentingan pribadi yang tersembunyi dalam suatu transaksi yang bertentangan dengan kepentingan Perusahaan. • Penyuapan (bribery) meliputi pemberian atau penerimaan sesuatu yang bernilai dengan tujuan mempengaruhi suatu keputusan dari karyawan. • Pemberian Ilegal (illegal Grattitudes) seperti penyuapan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan yang akan dibuat, tetapi suatu imbalan yang diberikan karena suatu keputusan yang menguntungkan. • Pemerasan (Economic Extortion) merupakan kebalikan dari penyuapan. Dalam pemerasan, karyawan meminta pembayaran dari pihak penjual atau pemasok untuk suatu keputusan yang menguntungkan penjual atau pemasok tersebut. ASSET MISAPPROPRIATION Fraudulent Statements
Jenis fraud ini dibagi menjadi 2
(dua) macam yaitu financial dan non-financial.
Kecurangan ini umumnya dilakukan
oleh pejabat eksekutif dalam membuat laporan keuangan menjadi tidak benar atau menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan untuk memperoleh keuntungan Fraud Prevention • Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang. • Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang FRAUD memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian. • Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor PREVENTION Eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan. • Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan aset. • Auditor internal bertanggung jawab dalam mendeteksi fraud yang mungkin PERAN telah terjadi sedini mungkin, sebelum memebawa dampak yang lebih buruk AUDITOR pada organisasi. • Tanggung jawab auditor eksternal INTERNAL DAN dalam mendeteksi fraud tersebut EKSTERNAL dijabarkan lebih lanjut dalam SA seksi 316 – pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan Peraturan OJK No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik • persyaratan pengangkatan Direktur Independen adalah sebagai berikut: • Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham Utama tidak lebih dari 6 bulan DIRECTORS & sebelum dilakukan pengangkatan • Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Direksi AUDIT dan Dewan Komisaris
COMMITTEE • Tidak menjabat sebagai Direksi atau Dewan
Komisaris di perusahaan lain (baik PT Tbk maupun non-Tbk) • Tidak merupakan orang dalam dari suatu lembaga atau institusi atau profesi penunjang pasar modal yang pernah di pekerjaan oleh Emiten