Anda di halaman 1dari 96

TEORI INSERSI LMA

Oleh Hadyan S
‘Insersi LMA menyerupai proses fisiologi
mekanisme menelan’
Mekanisme menelan
Empat Fase Insersi LMA
1. penyesuaian posisi kepala dan leher,
2. memposisikan cuff di dalam mulut
3. menelusuri inlet dari orofaring; dan
4. mendorong lebih jauh cuff dari laringofaring
proksimal sampai ke hipofaring.
1. Penyesuaian posisi kepala dan leher
Sniffing position, karena:
1. sudut orofaring meningkat,
2. lidah dan epiglottis diangkat dari dinding
posterior faring, dan
3. diameter anteroposterior dari faring
meningkat.
Hal ini bertujuan mengurangi resiko terhambat
oleh orofaring posterior dan dengan struktur
faring anterior
Sniffing position
2. Memposisikan cuff di dalam mulut

Pada prinsipnya :
• cuff harus kempis dan diarahkan ke hard
palate,
• membuka mulut selebar mungkin untuk
melihat struktur sekitarnya dan
memungkinkan manipulasi dengan jari.
3. Menelusuri inlet orofaring

• Secara prinsip, :
1.pertahankan sniffing position
2.mempertahankan tekanan ke belakang
dengan konstan dengan jari
3.tekanan tersebut akan mendorong cuff
menyesuaikan dengan kurva palatofaring
4. Mendorong lebih jauh cuff dari laringofaring proksimal
sampai ke hipofaring

• Menghindari tubrukan dengan struktur faring


anterior seperti lidah, epiglottis, arytenoids dan
glottis
• Secara prinsip, mendorong cuff sampai ke dinding
posterior dari faring
• dan memastikan bahwa cuff betul-betul kempis
seharusnya dapat mengurangi resiko hambatan,
karena cuff akan didorong untuk menjauhi
struktur-struktur faring anterior tadi dan dan
memungkinkan mengarahkan cuff dengan
lembut.
• Terdapat bukti : sniffing position
meningkatkan keberhasilan insersi.
• Telah ditunjukkan bahwa insersi akan lebih
mudah pada sniffing position daripada posisi
netral.
• Namun demikian, tidak ada bukti konsiten
bahwa cuff yang dikempiskan atau mengikuti
kurva palatofaring akan meningkatkan
keberhasilan insersi.
Tehnik Insersi
• Terdapat perdebatan mengenai tehnik insersi
mana yang paling baik
• Th.1996 survei pemakaian LMA di Wales,
Dingley dan Asai :hanya 30-34% yang
menggunakan tehnik standar.
• Terdapat empat alasan mengapa tehnik
alternative lebih disukai
Empat alasan mengapa tehnik
alternative lebih disukai
1. paling penting, kurangnya pelatihan.
2. kesulitan dengan tehnik dasar.
3. lupa dengan bentuk LMA klasik sehingga
keberhasilan tidak menghiraukan tehnik insersi.
4. beberapa tehnik alternative dapat mengatasi
masalah-masalah yang sifatnya individual
anestesiologis ( seperti tidak mau memasukkan
tangannya ke dalam mulut pasien),jarang
memakai,dll.
TEHNIK INSERSI LMA
1.Tehnik Standar- LMA klasik
• Pendekatan Midline
• Pendekatan Lateral
• Tehnik ibujari
Pendekatan Midline
Fase 1:
• sniffing position dgn tangan nondominan
menyangga oksiput,
• LMA dipegang pada tube-mask junction
antara jari telunjuk di anterior dan jempol di
posterior, seperti memegang pena.
• Pergelangan tangan dan jari-jari harus sedikit
fleksi, seperti akan menulis,
Pendekatan midline
Fase 2 dan 3
• Mulut harus dibuka dengan lembut, dengan
bantuan asisten, atau menggunakan jari-jari
tangan yang dominan yang tidak memegang
tube
• Jari-jari ini dapat juga digunakan untuk
menyisihkan bibir yang mungkin terjepit antara
cuff dan gigi
• Bila dibutuhkan, LMA yang telah dilumasi
diposisikan pada hard palate pada garis tengah
dan betul-betul menempel padanya.
Fase 2 dan 3

• Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara:


– ujung distal cuff ditempelkan dibelakang incisors
dan cuff didorong mengikuti kurva hard palate
– seluruh cuff dimasukkan langsung ke mulut dan
kemudian diatur pada posisi tersebut.
• Pastikan tepi cuff menempel pada hard palate
tanpa ada yang tertekuk.
Pendekatan midline
Fase 4
• Setelah kepala, leher dan cuff posisinya benar,
→ LMA didorong sesuai kurva palatofaringeal.
• Pertahankan tekanan sentrifugal sesuai kurva
dan gerakan sedikit ke depan sepanjang kurva.
• cuff bergerak awalnya ke posteroinferior dan
kemudian ke inferior, jari telunjuk mendorong
semakin jauh dan pergelangan tangan berotasi
ke dalam
Pendekatan midline
Fase 4
• Bila dibutuhkan , insersi bisa dilengkapi dengan
mendorong ujung proksimal dari LMA dengan
tangan nondominan
• Pada saat cuff sudah tidak bisa lagi didorong, jari
telunjuk ditarik dan cuff dikembangkan .
• Untuk mencegah berubahnya posisi LMA, ujung
proksimal tube tetap dipegang sampai jari telunjuk
telah keluar .
Periksa rongga mulut pasien sebelum
insersi LMA
Keberhasilan insersi tehnik standar
midline approach

• Keberhasilan insersi untuk tehnik standar


pernah dilaporkan oleh 92 kelompok.
• Mean ( rentang) keberhasilan insersi tehnik
standar midline approach :
– first-time : 87%(65-100%)
– keseluruhan : 98 %(66-100%)
Tehnik Standar lateral approach
• Pertamakali dideskripsikan oleh Lee tahun
1989,
• Mirip pendekatan midline,
• Cuff diletakkan menyilang garis tengah pada
sudut sekitar 45° dengan ujung proksimal
menekan satu sisi dan ujung distal menekan
sisi lainnya.
Tehnik standar lateral approach
• Cuff didorong ke orofaring dengan ujung sisi
lateral sebagai penuntun
• kemudian diluruskan setelah sampai di
laringofaring.
• Keuntungan :
– Sedikit tahanan pada belakang mulut; karena
ujung lateral dari distal cuff lebih lembut dan
mempunyai radius putar yang lebih kecil.
Tehnik standar lateral approach
• Keuntungan :
– ujung distal dari cuff mungkin bisa mencegah
benturan dengan struktur faring di bagian tengah
seperti epiglottis dan glottis
• Kekurangan (teoritis) :
– tonsil dilewati lebih sering dan bisa menimbulkan
trauma;
– bila cuff tidak diluruskan, bisa terjadi beberapa
sisa rotasi yang tidak tepat sehingga bisa
menimbulkan malposisi
Tehnik standar lateral approach
Digunakan sebagai :
• Tehnik insersi primer
• Bila terjadi tahanan di belakang mulut saat
memakai tehnik midline, pd situasi tersebut,
cuff dapat dengan mudah dipindah posisinya
ke lateral tanpa menarik keluar cuff dari
mulut, atau melepaskannya dari hard palate.
Midline Lateral
Midline Lateral
Angka Keberhasilan
• Brimacombe dan Keller, th 2000 melaporkan,
pendekatan lateral 45° keberhasilannya sekitar
87% ,pada pasien yang mengalami hambatan
bila memakai tehnik pendekatan midline.
• Nagai ,dkk, th 2000 penelitian 24 anak umur
0,3-13 tahun, menemukan pendekatan
midline dan pendekatan lateral plus cuff
dikembangkan sebagian angka
keberhasilannya adalah sama, dengan first –
time success rates 80 dan 85%.

Angka Keberhasilan
• O’Neil, dkk, th1994 meneliti 122 anak umur
0,4-14 tahun memakai pendekatan lateral,
menemukan bahwa first-time success rate
lebih tinggi ( 86% vs 97%) dan insertion times
lebih singkat ( 16 vs 23 detik) bila cuff
dikembangkan sebagian dibandingkan
dikempiskan .
Tehnik Ibujari

Deskripsi
• Tehnik insersi ibujari dikenalkan oleh Brain
pada tahun 1980 an.
• Tehnik ini memungkinkan insersi LMA bila
akses dari atas kepala tidak memungkinkan
• disebut tehnik ibujari karena ibu jari dari
bawah, di mana menggantikan fungsi jari
telunjuk dari atas.
Tehnik ibu jari
• Dua versi dari tehnik ibujari:
– satu memakai ibu jari sebagai pengganti jari
telunjuk dan
– satunya lagi memakai ibu jari sebagai penuntun.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk

Tehniknya :
• anesthetist berdiri disamping salah satu sisi
pasien
• Tube-cuff junction dipegang antara ibu jari dan
telunjuk tangan dominan, tetapi ibu jari
berada di anterior dan jari telunjuk di
posterior (kebalikan dari tehnik standar
biasanya).
• Cuff kemudian diletakkan dibelakang incisors
atas dan ditempelkan pada hard palate.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk
• Setelah jari telunjuk dilepaskan, cuff didorong
terus semakin dalam dengan menekan ke arah
posterior sesuai kurva palatofaring, dengan
empat jari lainnya ekstensi di atas wajah pasien.
• Pada saat ibu jari telah masuk pada kedalaman
maksimal, maka maneuver insersi diakhiri
dengan mendorong ujung dari tube dengan tetap
memakai ibu jari sebagai penuntun.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk
• Untuk mencegah perubahan posisi, ujung proksimal
dari tube tetap dipegang sampai ibu jari keluar dari
mulut.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk

Kekurangan :
1. Karena ibu jari lebih pendek dari jari telunjuk,
cuff bisa jadi ditekan dengan kurang efisien
pada kurva palatofaring pada saat telah
memasuki faring.
2. Ibu jari kurang sesuai dibadingkan jari
telunjuk untuk melakukan maneuver
intraoral oleh karena ia hanya punya satu
sendi.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk

Kekurangan :
3. Meningkatnya ketergantungan terhadap dua
tangan untuk insersi dan posisi anestesiologis
yang berada di bawah kepala berarti bahwa
akan lebih sulit untuk menyesuaikan posisi
kepala dan leher.
Ibu jari hanya sebagai penuntun
• Ibu jari diposisikan menyilang terhadap tube
dimana ibu jari akan membentuk semacam tunnel
(terowongan) terhadap hard palate, yang berfungsi
sebagai penuntun untuk mempertahankan agar cuff
tetap menekan kurva palatofaring.
• LMA didorong sesuai kurva palatofaring pada ujung
proksimal dari tube. Dengan demikian, tangan yang
nondominan menekan sepanjang badan tube
seperti penuntun selama dilakukan insersi.
Ibu jari hanya sebagai penuntun
• Sedangkan jari-jari yang lain, selain ibu jari bisa
digunakan untuk membantu gerakan ini.
• Contoh: dengan berdiri disamping pasien, ibu jari
atau jari telunjuk dan jari tengah, dapat digunakan
untuk membentuk tunnel ( terowongan) terhadap
hard palate.
Tehnik insersi ibu jari
Angka keberhasilan insersi
• Ada satu penelitian yang membandingkan thumb
technique (sebagai pengganti jari telunjuk) dengan
tehnik standar.
• Taylor dan Berry,th 1998 meneliti 20 pasien dewasa,
menemukan angka keberhasilan insersi untuk yang
belum berpengalaman lebih rendah dibandingkan
dengan tehnik standar.
Angka keberhasilan insersi
• Dengan tehnik standar, 9/10 insersi berhasil pada
usaha pertama, dengan satu pasien membutuhkan
4 kali usaha.
• Thumb technique gagal sebesar 4/10, dengan 4/10
berhasil pada usaha pertama dan 2/10
membutuhkan 3-4 kali usaha.
• Kegagalan akibat : tingkat kesulitan dalam
menyesuaikan posisi kepala , ibu jari yang lebih
pendek menjadi kurang efisien untuk mendorong,
dan kurang terbiasa menjaga jalan nafas ketika
berdiri di sisi bawah kepala pasien.
TEHNIK ALTERNATIF MELIBATKAN PERUBAHAN
VOLUME CUFF/ BENTUK
Terdapat tiga tehnik insersi dgn perubahan volume
cuff :
1. ( partial inflation) ( biasanya sekitar 50% dari
volume maksimal yang direkomendasikan);
2. Cuff dikembagkan penuh (sesuai volume
maksimal yang direkomendasikan)
3. Membuka cuff terhadap atmosfer dengan
memasukkan syringe tanpa memasang plunger
ke dalam pilot balloon ( volumenya bervariasi).
LARYNGOSCOPE –GUIDE TECHNIQUE
Deskripsi
• Insersi dengan penuntun laringoskop
• pertama kali dijelaskan oleh van Heerden dan
Kirrage pada tahun 1989;
• meskipun demikian, Brain menggunakan tehnik
ini pada tahun 1980an.
Keuntungan
1. Secara konseptual sederhana;
2. Tehnik ini menggunakan keahlian yang
memang telah dimiliki oleh anestesiologis;
3. Lidah dan epiglottis diangkat dari jalur
insersi; dan
4. Jalur insersi langsung kelihatan.
Kerugian:
1. laringoskopi yang kasar dapat merangsang
reflek proteksi jalan nafas dan meningkatkan
stress respon hemodinamik dan
menimbulkan morbiditas jalan nafas.
2. Sekali LMA telah masuk ke dalam mulut,
pandangan pada faring akan terhalang oleh
cuff dan hal tersebut merubah pandangan
langsung menjadi partial-vision technique.
Kerugian:
3. Selama tangan yang nondominan digunakan untuk
memegang laringoskop, maka tidak bisa bebas
untuk membuat penyesuaian cuff atau gerakan
kepala dan leher.
4. LMA tidak bisa dengan mudah mengikuti kurva
palatofaring karena anestetis tidak pada posisi
untuk bisa menekan cuff terhadap hard palate.
5. Bilah laringoskop mengurangi ruang yang tersedia
di dalam mulut untuk manipulasi dengan jari.
6. Pegangan laringoskop bersaing dengan tube untuk
ruang.
LARYNGOSCOPE –GUIDE TECHNIQUE
• Tehnik insersi dengan penuntun laringoskop
mempunyai angka kebrhasilan yang sama
(P<0,006) dan kemungkinan respon
hemodinamik yang sama dengan tehnik
standar.
TEHNIK TERBALIK ATAU TEHNIK GUEDEL
• Pertama kali dijelaskan oleh Brain ,th 1983 untuk
digunakan dengan prototype LMA yang original
yang memang kaku
• Coyne,th 1990 digunakan pada LMA klasik ( karena
mengalami kesulitan dengan tehnik standar
(Gambar 8.17).
• Charlottetown twist, Charlottetown click dan
Carolina maneuver
TEHNIK TERBALIK ATAU TEHNIK GUEDEL
• Tehnik tersebut sama dengan tehnik terbalik
untuk pemasangan Guedel airway dan dengan
cara memegang bagian tengah tube,
menempatkan cuff di dalam mulut dengan
mangkuk menghadap ke hard palate ( kebalikan
dari tehnik standar) dan dimasukkan sampai
laringofaring proksimal sambil diputar 180°
sehingga mangkuk menghadap ke anterior.
Keuntungan
1. Keahlian yang memang sudah dimiliki oleh
anestesiologis.
2. Bahwa dengan menempatkan mangkuk
menghadap palatum, bagian distal dari cuff
terletak berlawanan dan telah pada posisi segaris
dengan dinding posterior orofaring, sehingga
mencegah benturan dengan bagian belakang dari
mulut.
3. Manipulasi dengan jari intraoral tidak diperlukan
untuk insersi.
Tehnik terbalik, Tehnik Guedel
Kerugian
1. Ada resiko terjadinya trauma, misalnya
dislokasi arytenoids dan trauma pada gigi.
2. Rotasi yang kurang atau berlebihan bisa
mengakibatkan malposisi.
3. Karena pelumas dibutuhkan pada semua
permukaan cuff ( bukan hanya di
posteriornya), terdapat resiko bahwa bisa
terjadi tergelincir ke inlet glottis dan
merangsang reflek protektif.
Kerugian
4. Rotasi yang berulang-ulang bisa mengurangi
longevitynya.
5. Rotasi dari LMA di dalam mulut
meningkatkan resiko kerusakan cuff karena
tergores oleh gigi yang tajam .

Tehnik terbalik mempunyai angka keberhasilan


sama dengan tehnik standar ( P<0,02)
ALTERNATIF POSISI JARI
Ada enam tehnik insersi alternative dimana jari
jari digunakan secara berbeda:
1. The finger sweep
2. Tongue traction
3. The spears
4. The wobble
5. The finger shuffle dan
6. The double – finger
The finger sweep
• Mason dan Bingham, th 1990, menyebutkan
pemakaian tehnik finger sweep,
• Tehnik ini digunakan kalau terjadi tahanan pada
bagian belakang mulut sehingga perlu dilakukan
gerakan jari menyapu cuff untuk mengarahkan
kembali secara inferior ke laringofaring.
• Kerugiannya adalah bahwa jari yang melakukan
sweep tidak bisa mempertahankan posisi cuff
terhadap hard palate ( bila ini jari tangan dominan)
atau posisi kepala dan leher ( bila menggunakan
tangan nondominan).
• Namun demikian, sekali ujung distal cuff telah
diarahkan, maka tangan bisa kembali pada tugas
utamanya dan insersi selesai seperti tehnik
biasanya.
• Menurut penulis, finger sweep adalah tehnik yang
bermanfaat bila ada tahanan pada bagian belakang
mulut.
The Finger Sweep
Tongue traction

• Mason dan Bingham, pada tahun 1990,


menyebutkan tehnik menarik lidah untuk
membantu insersi.
• Dibutuhkan asisten untuk memegang lidah
antara jari telunjuk dan ibu jari, memakai
gauze swab, dan menarik lidah keluar
melewati gigi bawah.
• Tehnik ini bisa membawa lidah menjauhi hard
palate dan mengangkat lidah dari dinding
posterior faring.
• Akan meningkatkan ruang yang tersedia di
dalam mulut
• mengurangi resiko membentur lidah diorofaring.
• Tehnik insersinya sama dengan tehnik standar.
• Seberapa sering lidah menghambat insersi LMA
tidak diketahui.
Tongue traction
Kerugian tehnik traksi lidah
1. bisa saja hal tersebut dapat merangsang pasien,
2. trauma pada lidah mungkin terjadi bila lidah
terjebak diantara gigi, dan
3. terdapat sedikit ruang diantara gigi untuk insersi ke
mulut.
Menurut penulis: traksi lidah seharusnya hanya
digunakan bila lidah jatuh ke belakang dan tidak
dapat keluar akibat ada LMA di dalam mulut,atau
dengan membuka mulut lebih lebar lagi
Spear technique
• Spear technique bukan hanya salah satu tehnik
alternative yang sering digunakan tetapi juga salah
satu yang paling kurang bermanfaat.
• Tehnik ini berupa memegang tube pada bagian
tengah antara ibu jari dan jari telunjuk atau jari
tengah, seperti miniatur tombak dengan sasaran
belakang lidah, setelah terjadi kontak, cuff
diposisikan di laringofaring tanpa harus mengikuti
hard palate.
Spear technique
Keuntungan dan kerugian
• Keuntungannya adalah secara konseptual
sederhana dan tidak membutuhkan
manipulasi jari intraoral.
• Kerugian utama adalah benturan pada
orofaring dan trauma.
• Menurut pendapat pengarang, sebaiknya
tidak menggunakan tehnik ini.
Wobble technique
• Wobble technique mirip dengan spear
technique, tetapi sebagai pengganti
mengarahkan cuff langsung ke laringofaring,
tehnik ini menggunakan aksis panjang dan
didorong secara perlahan.
• Pertama kali dikenalkan oleh Dr Steve Bignell,
anesthesiologist dari Queensland, tetapi
penemunya tidak diketahui.
• Tehnik ini sering digunakan ketika gagal
dengan tehnik spear tetapi tidak mau
menyerah.
Wobble technique
Wobble technique
• Secara teoritis keuntungan tehnik ini adalah
bahwa cuff ada di inlet orofaring dan
kesempatan untuk menemukan aspek yang
akan dengan lembut masuk laringofaring.
• Kerugiannya adalah sama dengan tehnik
spear.
• Menurut pendapat pengarang sebaiknya tidak
menggunakan tehnik ini.
Finger shuffle
• LMA dimasukkan ke orofaring dengan cara
menggerakkan tube naik turun.
• Pada awalnya jari memegang pada tube-cuff
junction dan berakhir pada pertengahan tube,
sesuai dengan jarak cuff dari hipofaring.
• Keuntungannya adalah tube bisa dipegang antara
ibu jari dengan jari-jari sampai insersi selesai
sehingga lebih bisa mengendalikan gerakan cuff.
Kerugian
1. Cuff tidak bisa di tempelkan pada hard palate oleh
karena bagian proksimal cuff dipegang menjauhi
palate oleh ibu jari.
2. Sekali tehnik ini dimulai cuff akan cenderung
menjauhi kurva palatofaring karena sulit
mempertahankan tekanan yang konstan pada
kurva palatofaring.
3. Terakhir insersi LMA, kemungkinan sulit disadari
oleh karena perbedaan tahanan yag dirasakan.
Double Finger Technique

• Tehnik ini dilakukan dengan memegang tube


antara permukaan medial jari telunjuk dan
permukaan lateral jari tengah ketika tube
dimasukkan (Gambar 8.22).
• Tehnik dorsal pertamakali dikenalkan oleh Dr
Linda Wat, anestesiologis dari California; dan
tehnik ventral dikenalkan oleh Dr Gary Clarke.
Double Finger Technique
• Rasionalnya adalah bahwa tehnik ini akan
memberikan stabilitas saat rotasi terutama
untuk LMA fleksibel.
• Kerugiannya adalah akan mengurangi ruang di
dalam mulut dan jari tidak bisa melakukan
rotasi di dalam mulut untuk menambah
kedalaman insersi.
Double Finger Technique
MANIPULASI RAHANG, MULUT , KEPALA DAN LEHER

Tiga tehnik insersi telah dijelaskan dengan


melibatkan manipulasi terhadap rahang,
mulut, kepala dan leher:

• Jaw thrust
• Membuka mulut lebih lebar
• Manipulasi leher.
MANIPULASI RAHANG, MULUT ,
KEPALA DAN LEHER
Jaw thrust
Keuntungan:
1. Mengurangi resiko epiglottis terlipat dengan
cara mengangkat epiglottis dari dinding
faring posterior dan
2. Mengurangi kejadian benturan pada glottis
dengan mengurangi tekanan pada
laringofaring .
Tiga kekurangan Jaw Thrust:
1. Tehnik ini dapat merangsang pasien, namun
juga bisa digunakan untuk menilai kedalaman
anesthesia.
2. Dapat menimbulkan nyeri pada rahang.
3. Dibutuhkan asisten, karena butuh dua tangan
untuk melakukannya.
Jaw Thrust
• Menurut pendapat pengarang , jaw thrust
adalah tambahan tehnik yang sangat
menguntungkan untuk tehnik standar.
• Jaw thrust dapat menurunkan frekuensi
terlipatnya epiglottis tetapi tidak
meningkatkan angka keberhasilan insersi
Pembukaan mulut ekstra
• Mulut biasanya dibuka secara normal oleh bantuan
seorang asisten dengan menekan ke bawah dagu
dengan satu jari.
• Pembukaan mulut ekstra bisa dilakukan dengan
memberikan tenaga yang lebih besar memakai jari
atau dengan jaw thrust dengan kedua jari telunjuk
dan membuka mulut memakai kedua ibu jari (
Gambar 8.20).
Pembukaan mulut ekstra

• Keuntungannya : memberikan pandangan


yang lebih jelas dari rongga mulut dan ruang
yang lebih besar untuk manipulasi dengan jari.
• Kekurangan:
1. bila tenaga yang diberikan terlalu besar maka
bisa terjadi tekanan yang berlebihan pada
faring.
2. tenaga yang berlebihan bisa merangsang
pasien.
Pembukaan mulut ekstra

Menurut pendapat penulis:


• pembukaan mulut ekstra bisa diterapkan bila
memang pembukaan mulut masih dirasa
kurang, namun harus segera dilepaskan
sebelum cuff lebih jauh masuk ke
laringofaring.
Manipulasi eksternal leher anterior
• Ada dua tehnik alternative :
1. Traksi ke anterior dari glottis .
Alexander ,th1988; menjelaskan traksi anterior
dari glottis dilakukan dengan memegang
kartilago cricoids dan thyroid dan
mengangkatnya ke anterior untuk meningkatkan
diameter anteroposterior dari faring.
Kekurangannya : kemungkinan dapat
merangsang pasien dan bisa sulit dilakukan bila
tidak bisa memegang dengan tepat.
Manipulasi eksternal leher anterior
2. Sentralisasi laring secara eksternal.
• Kumar, th 1995, menjelaskan sentralisasi
laring secara eksternal dengan cara
menempatkan tangan nondominan di trakea
( ibujari pada satu sisi sedangkan jari telunjuk
dan jari tengah pada sisi yang lainnya)
sehingga trakea dan laring tidak bergeser
pada saar pemasangan.
Manipulasi eksternal leher anterior
• Sentralisasi laring dari eksternal dapat juga
dilakukan setelah pemasangan untuk
membetulkan posisi dari LMA.
• Namun menurut pengarang manipulasi eksternal
dari leher anterior hanya mempunyai sedikit
pengaruh terhadap insersi LMA.
Palatum Buatan
• Palatum memiliki konsistensi dan bentuk yg
sempurna untuk menelan bolus makanan pada
orang sadar.
• Tapi tdk memiliki konsistensi dan bentuk yg
sempurna untuk insersi LMA pada pasien yg
teranestesi.
• Masalah pd pasien teranestesi : palatum durum
terlalu ke depan dan palatum molle terlalu lunak
untuk membengkokkan cuff disekitar bagian
belakang mulut ke dalam laringofaring.
Palatum Buatan
• Solusi untuk masalah ini adalah menggunakan
palatum buatan dengan konsistensi dan
ukuran yg sempurna untuk insersi LMA.
• Ada enam alat yg berfungsi sebagai palatum
buatan telah ditemukan :
• (i) 3 jenis sendok ;
• (ii) 2 jenis oral airway yg dimodifikasi ;
• (iii) plate metal yg lengkung
Sendok
• Harding , pada tahun 1993, merupakan org
pertama yg memperkenalkan penggunaan
sendok untuk insersi LMA. Awalnya, sendok
metal dari dapur rumah sakit digunakan,
tetapi kemudian digantikan dengan sendok
plastic dengan ujung tumpul.
Oral airway yg dimodifikasi
• Palatum buatan dari Dingley,th 1994
Alat ini terdiri dari airway Guedel yg
dipipihkan, tanpa tube dengan pinggiran
proksimal untuk stabilisasi pada gigi geligi, dan
sebuah bagian lengkung, pipih dan kaku yg
miring di bagian distal.
• Piringan alat insersi buatan sendiri dari
Ishikawa.
• Th1997, Ishikawa dkk mengenalkan alat
introduser buatan sendiri untuk digunakan
pada anak2. Alat ini terdiri dari oral air way
Portex yang dimodifikasi dengan sebuah
handle, dan berfungsi sebagai palatum durum
buatan.
Plat metal lengkung dari Asai
• pada tahun 2002, Asai memperkenalkan
kesuksesan penggunaan sebuah plate metal yg
lengkung yg digunakan sebagai palatum durum
buatan
BENANG
• Pada tahun 1996, Beahan memperkenalkan teknik
insersi yang aneh dengan menggunakan benang
yang dilekatkan pada bagian bawah depan dari
plate belakang didalam mangkuk, dan melewati
lubang bukaan masker, kemudian proksimal ke atas
tube.
Menelan Aktif
• Insersi sadar secara dinamis berbeda dengan insersi
dibawah pengaruh anestesi umum. Meskipun
mukosa dianestesi lokal, otot2 orofaringeal tetap
aktif, dan reflex menelan serta beberapa reflex
proteksi masih intak (utuh/bagus/baik).
• Dengan meminta pasien menelan selama
memasukkan alat, cuff dapat didorong oleh lidah
dan otot2 faringeal ke posisi yang tepat, hanya
dibantu dengan sedikit tenaga/dorongan pada
tangkai/batang LMA.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai