DODDY IZWARDY
DIREKTUR GIZI MASYARAKAT
6
PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS
Prioritas kepada wilayah terpilih didasarkan pertimbangan sebagai berikut:
7
PENAMBAHAN LOKASI KAB/KOTA
TAMBAH TAMBAH
60 KAB/KOTA BARU 230 KAB/KOTA BARU
8
LOKASI INTERVENSI TAHUN 2018 (1)
NO KODE PROPINSI KABUPATEN NO KODE PROPINSI KABUPATEN
1 1106 KAB. ACEH TENGAH
ACEH 18 3101 DKI JAKARTA KEPULAUAN SERIBU
2 1109 KAB. PIDIE
3 1213 KAB. LANGKAT 19 3201 KAB. BOGOR
4 1221 KAB. PADANG LAWAS 20 3202 KAB. SUKABUMI
SUMATERA UTARA
5 1224 KAB. NIAS UTARA 21 3203 KAB. CIANJUR
6 1278 KOTA GUNUNGSITOLI
22 3204 KAB. BANDUNG
7 1309 KAB. PASAMAN
SUMATERA BARAT 23 3205 KAB. GARUT
8 1312 KAB. PASAMAN BARAT
9 1407 RIAU KAB. ROKAN HULU 24 3206 KAB. TASIKMALAYA
10 1501 JAMBI KAB. KERINCI 25 3208 JAWA BARAT KAB. KUNINGAN
11 1602 SUMATERA SELATAN KAB. OGANKOMERING ILIR 26 3209 KAB. CIREBON
12 1704 BENGKULU KAB. KAUR
27 3211 KAB. SUMEDANG
13 1803 KAB. LAMPUNG SELATAN
14 1804 LAMPUNG KAB. LAMPUNG TIMUR 28 3212 KAB. INDRAMAYU
15 1805 KAB. LAMPUNG TENGAH 29 3213 KAB. SUBANG
KEPULAUAN BANGKA 30 3215 KAB. KARAWANG
16 1903 KAB. BANGKA BARAT
BELITUNG
31 3217 KAB. BANDUNG BARAT
17 2103 KEPULAUAN RIAU KAB. NATUNA 9
LOKASI INTERVENSI TAHUN 2018 (2)
NO KODE PROPINSI KABUPATEN NO KODE PROPINSI KABUPATEN
32 3301 KAB. CILACAP 44 3503 KAB. TRENGGALEK
33 3302 KAB. BANYUMAS 45 3507 KAB. MALANG
34 3303 KAB. PURBALINGGA 46 3509 KAB. JEMBER
35 3305 KAB. KEBUMEN 47 3511 KAB. BONDOWOSO
36 3307 KAB. WONOSOBO 48 3513 KAB. PROBOLINGGO
37 3310 JAWA TENGAH KAB. KLATEN 49 3518 JAWA TIMUR KAB. NGANJUK
38 3315 KAB. GROBOGAN 50 3524 KAB. LAMONGAN
39 3316 KAB. BLORA 51 3526 KAB. BANGKALAN
40 3321 KAB. DEMAK 52 3527 KAB. SAMPANG
41 3327 KAB. PEMALANG 53 3528 KAB. PAMEKASAN
42 3329 KAB. BREBES 54 3529 KAB. SUMENEP
43 3401 DIY KAB. KULON PROGO 55 3601 BANTEN KAB. PANDEGLANG
10
LOKASI INTERVENSI TAHUN 2018 (3)
NO KODE PROPINSI KABUPATEN NO KODE PROPINSI KABUPATEN
56 5104 BALI KAB. GIANYAR 76 6106 KALIMANTAN BARAT KAB. KETAPANG
57 5201 KAB. LOMBOK BARAT
KALIMANTAN
58 5202 KAB. LOMBOK TENGAH 77 6212 KAB. BARITO TIMUR
TENGAH
59 5203 NUSA TENGGARA KAB. LOMBOK TIMUR
60 5204 BARAT KAB. SUMBAWA KALIMANTAN KAB. HULU SUNGAI
78 6308
61 5205 KAB. DOMPU SELATAN UTARA
62 5208 KAB. LOMBOK UTARA 79 6406 KALIMANTAN UTARA KAB. MALINAU
63 5301 KAB. SUMBA BARAT KAB. PENAJAM PASER
80 6409 KALIMANTAN TIMUR
64 5302 KAB. SUMBA TIMUR UTARA
KAB. TIMOR TENGAH KAB. BOLAANG
65 5304 81 7107 SULAWESI UTARA
SELATAN MONGONDOW UTARA
KAB. TIMOR TENGAH 82 7202 SULAWESI TENGAH KAB. BANGGAI
66 5305
UTARA
83 7316 SULAWESI SELATAN KAB. ENREKANG
67 5307 KAB. A L O R
NUSA TENGGARA
68 5308 KAB. LEMBATA 84 7401 SULAWESI TENGGARA KAB. BUTON
TIMUR
69 5312 KAB. NGADA
70 5313 KAB. MANGGARAI 85 7501 KAB. BOALEMO
GORONTALO
71 5314 KAB. ROTE NDAO 86 7502 KAB. GORONTALO
72 5316 KAB. SUMBA TENGAH 87 7601 KAB. MAJENE
73 5317 KAB. SUMBA BARAT DAYA
88 7602 SULAWESI BARAT KAB. POLEWALI MANDAR
74 5319 KAB. MANGGARAI TIMUR
75 5320 KAB. SABU RAIJUA 89 7604 KAB. MAMUJU 11
LOKASI INTERVENSI TAHUN 2018 (4)
NO KODE PROPINSI KABUPATEN
Pertumbuhan otak
Untuk Mencapai Tinggi dan Berat
Membangun Membangun berat
badan optimal
tinggi badan badan potensial
potensial
Efek gizi yang buruk bisa membutuhkan waktu lebih dari satu generasi untuk mengatasinya, dan mencoba mengerti
bagaimana tepatnya keadaan tsb menyebabkan penyakit, membutuhkan waktu yang lebih lama
Circulus vitiosus (Lingkaran Setan): Kemiskinan dan Kesehatan
Kemiskinan
Rendahnya
Rendahnya akses thd
produktivitas sumber daya
kesehatan
Rendahnya Rendahnya
kualitas SDM status
kesehatan
Rendahnya
kesempatan kerja Sistem sosial
BENCANA
Rendahnya
ketrampilan
Sistem politik
Menurunkan
Produktivitas
pada usia dewasa
Risiko PTM
(Diabetes type II,
Stroke, Penyakit
Jantung, dll) pada
Gagal tumbuh; Berat Lahir Hambatan perkembangan usia dewasa
Rendah, kecil, pendek, kurus, kognitif, nilai sekolah dan
daya tahan rendah. keberhasilan pendidikan
64 Indonesia
*Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for Economic Co-operation
and Development - Programme for International Student Assessment), suatu organisasi global
bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, termasuk Indonesia,
Sumber: diolah dari laporan World Bank Investing in
dalam bidang membaca, matematika, dan science.
Early Years brief, 2016
Sekitar 37% (9 Juta) Anak Mengalami Stunting
Stunting di seluruh wilayah dan lintas kelompok pendapatan
50.0
40.0
2007
30.0
2010
20.0 2013
10.0
-00
Q-1 (poorest) Q-2 Q-3 Q-4 Q-5 (richest)
Sumber: Estimasi dari RISKESDAS (tingkat stunting) dan proyeksi populasi BPS
27
PREVALENSI BALITA (0-59 BULAN)
STUNTING (TB/U)
DI INDONESIA
45.0 (PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2016)
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
• Meskipun Bengkulu dan Kep. Bangka Belitung pada tahun 2015 berada di bawah Batasan WHO, namun pada
tahun 2016 mengalami PENINGKATAN PREVALENSI dan berada DI ATAS BATASAN WHO
• Dari 34 Provinsi, TERDAPAT 15 PROVINSI yang mengalami PENINGKATAN PREVALENSI BALITA STUNTING
28 28
PREVALENSI BALITA STUNTING (TB/U)
DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2016)
39.7
38.6
40.3
38.1
45.0
37.3
37.2
36.7
34.9
34.6
33.9
33.0
32.6
40.0
30.4
30.3
30.0
27.9
27.5
35.0
26.0
26.6
24.5
22.8
30.0
25.0
14.1
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
KOTA BIMA
BIMA
SUMBAWA BARAT
DOMPU
KOTA MATARAM
NTB
LOMBOK TIMUR
LOMBOK TENGAH
SUMBAWA
LOMBOK UTARA
LOMBOK BARAT
2015 2016 BATASAN WHO 2010
Dari 10 Kab/Kota, TIDAK ADA KAB/KOTA yang berada DI BAWAH batasan WHO 2010 (10%). Meskipun
terjadi penurunan prevalensi balita stunting di tingkat provinsi, namun terdapat
2 KAB/KOTA yang mengalami PENINGKATAN PREVALENSI BALITA STUNTING.
29
DATA STUNTING DI WILAYAH KEC. ALAS BARAT
• HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) 2017
Usia Jumlah balita
0-11 bulan 5
12-23 bulan 30
24-35 bulan 4
36-47 bulan 14
48-59 bulan 20
TOTAL 73
30
KERANGKA DAN UPAYA PENANGGULANGAN STUNTING
31
KERANGKA PENDEKATAN MULTISEKTOR
32
KERANGKA KONSEP PENURUNAN STUNTING
Intermediate
Program Intervensi Efektif
Outcome
1. Pemberian Tablet Tambah Konsumsi
• Perbaikan Gizi Darah (remaja putri, catin, Gizi yang Remaja Putri
Masyarakat bumil) Adekuat Bumil & Busui:
• PKGBM 2. Promosi ASI Eksklusif • Anemia
• GSC 3. Promosi Makanan • BBLR
• PKH Pendamping-ASI • ASI Eksklusif
• PAUD-GCD Pola Asuh
4. Suplemen gizi mikro (Taburia) • Kecacingan
• PAMSIMAS
yang Stunting
5. Suplemen gizi makro (PMT) tepat
• SANIMAS 6. Tata Laksana Gizi
• STBM Kurang/Buruk
• BKB 7. Suplementasi vit.A
• KRPL 8. Promosi garam iodium
Akses ke Baduta:
• Kegiatan Lain 9. Air bersih, sanitasi, dan cuci pelayanan
tangan pakai sabun kesehatan,
• Diare
10. Pemberian obat cacing dan • Gizi buruk
kesehatan
11. Bantuan Pangan Non-Tunai lingkungan
Enabling Factor
Advokasi, JKN, NIK, Akta Kelahiran, Dana Desa, Dana
IZWARDY_ASDI Insentif
BANDUNG_11 Daerah, Keamanan dan Ketahanan Pangan
OKT 2017 33
33
LOKUS, SASARAN DAN KEGIATAN INTERVENSI
1. LOKUS INTERVENSI
Usulan lokasi intervensi gizi terintegrasi yaitu 100 Kab/Kota telah diidentifikasi.
Kriteria lokasi merupakan komposit dari indikator prevalensi stunting tinggi,
jumlah anak balita banyak, tingkat kemiskinan tinggi, serta tersedia kegiatan
paket gizi dari Kementerian, seperti PKH, STBM, PAMSIMAS, SANIMAS, dan
PAUD.
3. KEGIATAN INTERVENSI
Kegiatan-kegiatan intervensi berbasiskan pada kegiatan-kegiatan yang telah ada
di Kementerian/Lembaga.
34
INTERVENSI GIZI SPESIFIK DAN INTERVENSI GIZI SENSITIF
1. INTERVENSI GIZI SPESIFIK 2. INTERVENSI GIZI SENSITIF
I. INTERVENSI DENGAN SASARAN IBU HAMIL 1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk 2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
2. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat. 3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
3. Mengatasi kekurangan iodium.
4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil. 4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga
5. Melindungi ibu hamil dari malaria. Berencana (KB).
II. INTERVENSI DENGAN SASARAN IBU MENYUSUI DAN ANAK 5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
III. INTERVENSI DENGAN SASARAN IBU MENYUSUI DAN ANAK 8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan Fortifikasi Garam, Terigu, dan Minyak Goreng
UPAYA INTERVENSI GIZI SENSITIF (2)
4. MENYEDIAKAN AKSES KEPADA LAYANAN KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA (KB)
Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga)
Pelaksana: BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah (Kab/Kota)
Kegiatan:
1. Penguatan advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait Program KKBPK.
2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata.
3. Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga.
4. Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB).
5. Penguatan data dan informasi kependudukan, KB dan KS.
10.MEMBERIKAN EDUKASI KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI, SERTA GIZI PADA REMAJA
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja Pelaksana: Kementerian Kesehatan melalui Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
Kegiatan:
Pelayanan konseling dan Peningkatan kemampuan remaja dalam menerapkan Pendidikan dan
Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
UPAYA INTERVENSI GIZI SENSITIF (5)
11. MENYEDIAKAN BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KELUARGA MISKIN
Program Rastra dan Program Keluarga Harapan (PKH) Pelaksana:
Kementerian Sosial (Kemensos)
Kegiatan:
1. Pemberian subsidi untuk mengakses pangan (beras dan gula).
2. Pemberian bantuan tunai bersyarat kepada ibu Hamil, Menyusui dan Balita.
43
PENYEBAB MASALAH GIZI SALING BERKAITAN
ANTARA SATU DAN LAINNYA
Rendahnya akses Rendahnaya akess
terhadap POLA ASUH terhadap
AKAR MASALAH
Potitik, sosial dan Kemiskinan Kurangnya Degradasi
budaya pemberdayaan Lingkungan
perempuan
Rendahnya akses terhadap Meningkatkan
BADAN akses pangan
MAKANAN dari segi bergizi untuk
jumlah dan kualitas gizi KETAHANAN Program Pekarangan Organik
45
Rendahnya akses terhadap
SANITASI
DAN AIR
DINAS
BERSIH PEKERJAAN
UMUM
46
ORANG TUA
CAMAT
LURAH
KEPALA DESA MENYAJIKAN MAKANAN
MASYARAKAT
MEDIA MASSA
47
PERANAN KABUPATEN/KOTA PENANGGULANGAN STUNTING
PELAKSANAAN KEBIJAKAN
UU 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
• PENYELENGGARA
PEMERINTAHAN DAERAH
MEMPRIORITASKAN Pasal 298 • PEMDA DALAM
PELAKSANAAN URUSAN
PEMERINTAHAN WAJIB UU23/2014 PENYELENGGARAAN YAKNI
PADA PENYUSUNAN
YANG BERKAITAN DENGAN PERENCANAAN DAN
PELAYANAN DASAR YANG • BELANJA DAERAH ANGGARAN BELANJA DAERAH
DILAKSANAKAN DIPRIORITASKAN UNTUK
BERDASARKAN SPM (Pasal 18 MEMPERIORITASKAN
MENDANAI URUSAN
ayat (1) & (2)) PEMERINTAHAN WAJIB YANG BELANJA UNTUK SPM
TERKAIT PELAYANAN DASAR
YANG DITETAPKAN DENGAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL. (PASAL 298 AYAT
(1))
Pasal 18 UU
23/2014 MANDATORY
RUANG LINGKUP SPM
PENDIDIKAN
KESEHATAN
SOSIAL
TRANTIBUMLINMAS
PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
SPM
PUSAT PEMDA PAD/DBH Fiscal gap Pendanaan berdasarkan pada
standar pelayanan teknis dan
regional cost
DAU
DAK
SPM
Equalizer
Via
GUBERNUR
51
KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH
Salah satu Kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah :
(pasal 67 UU No. 23 Tahun 2014)
Yang dimaksud dengan “Program Strategis Nasional” adalah program yang ditetapkan presiden
sebagai program yang memiliki sifat strategis secara nasional dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan serta menjaga pertahanan dan keamanan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan msyarakat
STUNTING merupakan
Program Strategis Nasional
Perpres 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
52
Bab VI Pasal 36 Ayat (2) huruf a. :
Kepala daerah dan/atau wakil kepala Daerah yg tidak melaksanakan Program Strategis Nasional
• TEGURAN
2 • PEMBERHENTIAN
4
TERTULIS • TEGURAN SEMENTARA (3 • PEMBERHENTIAN
TERTULIS KEDUA BULAN)
1 3
• Penjatuhan sanksi teguran tertulis didasarkan atas hasil vcrilikasi secara teliti, objektif, dan didukung dengan data, informasi, dan/ atau
dokumen lainnya yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran.
• Peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah
PEMBELAJARAN INTERNASIONAL
MENGATASI STUNTING
54
NEGARA-NEGARA YANG SUKSES
MENURUNKAN STUNTING
HUANCA Tingkat stunting di tahun 2010 menurun Peningkatan anggaran sesuai dengan daerah yang
dibanding tahun 2007 diprioritaskan. Huancavelica ditugaskan untuk
VELICA memberikan anggaran sebesar S/2100 bagi tiap
anak. Sementara, di tahun 2008 hanya sbesar S/99
per anak.
SENEGAL Mengurangi stunting dari 29% menjadi 19% • Komitmen petinggi politik
dalam waktu kurang dari satu dekade • Kerangka kerja institusional
• Pendekatan multi sektoral
• Memperkuat sistem database
• Program IEC dan BCC
• Garis anggaran nasional - ↑ anggaran publik
PENCAPAIAN DAN KUNCI KEBERHASILAN NEGARA LAIN (2)
NEGARA PENCAPAIAN KUNCI KEBERHASILAN
THAILAND Mengurangi stunting secara signifikan dan Komunitas relawan kesehatan terlatih; mengunjungi
berlanjut hingga kurang dari 20%, yang rumahtangga, menimbang anak-anak dan memberikan
awalnya 50%. konsultasi pada ibu-ibu. Relawan tersebut menerima
insentif: perawatan medis gratis bagi relawan dan
keluarganya, sertifikat dan penghargaan.
Mengurangi stunting sebesar 30% dalam 30 Pendekatan pro-poor multi sectoral
BRAZIL tahun • Fokus pada pengurangan kemiskinan dan
ketidaksetaraan dalam stunting
• Program promosi pemberian ASI
• ↑ pendidikan wanita
• ↑ daya beli rumah tangga
• ↑ cakupan layanan kesehatan bagi ibu dan anak
• ↑ program air bersih dan sanitasi
BANGLADESH Mengurangi stunting dari 56% menjadi 33%, • Dukungan kuat dari masyarakat sipil dan LSM untuk
antara tahun 1997 dan 2014 pemberdayaan perempuan - BRAC
• Masyarakat relawan promosi gizi yang bekerja
melalui pusat-pusat komunitas
• Program BCC yang sangat efektif
PENCAPAIAN DAN KUNCI KEBERHASILAN NEGARA LAIN (3)
NEGARA PENCAPAIAN KUNCI KEBERHASILAN
NEPAL Stunting menurun, antara 2001 dan Program gizi sensitif memainkan peran besar:
2014, dari 56% menjadi 37% peningkatan akses kesehatan; pendidikan ibu,
sanitasi yang lebih baik.
VIETNAM Stunting berkurang dari 50% (1993) Fokus pada pemberian makan untuk bayi dan
menjadi 34% (1998) dalam 5 tahun dan anak-anak; Program Promosi ASI
23% pada 2011 memberikan cuti 6 bulan setelah bersalin.
MAHARASHTRA Mengurangi stunting dari 36,5% pada • Komitmen petinggi politik
tahun 2005-2006 menjadi 24% pada • Peningkatan anggaran
2012 • Pendekatan multi sektoral; determinan
pendukung
• Lingkungan kepemerintahan yang baik;
kemiskinan ↓, ekonomi, transparansi, anti
korupsi.
BUKTI-BUKTI ILMIAH
INVESTASI GIZI = INVESTASI CERDAS
MANFAAT MENANGGULANGI MASALAH GIZI PADA BALITA