Anda di halaman 1dari 14

Askep kejang demam

• Konsep medis
pengertian
• Kejang demam berdasarkan The International
League Against Epilepsy ialah bangkitan
kejang yang diikuti dengan peningkatan suhu
tubuh (>100.4o F atau 38oC) tanpa disertai
infeksi susunan syaraf pusat atau gangguan
elektrolit akut, terjadi pada anak dengan
rentan usia 6 bulan – 5 tahun (AAP, 2010).
Namun faktor
resiko yang
paling penting
etiologi ? terhadap
kejadian kejang
demam ialah
demam
patofisiologi
• Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang
anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik (Hasan & Alatas dkk, 2002).
• Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang
manefstasi
• Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa
serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral.
Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak
terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis.
Kejang demam diikuti hemiparesis sementara
(Hemeparesis Tood) yang berlangsung beberapa jam
sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti
oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang
demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24 jam
ditemukan pada 16% paisen (Soetomenggolo, 2000).
penatalaksanaan
• Pengobatan Fase Akut
• Mencari dan mengobati penyebab
• Pengobatan profilaksis terhadap kejang
demam berulang
pengobatan
• 1. Pencegahan berulang
• a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
• b. Penkes
• .2 Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini
meliputi
• a. Baringkan pasien pada tempat yang rata
• b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi
cairan tubuh
• c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
• e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari
cedera
Pemeriksaan penunjang
• 1. EEG
• Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas
panas tidak menunjukan kelainan likuor.
Gelombang EEG lambat di daerah belakang dan
unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
• 2. Lumbal Pungsi
• Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis
dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor.Tes
ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam
atau kejang karena infeksi pada otak.
komplikasi
• Salah satu komplikasi yang paling
dikhawatirkan ialah timbulnya epilepsi. 15%
anak dengan epilepsi memiliki kejang demam.
Namun hanya 2-7% anak dengan kejang
demam yang berkembang menjadi epilepsy di
kemudian hari (Mikati, 2011). Kemungkinan
terjadinya epilepsi pada anak kejang demam
tidak dapat dicegah dengan pemberian obat
rumatan sekalipun (Pusponegoro et. al.,
2006).
Konsep
keperawaatan
• Pengkajian
• Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling
menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan pada tahap ini akan
menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat,
sehingga seluruh kebutuhan perawat pada klien dapat diidentifikasi.(Nikmatur. 2012)
• Berikut Data Pengkajian menurut Doengoes (2000) :
– Aktifitas/istirahat
• Gejala : Keletihan, kelemahan umum
• Tanda : Perubahan kekuatan otot
– Sirkulasi
» Gejala : hipertensi, peningkatan nadi, sianosis
– Integritas ego :
• a) Gejala : Stressor eksternal / einternal yang berhubungan dengan keadaan dan penanganan
– Eliminasi
» Gejala : Inkontinensia
• Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih aliran tonus sfinger, otot relaksasi yang mengakibatkan inkotinensia
(baik urine atau fekal)
– Makanan/ cairan
» Gejala : Mual/muntah yang berhubungan dengansktivitas kejang
– Neurosensori
» Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pusing,riwayat trauma kepala.
– Nyeri/kenyamanan
» Gejala : Sakit kepala, nyeri otot atau punggung pada priode posiktal, nyeri abdomen paraksimal selama fase iktal.
– Pernapasan
» Gejala : Fase iktal: gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat, peningkatan sekresi muskus.
– Keamanan
» Gejala : Riwayat terjatuh/trauma, fraktur, adanya alergi.
– Interaksi social
» Gajala : Masalah dalam hubungan intrapersonal dalam keluarga atau lingkungan.
diagnosa
• Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
• Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan
penyakit
• Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan gangguan aliran darah ke otak akibat kerusakan sel
neuron otak, hipoksia dan edema serebral ditandai dengan
TIK meningkat, sakit kepala, kejang
• Resiko cedera berhubungan dengan ketidakefektifan
orientasi (kesadaran umum) kejang
• Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran, penurunan reflek menelan
• Resiko Keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan
TABEL : 2.1
Rencana Keperawatan Diagnosa Hipertermi
Sumber : Taylor, 2010

Anda mungkin juga menyukai