Anda di halaman 1dari 18

Journal Reading

EARLY DETECTION OF
NASOPHARYNGEAL CARCINOMA
Journal by : Keiji Tabuchi et al (2011)

Dipresentasikan oleh : Pembimbing:


Andreas P. P. Gore, S.Ked dr. Fransiska Tricia, Sp. THT-KL
Dheya Membutu Olmus, S.Ked
Nindy P. E. Amtaran, S.Ked

1
PENDAHULUAN
Karsinoma Nasofaring adalah
Nonlimfatik Squamous Cell Carcinoma
pada lapisan epitel nasofaring.

2
EPIDEMIOLOGI
Endemik di Asia tenggara, China selatan, Jepang, Timur
tengah, Afrika utara.

China Selatan  50 / 100.000


Diluar Asia tenggara  1/1.000.000
USA  0,5 – 2 / 100.000

3
Insiden tinggi pada masyarakat Chinese yang tingga di Asia
Tenggara dan Amerika Utara, namun tetap lebih tinggi
pada orang China yang lahir di China
Selatan dibanding di Amerika Utara.

 Menunjukan faktor genetik dan lingkungan


berperan penting pada perkembangan Ca
Nasofaring

4
ETIOLOGI
Interaksi antara infeksi kronis EBV, lingkungan,
genetik, dan paparan karsinogenik.

5
INFEKSI EBV
Infeksi EBV  transmisi lewat
saliva, primer infeksi pada anak-
anak  bereplikasi di mukosa
orofaring diikuti infeksi laten Sel B.

6
KARSINOGENIK
Konsumsi ikan atau makanan yang diasinkan
Pengawetan dengan diasinkan kurang efektif

makanan menjadi setengah membusuk

terjadi Mengandung
akumulasi genotoxic, bakteri,
nitrosamin
7
FAKTOR GENETIK
Ditemukan korelasi HLA
class 1 dengan
perkembangan Ca Nasofaring

- HLA-A2 dan HLA-A0207


- Inaktifasi Tumor Supresor Gen

8
PATOLOGI KANKER NASOFARING
WHO 1978 :
1. Keratinisasi karsinoma sel skuamosa
2. Nonkeratinisasi karsinoma
3. Karsinoma tidak terdiferensiasi
WHO 1991 :
1. Karsinoma sel skuamosa (tipe 1 WHO 1978)
2. Nonkeratinisasi karsinoma (tipe 2 dan 3 WHO 1978)
2a. Karsinoma terdiferensiasi
2b. Karsinoma tidak terdiferensiasi

9
PENGOBATAN AWAL
Radioterapi : dasar tengkorak dan nasofaring, bidang
diarahkan bilateral dan termasuk jalur drainase limfatik
retropharyngeal
Angka kontrol :
T1 dan T2 : 75%-90%
T3 dan T4 : 50%-75%
Karena tingginya insiden metastasis cervical, radiasi profilaksis
leher dianjurkan bahkan dalam kasus N0.
NO dan N1 : 90%
N2 dan N3 : 70%

10
Penambahan kemoterapi pada radioterapi meningkatkan hasil
pengobatan pasien dengan karsinoma nasofaring (kemoterapi cisplatin
dan 5-fluorouracil)

Karena dengan radiasi saja memiliki kelangsungan hidup 3 tahun


secara signifikan lebih rendah dibandingkan mereka yang menerima
radiasi dengan namun dengan kemoterapi peningkatan pasti dari tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun pasien karena penambahan kemoterapi

11
DETEKSI DINI KARSINOMA
NASOFARING
Wei dan Sham membagi gejala NPC menjadi empat kategori
yaitu :
1. gejala yang disebabkan oleh adanya massa tumor pada
nasofaring (epistaksis, sumbatan hidung, dan discharge),
2. gejala yang berhubungan dengan disfungsi dari saluran
Eustachius (gangguan pendengaran),
3. gejala yang berhubungan dengan tumor (sakit kepala,
diplopia, nyeri wajah, dan mati rasa), dan
4. massa leher.

12
Bentuk endemik NPC dikaitkan dengan EBV, meskipun
peran yang tepat dari EBV dalam patogenesis NPC masih
belum jelas.
Titer antibodi IgA untuk EBV kapsid virus antigen (EBV-
IgA-VCA) dan EBV antigen awal (EBV-EA) dalam tes
immunofluorescent dapat digunakan untuk screening
serologi NPC.
Pendekatan proteomik telah diterapkan untuk analisis
neoplasma ganas.

13
Keluhan yang paling umum adalah rasa yang
menyakitkan pada massa di leher.
Setiap orang dewasa yang mengalami otitis media
serosa unilateral harus diteliti dengan seksama untuk
menyingkirkan NPC.
Endoskopi mempunyai peran kunci dalam mendeteksi
lesi NPC awal, dan endoskopi biopsi memungkinkan
definitif diagnosis. Lesi awal biasanya terjadi pada
lateral dinding atau atap nasofaring.

Individu dengan acquired immunodeficiency syndrome


(AIDS)  peningkatan risiko NPC.

14
DETEKSI DINI KARSINOMA NASOFARING
BERULANG
1. Pemeriksaan klinis
2. Pemeriksaan dengan fiberscope fleksibel.
3. Narrow-band imaging (NBI)
Teknik baru mengkarakterisasi jaringan menggunakan
filter Narrow bandwidth dalam sekuensial sistem
pencahayaan merah-hijau-biru. Lesi superficial mukosa
pada karsinoma, yang jarang terdeteksi menggunakan
endoskopi biasa, dapat diamati dengan NBI dengan
melihat pola nonangiogenetic, mikrovaskuler proliferasi.

15
4. Pencitraan studi.
CT dan MRI banyak digunakan untuk mendeteksi lesi
rekuren.
5. FDG-PET
Digunakan untuk mendeteksi lesi berulang banyak jenis
dari tumor. PET dilaporkan berguna untuk membedakan
recurrent NPC tumor dari perubahan post irradiation,
seperti nekrosis jaringan, fibrosis, dan edema.

16
CONCLUSION
1. NPC dalam tahap awal, sering sulit didiagnosis
2. Tes serologi EBV dapat digunakan untuk alat skrining
3. Pemeriksaan pencitraan dan MRI cocok untuk deteksi dini lesi
4. Untuk NPC berulang digunakan NBI dan PET (PET bukan
untuk diagnosis awal)
5. Perbaikan kesadaran dokter dan masyarakat tentang
karsinoma nasfaring.

17
Terimakasih

18

Anda mungkin juga menyukai