Insersi LMA
Insersi LMA
Oleh Hadyan S
‘Insersi LMA menyerupai proses fisiologi
mekanisme menelan’
Mekanisme menelan
Empat Fase Insersi LMA
1. penyesuaian posisi kepala dan leher,
2. memposisikan cuff di dalam mulut
3. menelusuri inlet dari orofaring; dan
4. mendorong lebih jauh cuff dari laringofaring
proksimal sampai ke hipofaring.
1. Penyesuaian posisi kepala dan leher
Sniffing position, karena:
1. sudut orofaring meningkat,
2. lidah dan epiglottis diangkat dari dinding
posterior faring, dan
3. diameter anteroposterior dari faring
meningkat.
Hal ini bertujuan mengurangi resiko terhambat
oleh orofaring posterior dan dengan struktur
faring anterior
Sniffing position
2. Memposisikan cuff di dalam mulut
Pada prinsipnya :
• cuff harus kempis dan diarahkan ke hard
palate,
• membuka mulut selebar mungkin untuk
melihat struktur sekitarnya dan
memungkinkan manipulasi dengan jari.
3. Menelusuri inlet orofaring
• Secara prinsip, :
1.pertahankan sniffing position
2.mempertahankan tekanan ke belakang
dengan konstan dengan jari
3.tekanan tersebut akan mendorong cuff
menyesuaikan dengan kurva palatofaring
4. Mendorong lebih jauh cuff dari laringofaring proksimal
sampai ke hipofaring
Deskripsi
• Tehnik insersi ibujari dikenalkan oleh Brain
pada tahun 1980 an.
• Tehnik ini memungkinkan insersi LMA bila
akses dari atas kepala tidak memungkinkan
• disebut tehnik ibujari karena ibu jari dari
bawah, di mana menggantikan fungsi jari
telunjuk dari atas.
Tehnik ibu jari
• Dua versi dari tehnik ibujari:
– satu memakai ibu jari sebagai pengganti jari
telunjuk dan
– satunya lagi memakai ibu jari sebagai penuntun.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk
Tehniknya :
• anesthetist berdiri disamping salah satu sisi
pasien
• Tube-cuff junction dipegang antara ibu jari dan
telunjuk tangan dominan, tetapi ibu jari
berada di anterior dan jari telunjuk di
posterior (kebalikan dari tehnik standar
biasanya).
• Cuff kemudian diletakkan dibelakang incisors
atas dan ditempelkan pada hard palate.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk
• Setelah jari telunjuk dilepaskan, cuff didorong
terus semakin dalam dengan menekan ke arah
posterior sesuai kurva palatofaring, dengan
empat jari lainnya ekstensi di atas wajah pasien.
• Pada saat ibu jari telah masuk pada kedalaman
maksimal, maka maneuver insersi diakhiri
dengan mendorong ujung dari tube dengan tetap
memakai ibu jari sebagai penuntun.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk
• Untuk mencegah perubahan posisi, ujung proksimal
dari tube tetap dipegang sampai ibu jari keluar dari
mulut.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk
Kekurangan :
1. Karena ibu jari lebih pendek dari jari telunjuk,
cuff bisa jadi ditekan dengan kurang efisien
pada kurva palatofaring pada saat telah
memasuki faring.
2. Ibu jari kurang sesuai dibadingkan jari
telunjuk untuk melakukan maneuver
intraoral oleh karena ia hanya punya satu
sendi.
Ibu jari sebagai pengganti jari telunjuk
Kekurangan :
3. Meningkatnya ketergantungan terhadap dua
tangan untuk insersi dan posisi anestesiologis
yang berada di bawah kepala berarti bahwa
akan lebih sulit untuk menyesuaikan posisi
kepala dan leher.
Ibu jari hanya sebagai penuntun
• Ibu jari diposisikan menyilang terhadap tube
dimana ibu jari akan membentuk semacam tunnel
(terowongan) terhadap hard palate, yang berfungsi
sebagai penuntun untuk mempertahankan agar cuff
tetap menekan kurva palatofaring.
• LMA didorong sesuai kurva palatofaring pada ujung
proksimal dari tube. Dengan demikian, tangan yang
nondominan menekan sepanjang badan tube
seperti penuntun selama dilakukan insersi.
Ibu jari hanya sebagai penuntun
• Sedangkan jari-jari yang lain, selain ibu jari bisa
digunakan untuk membantu gerakan ini.
• Contoh: dengan berdiri disamping pasien, ibu jari
atau jari telunjuk dan jari tengah, dapat digunakan
untuk membentuk tunnel ( terowongan) terhadap
hard palate.
Tehnik insersi ibu jari
Angka keberhasilan insersi
• Ada satu penelitian yang membandingkan thumb
technique (sebagai pengganti jari telunjuk) dengan
tehnik standar.
• Taylor dan Berry,th 1998 meneliti 20 pasien dewasa,
menemukan angka keberhasilan insersi untuk yang
belum berpengalaman lebih rendah dibandingkan
dengan tehnik standar.
Angka keberhasilan insersi
• Dengan tehnik standar, 9/10 insersi berhasil pada
usaha pertama, dengan satu pasien membutuhkan
4 kali usaha.
• Thumb technique gagal sebesar 4/10, dengan 4/10
berhasil pada usaha pertama dan 2/10
membutuhkan 3-4 kali usaha.
• Kegagalan akibat : tingkat kesulitan dalam
menyesuaikan posisi kepala , ibu jari yang lebih
pendek menjadi kurang efisien untuk mendorong,
dan kurang terbiasa menjaga jalan nafas ketika
berdiri di sisi bawah kepala pasien.
TEHNIK ALTERNATIF MELIBATKAN PERUBAHAN
VOLUME CUFF/ BENTUK
Terdapat tiga tehnik insersi dgn perubahan volume
cuff :
1. ( partial inflation) ( biasanya sekitar 50% dari
volume maksimal yang direkomendasikan);
2. Cuff dikembagkan penuh (sesuai volume
maksimal yang direkomendasikan)
3. Membuka cuff terhadap atmosfer dengan
memasukkan syringe tanpa memasang plunger
ke dalam pilot balloon ( volumenya bervariasi).
LARYNGOSCOPE –GUIDE TECHNIQUE
Deskripsi
• Insersi dengan penuntun laringoskop
• pertama kali dijelaskan oleh van Heerden dan
Kirrage pada tahun 1989;
• meskipun demikian, Brain menggunakan tehnik
ini pada tahun 1980an.
Keuntungan
1. Secara konseptual sederhana;
2. Tehnik ini menggunakan keahlian yang
memang telah dimiliki oleh anestesiologis;
3. Lidah dan epiglottis diangkat dari jalur
insersi; dan
4. Jalur insersi langsung kelihatan.
Kerugian:
1. laringoskopi yang kasar dapat merangsang
reflek proteksi jalan nafas dan meningkatkan
stress respon hemodinamik dan
menimbulkan morbiditas jalan nafas.
2. Sekali LMA telah masuk ke dalam mulut,
pandangan pada faring akan terhalang oleh
cuff dan hal tersebut merubah pandangan
langsung menjadi partial-vision technique.
Kerugian:
3. Selama tangan yang nondominan digunakan untuk
memegang laringoskop, maka tidak bisa bebas
untuk membuat penyesuaian cuff atau gerakan
kepala dan leher.
4. LMA tidak bisa dengan mudah mengikuti kurva
palatofaring karena anestetis tidak pada posisi
untuk bisa menekan cuff terhadap hard palate.
5. Bilah laringoskop mengurangi ruang yang tersedia
di dalam mulut untuk manipulasi dengan jari.
6. Pegangan laringoskop bersaing dengan tube untuk
ruang.
LARYNGOSCOPE –GUIDE TECHNIQUE
• Tehnik insersi dengan penuntun laringoskop
mempunyai angka kebrhasilan yang sama
(P<0,006) dan kemungkinan respon
hemodinamik yang sama dengan tehnik
standar.
TEHNIK TERBALIK ATAU TEHNIK GUEDEL
• Pertama kali dijelaskan oleh Brain ,th 1983 untuk
digunakan dengan prototype LMA yang original
yang memang kaku
• Coyne,th 1990 digunakan pada LMA klasik ( karena
mengalami kesulitan dengan tehnik standar
(Gambar 8.17).
• Charlottetown twist, Charlottetown click dan
Carolina maneuver
TEHNIK TERBALIK ATAU TEHNIK GUEDEL
• Tehnik tersebut sama dengan tehnik terbalik
untuk pemasangan Guedel airway dan dengan
cara memegang bagian tengah tube,
menempatkan cuff di dalam mulut dengan
mangkuk menghadap ke hard palate ( kebalikan
dari tehnik standar) dan dimasukkan sampai
laringofaring proksimal sambil diputar 180°
sehingga mangkuk menghadap ke anterior.
Keuntungan
1. Keahlian yang memang sudah dimiliki oleh
anestesiologis.
2. Bahwa dengan menempatkan mangkuk
menghadap palatum, bagian distal dari cuff
terletak berlawanan dan telah pada posisi segaris
dengan dinding posterior orofaring, sehingga
mencegah benturan dengan bagian belakang dari
mulut.
3. Manipulasi dengan jari intraoral tidak diperlukan
untuk insersi.
Tehnik terbalik, Tehnik Guedel
Kerugian
1. Ada resiko terjadinya trauma, misalnya
dislokasi arytenoids dan trauma pada gigi.
2. Rotasi yang kurang atau berlebihan bisa
mengakibatkan malposisi.
3. Karena pelumas dibutuhkan pada semua
permukaan cuff ( bukan hanya di
posteriornya), terdapat resiko bahwa bisa
terjadi tergelincir ke inlet glottis dan
merangsang reflek protektif.
Kerugian
4. Rotasi yang berulang-ulang bisa mengurangi
longevitynya.
5. Rotasi dari LMA di dalam mulut
meningkatkan resiko kerusakan cuff karena
tergores oleh gigi yang tajam .
• Jaw thrust
• Membuka mulut lebih lebar
• Manipulasi leher.
MANIPULASI RAHANG, MULUT ,
KEPALA DAN LEHER
Jaw thrust
Keuntungan:
1. Mengurangi resiko epiglottis terlipat dengan
cara mengangkat epiglottis dari dinding
faring posterior dan
2. Mengurangi kejadian benturan pada glottis
dengan mengurangi tekanan pada
laringofaring .
Tiga kekurangan Jaw Thrust:
1. Tehnik ini dapat merangsang pasien, namun
juga bisa digunakan untuk menilai kedalaman
anesthesia.
2. Dapat menimbulkan nyeri pada rahang.
3. Dibutuhkan asisten, karena butuh dua tangan
untuk melakukannya.
Jaw Thrust
• Menurut pendapat pengarang , jaw thrust
adalah tambahan tehnik yang sangat
menguntungkan untuk tehnik standar.
• Jaw thrust dapat menurunkan frekuensi
terlipatnya epiglottis tetapi tidak
meningkatkan angka keberhasilan insersi
Pembukaan mulut ekstra
• Mulut biasanya dibuka secara normal oleh bantuan
seorang asisten dengan menekan ke bawah dagu
dengan satu jari.
• Pembukaan mulut ekstra bisa dilakukan dengan
memberikan tenaga yang lebih besar memakai jari
atau dengan jaw thrust dengan kedua jari telunjuk
dan membuka mulut memakai kedua ibu jari (
Gambar 8.20).
Pembukaan mulut ekstra