Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS
PARU
Preseptor: Siti Rubiah
dr. Lasmita Nurul Huda, M.KM 130611024

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
4/9/2019
2019 1
PENDAHULUAN
• TB adalah penyakit infeksi menular yang langsung disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis

• Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun


2000 dan 2015Berdaarkan laporan WHOtuberkulosis masih menepati
Kemenkes
RI, 2018 peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016

• Data WHO menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua


Kemenkes setelah india, kemudian diikuti oleh China, Philipina, dan Pakistan
RI, 2018

4/9/2019 2
Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia
Tenggara (45%)—dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan 25%
nya terjadi di kawasan Afrika
4/9/2019 3
• Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei
2018)
Kemenkes RI, • Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
2018 dibandingkan pada perempuan

• Angka penderita TB di Aceh tahun 2016 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+)
sebanyak 3.410 kasus Jumlah ini menurun dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan
Profil kesehatan
tahun 2015 sebanyak 4.023 kasus
aceh 2016

4/9/2019 4
Laporan Kasus

Identitas Pasien Anamnesis


Nama : Ny. A Keluhan Utama : Batuk berdarah
Jenis kelamin : Perempuan Keluhan Tambahan : Penurunan berat badan, sesak nafas,
Umur : 52 tahun tidak nafsu makan dan nyeri dada.
Alamat : Desa reudeup, Riwayat Penyakit Sekarang:pasien datang dengan keluhan batuk
Lhoksukon berdarah sejak 3 minggu yang lalu. Batuk memberat setelah pasien
Pekerjaan : tidak bekerja melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluh sesak nafas sejak 2 minggu
Suku : Aceh yang lalu disertai nyeri dada. Pasien mengalami penurunan berat badan
Agama : Islam yang sebelumnya 35 kg sekarang menjadi 29 kg karena pasien tidak
Waktu Pemeriksaan : 18 Februari 2019 nafsu makan. Pasien telah melakukan pemeriksaan BTA dan hasilnya
positif, pasien telah melakukan pemeriksaan rontgen dan terdapat
kavitas. Kini pasien sedang menjalani pengobatan TB selama 4 bulan di
Puskesmas Lhoksukon.

5
Riwayat Penyakit Dahulu :
Paien sebelumnya belm pernah berobat TB,riwayat DM, hipertensi,Asma,
Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa dengan pasien, namun
tetangga pasien juga mengalami hal yang sama dengan pasien.
Riwayat Penggunaan Obat:
Pasien telah mengkonsumsi OAT selama 4 bulan.

4/9/2019 6
Pasien Ny. A telah menikah dan merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara:
Saudara 1, laki-laki, 60 tahun, sudah menikah, seorang petani, belum pernah
skrining TB.
Saudarake 2, perempuan, sudah menikah, seorang petani, belum pernah skrining TB.
Saudarake 4,perempuan, sudah menikah, seorang ibu rumah tangga, riwayat
profilaksis tidak ada, belum pernah skrining TB.
Saudarake 5, laki-laki, riwayat profilaksis tidak ada, belum pernah skrining TB.

4/9/2019 7
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Kedudukan dalam
No Nama Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga

1. Ny.A Kepala keluarga P 52 SD -

2. Tn.R Anak L 33 th SMP Buruh bangunan

3. Ny. N menantu P 28 th SMP IRT

4. An.A cucu P 5 th - -

5. An. A cucu L 2 th - -

4/9/2019 8
Status kepemilikan rumah : milik sendiri

Daerah perumahan : padat

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 8 x 11 m2
Keluarga Ny. A tinggal di rumah
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang

Luas halaman rumah : 9 x 10 m2 dengan kepemilikian milik sendiri. Ny. A


Rumah kayu
tinggal dalam rumah yang kurang sehat
Lantai rumah dari : kayu

Dinding rumah dari : kayu dengan lingkungan rumah yang tidak


Jamban keluarga : ada
sehat dan ventilasi yang kurang
Tempat bermain :tidak ada

Penerangan listrik : 2 Ampere memadai yang dihuni oleh 5 Orang.


Ketersediaan air bersih : sumur
Dengan penerangan listrik 2 Ampere.
Tempat pembuangan sampah : tidak ada

Air sumur pribadi sebagai sarana air

bersih keluarga.
4/9/2019 9
Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
Jenis tempat berobat : Puskesmas
Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS

4/9/2019 10
SARANA PELAYANAN KESEHATAN
(PUSKESMAS)
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat pelayanan Keluarga menggunakan Kendaraan pribadi Letak Puskesmas jauh dari tempat tinggal
kesehatan berupa motor untuk menuju ke puskesmas.
pasien, sehingga untuk mencapai
puskesmas keluarga pasien menggunakan
sepeda motor pribadi. Untuk biaya
pengobatan diakui gratis oleh keluarga
Tarif pelayanan kesehatan Menurut keluarga tidak ada biaya pelayanan
pasien yaitu setiap kali datang berobat
kesehatan yang dilakukan di puskesmas
tidak dipungut biaya dan pelayanan
Puskesmas pun dirasakan keluarga pasien
memuaskan pasien..
Kualitas pelayanan kesehatan Menurut keluarga kualitas pelayanan kesehatan
yang didapat memuaskan.

4/9/2019 11
STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
KELUARGA

Pekerjaan Ny. A adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah tidak bekerja.
Pendapatan didapat daripenghasilan anaknya yang bekerja sebagai buruh bangunan dan
dari sawah yang ia miliki untuk memenuhi kebuthannya sehari-hari. Pasien ini tinggal di rumah
pribadi yang dalam kondisi kurang baik dan kurang terawat. Rumah terdiri dari 4 kamar dan
1 kamar mandi yang terpisah dari rumah. Sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan
kanannya tidak berbatasan dengan rumah tetangga.Rumah pasien memiliki halaman yang
luas. Jarak antar rumah memiliki space yang jarang. Pasien memiliki ternak ayam,bebek dan
kambing di lingkunan rumahnya.

4/9/2019 12
POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA

Keluarga Ny.A memiliki kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dengan bahan-bahan
baku dibeli langsung dari warung disekitar rumahnya dan mengelolah bahan-bahan tersebut di
dapurnya. Namun, Ny.A tidak makan teratur karena tidak nafsu makan sejak 1 tahun
terakhir.Makanan yang di konsumsi pasien adalah lauk seperti ikan, telur, tempe dan sayur mayur.

4/9/2019 13
Pemeriksaan Fisik
Status Present :
Keadaan umum : baik
Kesadaran` : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Vital sign:
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 78 kali/menit, irama teratur, kuat angkat
 Pernapasan : 28 kali/menit
 Suhu : 36oC

4/9/2019 14
 Status Generalis :
 Kepala :
 Ekspresi wajah : normal.
 Bentuk dan ukuran : normal.
 Rambut : normal.
 Edema (-); malar rash (-); parese N VII (-); eritema (-); nyeri tekan kepala. (-)
 Mata :
 Simetris; alis normal; exopthalmus (-/-); ptosis (-/-); nistagmus (-/-); strabismus (-/-); edema palpebra (-/-); konjungtiva :
anemis (-/-), hiperemia (-/-); sclera : ikterus (-/-), hiperemia (-/-), pterigium (-/-); pupil : isokor, bulat, refleks cahaya (+/+);
kornea : normal; lensa : normal, katarak (-/-).
 Telinga :
 Bentuk : normal; lubang telinga : normal, sekret (-/-); nyeri tekan (-/-)
 Pendengaran : normal pada kedua telinga.
 Hidung :
 Simetris, deviasi septum (-); napas cuping hidung (-); perdarahan (-), sekret (-).
 Penciuman normal.
 Mulut :
 Simetris; bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-); gusi : hiperemia (-), perdarahan (-); lidah : glositis (-), atropi papil lidah (-);
gigi : karang gigi (+), caries (-); mukosa : normal.
 Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi.

4/9/2019 15
 Leher :
 Kaku kuduk (-); scrofuloderma (-); pembesaran KGB (-)
 Trakea : tidak ada deviasi; JVP : tidak meningkat
 Otot bantu nafas SCM aktif (-)
 Pembesaran tiroid (-)
 Thorax :
Pulmo :
 Inspeksi :
Bentuk simetris, barel chest (-)
Pergerakan dinding dada simetris
Permukaan dinding dada: hiperpigmentasi (-),
spidernevi (-), vena kolateral (-)
Penggunaan otot bantu nafas (-)

4/9/2019 16
 Palpasi
Pergerakan dinding dada simetris
Fremitus raba simetris (-/-)
Deviasi trakea (-)
Nyeri tekan (-)
 Perkusi :
 Sonor ( +/+)
 Nyeri ketok (-)
 Auskultasi :
Vesikuler (+ /+), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-),

4/9/2019 17
 Abdomen :
 Inspeksi :
Bentuk: distensi (-)
Umbilicus: masuk merata
Permukaan kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-), caput
meducae (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-)
 Auskultasi : metallic sound (-), bising aorta (-)
 Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar/lien/renal : tidak teraba
 Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
 Extremitas :
 Hangat (+); edema (-); deformitas (-); tremor (-); clubbing finger (-);
sianosis (-); petechie (-); dissuse atrofi (-)

4/9/2019 18
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS
Bulan ke- Tanggal keluar hasil Hasil Pemeriksaan BTA

0 (Awal) 02/04/2018 Positif (+)

2 - -

6 - -

4/9/2019 19
4/9/2019 20
Diagnosa Kerja

TB paru
Diagnosa Banding

Asma
Bronkiektasis
Bronkitis

4/9/2019 21
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis:
1. Menggunakan masker selama proses pengobatan
2. Mengidentifikasi ulang kembali seluruh keluarga untuk memastikan mereka tidak
tertular Tuberkulosis Paru.
3. Memperbaiki status gizi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
seimbang, serta olahraga yang teratur.
4. Menerapkan dengan baik perilaku hidup bersih dan sehat
Terapi rawat jalan/ Farmakologis:
OAT : Rifampicin 150mg, Isoniazid 75 mg, Pyrazinamide 400 mg, Ethambutol 275
mg

4/9/2019 22
Anjuran
•Selama masa pengobatan fase pengobatan TB dianjurkan pasien memakai masker, untuk mencegah penularan bagi
orang-orang disekitarnya.

•Sebaiknya anak dan cucu pasien tidur di kamar yang berbeda dari pasien

•Memeriksakan seluruh anggota keluarga atau orang-orang yang hampir setiap hari berkontak langsung pada pasien
juga melacak kemungkinan ditemukan pasien baru.

•Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter dan petugas kesehatan

•Memperbaiki status gizi dengan makan makanan yang bergizi dan seimbang, guna meningkatkan imunitas tubuh

•Memperbaiki hyginie dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

•Setelah proses pengobatan dilakukan, diharapkan pasien tetap ke dokter guna mengetahui perkembangan
kesehatannya apaka hpengobatan yang dilakukan sudah berhasil atau tidak.

4/9/2019 23
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN FISIK DARI PENYAKIT
•Ventilasi ruangan
•Ventilasi ruangan pada rumah pasien kuirang memadai, jendela rumah pasien
juga kurang memadai.
•Pencahayaan Sinar Matahari
Rumah pasien memiliki jendela yang kurang memadai.
•Kepadatan penghuni rumah
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan jumlah anggota keluarga 5 orang
dimana kondisi rumah yang tidak begitu luas.
FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN BIOLOGIS DARI PENYAKIT
Mikroorganisme yang mendukung dan menyebabkan terjadinya penyakit tuberculosis
paru yaitu Mycobacterium tuberculosis. Seluruh anggota keluarga yang tinggal
serumah beresiko tinggi terkena Tuberkulosis Paru.

4/9/2019 24
FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN SOSIAL
DARI PENYAKIT
Pendidikan dan Pengetahuan
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang kurang mengenai prilaku
hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga dan pencegahan penyakit tuberkulosis
menyebabkan pasien mengalami penyakit tuberkulosis paru.
Riwayat Kontak
Pasien kurang memperhatikan adanya orang-orang di lingkungan tempat tinggal
dan di lingkungan kerjanya yang memiliki gejala batuk berdahak yang lama seperti
yang dialaminya. Pasien sempat merawat kakaknya yang memiliki riwayat TB paru.

4/9/2019 25
TINJAUAN PUSTAKA
4/9/2019 26
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium tuberculosis

Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan
gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih

4/9/2019 27
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada 2 macam
mycobacteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu tipe human
(berada dalam bercak ludah dan droplet) dan tipe bovin yang berada dalam
susu sapi

Menurut Rusnoto et al. (2012) didapatkan faktor yang terbukti berpengaruh


terhadap kejadian TB paru adalah kelembaban kamar tidur, ventilasi kamar
tidur, status gizi (Indeks Massa Tubuh), dan tingkat pengetahuan. Selain itu
merokok dapat meningkatkan risiko terinfeksinya M. tuberculosis.

4/9/2019 28
DIAGNOSIS
Gejala klinis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Radiologi fisik

Pemeriksaan Pemeriksaan
Biakan Kuman Mikrobiologis

4/9/2019 29
GEJALA KLINIS

Demam

Nyeri dada
Batuk

Badan lemah
Sesak napas

4/9/2019 30
PEMERIKSAAN FISIK
•konjungtiva anemis
•demam
•badan kurus,berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apex paru, bila
dicurga adanya infiltrate yang luas, maka pada perkusi akan didapatkan suara
redup, auskultasi bronchial dan suara tambahan ronki basah, kasar, dan nyaring.
Tetapi bila infiltrate diliputi penebalan pleura maka suara nafas akan menjadi
vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang luas akan ditemukan perkusi
hipersonor atau tympani.

4/9/2019 31
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang
pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti
awan dan dengan batas-batas tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi
jaringan ikat maka banyangn terlihat berupa bulatan dengan
batas tegas, lesi dikenal sebagai tuberkuloma Pada kavitas
bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdiniding tipis.
Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal

4/9/2019 32
TATALAKSANA
Pengobatan TB bertujuan untuk :
a. Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Mengurangi penularan.
e. Mencegah terjadinya resistensi obat (PDPI, 2011).

NON FARKAMOLOGIS FARKAMOLOGIS

4/9/2019 33
PEMBAHASAN
4/9/2019 34
PEMBAHASAN Host
Money Material Actuating

Kurangnya asupan makanan yang imunitas


bergizi
Penderita tidak selalu memakai masker
karena tidak nyaman
Jadwal program penyuluhan kurang
terkoordinasi dengan baik
Kurang fokusnya petugas
Kurangnya biaya untuk kesehatan dalam menangani Tingkat pengetahuan pasien yang rendah
Banyaknya obat-obatan dan penderita TB paru tentang TB sehingga terlambat didiagnosis
mendukung program
lamanya pengobatan TB
pengobatan TB Paru
Paru

Kurangnya kerjasama antara petugas Kurang maksimal TB Paru


Petugas kesehatan kurang aktif dalam
kesehatan dengan penderita penyuluhan mengenai
memantau jalannya pengobatan penderita Kurang tersedianya ventilasi yang baik
pengobatan TB Paru
TB
Masih ada keluarga yang kurang pengetahuannya
mengenai penyakit TB paru
Waktu untuk penyuluhan sangat singkat PMO yang tidak berjalan
dan terbatas

Penyampaian penyuluhan yang sangat singkat


sehingga kurang dimengerti

Organizing Method Controlling Environment

4/9/2019 35
MATRIKS URUTAN PRIORITAS MASALAH
NO Masalah U S G Total
1 Tingkat pengetahuan pasien yang rendah tentang TB sehingga terlambat didiagnosis 5 5 5 15

2 Penderita tidak selalu memakai masker karena tidak nyaman 5 5 5 15

3 Kurangnya biaya untuk mendukung program pengobatan TB Paru 2 2 2 6

4 Kurangnya asupan makanan yang bergizi 4 2 2 8

5 Banyaknya obat-obatan dan lamanya pengobatan TB Paru 4 4 3 11

6 Jadwal program penyuluhan kurang terkoordinasi dengan baik 4 4 4 12

7 Waktu untuk penyuluhan sangat singkat dan terbatas 3 3 3 9

8 Penyampaian penyuluhan yang sangat singkat sehingga kurang dimengerti 3 3 3 9

9 Kurang maksimal penyuluhan mengenai pengobatan TB Paru 4 4 4 12

10 Ketidakpedulian pasien, keluarga dan tetangga terhadap kemungkinan tertular TB 4 5 4 13


4/9/2019 36
11 Kurang tersedianya ventilasi yang baik 5 5 4 14

12 Masih kurangnya kesadaran keluarga untuk memeriksakan batuknya 4 4 4 12

13 Masih ada keluarga yang kurang pengetahuannya mengenai 5 5 4 14


penyakit TB paru
14 Petugas kesehatan kurang aktif dalam memantau jalannya 4 4 4 12
pengobatan penderita TB

15 PMO yang tidak berjalan 3 3 3 9

16 Kurang fokusnya petugas kesehatan dalam menangani penderita TB 4 5 4 13


paru

17 Kurangnya kerjasama antara petugas kesehatan dengan penderita 2 2 2 6

4/9/2019 37
MATRIKS CARA PEMECAHAN MASALAH
N
Masalah Pemecahan masalah
o
1. Masih ada keluarga yang kurang Memberi informasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyebab Tuberkulosis Paru
mengenai penyakit TB paru dan cara penularan serta pencegahan Tuberkulosis Paru
pengetahuannya

2. Tingkat pengetahuan pasien yang Edukasi pada kelompok orang yang sehat dan berisiko mengenai tanda awal terserang TB
rendah tentang TB sehingga
paru. Memberikan informasi untuk menyegerakan melakukan pemeriksaan jika batuk tidak
terlambat didiagnosis
sembuh sudah lebih dari 2 minggu.

3. Penderita tidak selalu memakai Edukasi pasien agar selalu menggunakan masker meskipun pasien merasa tidak nyaman dan
masker karena tidak nyaman sekalipun hanya bersama keluarga, Memberi informasi kepada pasien dan keluarganya
tentang penyebab TB Paru dan cara penularan serta pencegahan Tuberkulosis Paru dan
dampak yang ditimbulkan apabila pasien tidak menggunakan masker

4/9/2019 38
4 Kurang tersedianya Edukasi kepada pasien bahwa pertularan udara dan peran dari
. ventilasi yang baik pencahayaan matahari sangat penting untuk pencegahan terjadinya
TB paru. Sehingga yang diharapkan adanya perubahan prilaku untuk
mementingkan kecukupan dari ventilasi.

5 Masih kurangnya -Lakukan kunjungan rumah serta tingkatkan sosialisasi dan penyuluhan
. kesadaran keluarga untuk -Anjurkan agar keluarga pasien melakukan skrining terutama apabila
memeriksakan batuknya ditemukan gejala batuk lebih dari 2 minggu.

4 Kurang fokusnya petugas Perlu di lakukan evaluasi ulang mengenai keberhasilan yang telah
kesehatan dalam
. dicapai dari program penanganan TB paru, sehingga jika target yang di
menangani penderita TB
paru harapkan masih tidak tercapai para petugas kesehatan bisa lebih
komitmen lagi dalam melaksanakan tugasnya.

4/9/2019 39
Upaya pimer
diperlukan agar orang sehat tidak terinfeksi penyakit TB paru yaitu :
• Tindakan dari orang yang sehat dengan menghindari kontak
bicara dari jarak dekat dengan penderita TB paru, ada
baiknya penderita memakai masker. Orang sehat di sekitar
pasien menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat
serta diberi penyuluhan oleh tenaga kesehatan.
• Pada penderita TB paru diusahakan untuk tidak membuang
ludah atau batuk di sembarang tempat.
• Melakukan promosi kesehatan mengenai tuberkulosis kepada
pasien dan keluarganya tentang penyebab Tuberkulosis Paru
dan cara penularan serta pencegahan Tuberkulosis Paru

4/9/2019 40
Upaya Kuratif

Terapi farmakologis :
Terapi sesuai dengan terapi TB paru kasus baru
Terapi non-farmakologis :
Penderita TB diharapkan untuk menjaga asupan makanan yang bergizi dan sehat serta
pola hidup teratur serta menghindari stress yang berlebihan.

Upaya Rehabilitatif

Rehabilitasi menrupakan suatu usaha mengurangi komplikasi penyakit. Rehabilitasi


merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TB. Dimulai dengan diagnosis kasus
berupa trauma yang menyebabkan ganggguan penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, Selanjutnya,
penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TB.

4/9/2019 41
UPAYA PSIKOSOSIAL

Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non - farmakologi terutama yang berkaitan
dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota keluarga diberikan
pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk berobat
secara teratur dan membantu memantau terapi pasien serta menciptakan suasana yang
sehat terhadap emosi dan psikis pasien. Dikarenakan penyakit dari pasien menular sehingga
dibutuhkan perlindungan terhadap keluarga pasien berupa pemakaian masker serta
menjaga pola hidup sehat agar tidak mudah terinfeksi.

4/9/2019 42
T E R I M A
K A S I H
4/9/2019 43

Anda mungkin juga menyukai