1

KRIPTOKOKOSIS
Oleh:
Muhammad Fajar Al Fadhil
130611033

Pembimbing
dr. Mohamad Mimbar Topik, M.Ked (DV)
Sp.DV

BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN

10/04/2019UNIVERSITAS MALIKUSSALEH RSUD CUT MEUTIA ACEH UTARA
PENDAHULUAN
Infeksi ini secara luas ditemukan di
dunia dan umumnya dialami oleh
SSP, kulit, paru, mata, saluran kemih,
penderita dengan sistem imun yang
otot, jantung, saluran cerna, kelenjar
rendah, seperti penderita human
getah bening (KGB), kelenjar tiroid,
immunodeficiency virus/acquired
kelenjar adrenal dan leher.
immunodeficiency syndrome
(HIV/AIDS)

Kriptokokosis

Bahkan dapat menyebabkan tumor,

Kriptokokosis pada kulit dapat seperti kriptokokoma (imunokompeten)
bermanifestasi berupa kelainan adanya dan tumor mediastinum. Tetapi pada
ulkus individu imunokompromis, predileksi
jamur ini adalah SSP.
Definisi
Kriptokokkosis merupapakan infeksi jamur
profunda yang terutama menyerang individu dengan
status imun imunokompromais seperti penderita AIDS,
keganasan hematopoietik, pemakaian kortikosteroid,
dan resipien organ transplantasi. Infeksi pada orang
dengan status imuno kompeten sangat jarang.
 Agen penyebab infeksi ini dapat ditemui dalam
jumlah banyak pada kotoran burung, namun juga
bisa ditemui pada tanah, dan pada kulit manusia
normal.
 Pada pasien dengan infeksi aktif, manifestasi sering
berupa infeksi sistemik. dimana terdapat infeksi
pada otak dan meningen dan ditemukannya jamur
pada liquor serebro spinal
Epidemiologi
 Tanah, rumput, air liur burung dan koala, sarang
burung, kotoran burung, kandang unggas, batang
pohon eukaliptus.
 Pada Sapi: Cryptococcus neoformans dapat juga
diisolasi dari susu yang diperah dari induk yang
menderita mastitis kriptokokal.
 >> AIDS
 Individu imunokompeten  India dan Jepang
 Criptococcus gattii cenderung menginfeksi pejamu
imunokompeten
Etiologi
 Mikosis sistemik yang disebabkan oleh Cryptococcus
neoforman dan Cryptococcus gatii
 Berdasarkan biokimiawi kapsul dibagi menjadi:
 Cr. neoformans var. neoformans/serotipe D
 Cr. neoformans var. grubii/serotipe A
 Cr. gatii serotipe B dan C
 Cr. neoformans, serotipe hibrid AD

 Berukuran sangat kecil dan tidak terlihat mata

telanjang.
 jamur uniselular  bereproduksi secara aseksual
dan seksual.
 Bentuk aseksual  sel ragi yang berkembang biak
dengan membentuk tunas, dan merupakan bentuk yang
paling banyak ditemukan.
 Bentuk seksual atau perfect state (teleomorf) 
terbentuknya basidiospora (Filobasidiella neoformans)
sampai saat ini hanya dapat diamati di laboratorium
 MORFOLOGI

• Cryptococcus neofarmans : uniseluler • Pada mamalia diketahui

• Aseksual : sel ragi bahwa lebar kapsul
• Seksual (telemorf) : basidiospora berhubungan dengan
• Eukariota ( 1 inti 1 anak inti) pertahanan Cryptococcus
• Sel ragi : bulat dan mempunyai simpai neofarmans terhadap
dan dilingkupi oleh simpai polisakarida fagositosis selama infeksi
elektron kapsul tampak tersusun oleh • Lebar kapsul juga
diameter 3-4 nm hingga 10-13 nm dipengaruhi oleh kadar CO ,
• Penularan HIV : secara horizontal, dan rendahnya kadar zat besi,
vertikal dan faktor nutrisi

 Ukuran kapsul akan melebar pada media dengan

kadar glukosa rendah dan sebaliknya
 Diketahui paru dan otak merupakan perangsang aktif
bagi pertumbuhan kapsul Cryptococcus neofarmans.
 Mucoid colonies of C. neoformans.

Bird seed agar plate showing the typical brown colour

effect seen with C. neoformans.
Patogenesis
 Port d’ entrée  Saluran pernafasan

 Jamur memasuki tubuh melalui inhalasi dan

pertama kali menginfeksi paru, infeksi pada paru
bersifat asimptomatik
Manifestasi Klinis
 Papul bersifat keras, berbentuk kubah dan
menyerupai moluskum kontangiosum (54%)
 Plakat dapat , menyerupai gambaran selulitis,
thrombophlebitis atau abses subkutan
 Pustula, nodul, abses atau ulkus
 Lesi kulit dapat terjadi beberapa minggu atau
beberapa bulan.
 Lokasi paling banyak pada kepala, leher, dan
wajah.
Tampak kelainan
berupa ulkus yang Tampak kelainan
meluas dengan batas
eritematosa dan berupa vesikel
infiltrat iregular.
 Histopatologi

Lesi Granulomatosa :
Lesi Gelatinosa : granuloma dengan
Makroskopik : lesi pengumpulan histiosit.
dengan bagian Spora terutama berada
tengah menyerupai dalam sitoplasma
histiosit, dengan kapsul
jelly, mikroskopik yang lebih tipis, spora
lesi hampir berbentuk bulat atau
seluruhnya terdiri ovoid dengan ukuran 2 -
atas kumpulan 12 mikrometer. spora
organisme dengan dikelilingi oleh suatu
kapsul mukopolisakarida
sedikit sekali reaksi yang tidak terwarnai pada
jaringan pewarnaan HE
Pemeriksaan penunjang
 Mikroskopis langsung menggunakan tinta India
Cont…..
 Deteksi antigen
 Metode enzym immunoassay
 kultur
 Metode molekular
 Penatalaksanaan

Terapi pada pasien tanpa kelainan di SSP

1) Fluconazole: 200-400 mg/hari, 6-12 bulan
2) Itraconazole: 200-400 mg/hari, 6-12 bulan
3) Amphotericin B: 0.5- 1mg/kg/hari
Terapi pada AIDS dengan Kriptokokosis Meningeal
1.Amphotericin B (dua minggu) dilanjutkan fluconazole
2.Amphotericin B 0.7 -1 mg/kgBB/hari dikombinasi
dengan 5FC 150 mg /kgBB/hari, 6-10 minggu
3.Amphotericin B dikombinasikan dengan derivat
azole co. fluconazole, ketoconazole, itraconazole
4.Lumbal punsi (LP) serial untuk menurunkan TIK yang
dikombinasikan dengan obat antifungal
memberikan hasil yang optimal.