PAJAK Pengamanan Kontrak-Kontrak Bisnis dari Potensi Pemotongan Witholding Tax Perlakuan perpajakan : 1. Jika mau witholding tax tersebut dibiayakan dalam Laporan Keuangan Fiskal, maka nilai traksaksi dalam kontrak yang akan dibayar tersebut di gross-up, sehingga jumlah transakasi dalam kontrak sudah termasuk pajak yang harus dipungut. Jika withholding tax akan dibiayakan dalam laporan keuangan, maka nilai kontrak harus di gross up, sehingga nilai yang ada dalam kotrak sudah termasuk pajak yang harus dipungut. Atas jumlah pajak yang dibayarkan boleh dibebankan sebagai biaya, kecuali untuk PPh final dan dividen. 2. Perusahaan pembeli menanggung withholding tax. Dalam hal ini withholding tax yang dibayarkan ini tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan. Karena tidak di Contoh Perusahaan akan menyewa laha pergudangan dari Saudara Badu sebesar Rp 180.000.000 untuk 4 tahun. Badu tidak bersedia dipotong pajak sebesar 10% final atas sewa lahan pergudangan tersebut . Hitunglah besarnya pengehematan pajak yang dapat dilakukan! Jawab Optimalisasi Pengkreditan PPh yang Telah Dibayar Optimalisasi kredit pajak dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan administrasi harus tertata dengan baik dan tertib, baik dalam hal pencatatannya maupun kelengkapan dokumentasinya 2. Untuk memenuhi kelengkapan formal, terutama pada saat pemeriksaan berlangsung, setiap kali pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak lain sebaiknya langsung diminta Bukti Pemotongan atau Pemungutan PPh nya. Pengajuan Permohonan Penurunan Angsuran PPH Pasal 25 Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan di sertai proyeksi laba pada akhir tahun dan alasan terjadinya penurunan laba, dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalanya tahun pajak, wajib pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya pajak penghasilan pasal 25. 2. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan. Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 Beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh wajib pajak adalah : 1. Wajib pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak Pengahasilan karena: Wajib pajak yang mengalami kerugian fiskal berhak melakukaj kompensasi keuangan fiskal Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih besar dan pajak penghasilan yang akan terutang, dapat mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain kepada Direktur Jendral Pajak 2. Wajib pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final 3. Surat Keterangan Bebas diberikan kepada: Wajib pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal Wajib pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal dengan memperhitungkan besarnya kerugian tahun-tahun pajak sebeluknya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantun dalam SPT Pajak Penghasilan Wajib pajak yang dapat membuktika Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang Wajib pajak yanga ats penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final Permohonan pembebasan pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar dengan syarat : 1. Telah menyampaikan SPT Pajak Penghasilan Tahun Pajak terakhir sebelum tahun diajukannya permohonan kecuali untuk wajib pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi 2. Permohonan diajukan untuk setiap pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22 impor, dan atau Pasal 23 dengan menggunakan formulir yang telah disediakan 3. Permohonan harus dilampiri penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak diajukannya permohonan untuk wajib pajak Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak Wajib pajak diberi hak mengajukan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak untuk semua jenis ketetapan pajak, baik berupa SKP maupun STP. Pasal 19 ayat (1) KUP No.28 tahum 2007 mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa bunga, dalam hal apa wajib pajak di perbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Contoh Wajib pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) sebesar Rp 1.120.000 yang diterbitkan pada 2 Januari 2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009. wajib pajak diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waktu 5 Bulan dengan jumlah yang tetap sebesar Rp 224.000. Diasumsikan suku bunga pinjaman bank adalah 1,5 % per bulan dan provisi bank 1 %. Jawab Rekonsiliasi/equalisasi SPT PPh Badan dengan SPT Lainnya dan Laporan Keuangan (Fiskal) 1. Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPN Omzet penjualan yang tercantum di dalam SPT PPh baan dengan SPT PPN bias berbeda, hal ini disebabkan oleh : Omzet penjualan di SPT PPh Badan bias lebih besar dari pada omzet penjualan di SPT PPN Karena penjualan di SPT PPh Badan menganut prinsip akrual basis sehingga atas penjualan kredit apabila barangnya telah di serahkan maka transaksi sudah boleh di laporkan, sedangkan pada SPT PPN penjualan kredit bisa di fakturkan pajaknya pada akhir bulan setelahnya bulan penyerahan barang. Omzet penjualan di SPT PPh Badan lebih kecil daripada omzet penjualan di SPT PPN karena penerimaan uang atas penjualan sudah harus dibuat faktur pajaknya meskipun barangnya belum diserahkan, sementara penjualan penjualan tersebut baru dilaporkan setelah penyerahan barang. 2. Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21 Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21 adalah prosedur pengecekan yang dilakukan oleh KPP terhadap jumlah biaya gaji dan tunjangan serta biaya lainnya yang dibayarkan kepada pihak perorangan lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, yang tercantum dalam SPT PPh Badan, dengan jumlah DPP yang tercantum dalam SPT PPh Pasal 21.
3. Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh
Pasal 23 Rekonsiliasi SPT PPh Badan ddengan SPT PPh Pasal 23 berkaitan dengan prosedur pengecekan yang dilakukan oleh KPP terhadap jumlah biaya, sewa, bunga, dividen, royalty dan jasa lainnya yang harus dipotong PPh Pasal 23 pada SPT PPh Badan dengan jumlah DPP SPT PPh Pasal 23. Kebijakan Perpajakan Liannya Untuk Penghematan PPh atas Transaksi Tertentu Bunga Pinjama 1. Bila deposito lebih besar Berdasar SE Dirjen Pajak No. 46/PJ.4/1995 tanggal 5 Okt 1995 : Apabila jumlah rata-rata pinjama sama atau lebih kecil besarnya dari pada jumlah rata-rat dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan, maka bunga yang dibayar atas pinjaman tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Apabila jumlah rata-rata pinjama lebih besar dari pada jumlah rata-rat dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan, maka bunga yang dibayar atas pinjaman tersebut dapat dibebankan sebagai biaya. Contoh Pada tahun 2011 PT A medapat pinjaman dari Bank MAX sebesar Rp 200.000.000 dengan tingkat bunga pinjamn 20% . Jumlah tersebut telah diambil pada bulan Februari sebesar Rp 125.000.000, pada bulan Juli diambil sebesar Rp 25.000.000, dan pada bulan Agustus diambil sisanya. Disamping itu wajib pajak mempunyai dana yang ditempatkan dalam bentuk dposito dengan perincian sebagai berikut : Bulan Februari s/d Maret Rp 25.000.000 Bulan April s/d Augustus Rp 46.000.000 Bulan September s/d Desember Rp 50.000.000 Hitunglah besarnya buanga yang dapat di anggap sebagai biaya ! Jawab 2. Bunga pinjaman dalam masa konstruksi S-46/PJ.31/1995 tanggal 19 Mei 1995 menyatakan bahwa bunga atas pinjam selama masa konstruksi atau pembangunan rumah sebagai barang dagangan harus digabungkan sebagai komponen harga pokok tanah atau rumah dalam menghitung laba bruto usaha dari wajib pajak yang bergerak dibidang real estate. 3. Bunga pinjaman untuk membeli saham Bunga atas pinjaman yang dibebankan untuk membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya . Bunga tersebut dapat dikapitalisasi sebagai pemambah harga perolehan saham. 4. Bunga pinjaman yang dibayarkan ke bank di luar negeri Pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan, sebagaiaman dimaksud dalam pasal UU PPh 26 ayat 1 kecuali dividen yang ditangggung oleh pemberi penghasilan, yang lainnya dapat dibebankan sebagai biaya, sepanjang pajak tersebut ditambahkan (gross up) pada penghasilan yang dipakai sebagai dasar pemotongan pajak. Contoh PT ABC membayar bunga pinjaman kepada bank di luar negeri sebesar Rp 100.000.000 yang sesuai dengan perjanjian PPh ditanggung oleh badan tersebut. Tarif pemotongan PPh Pasal 26 Yang berlaku adalah 20%. Jawab Pencadangan Atau Penghapusan Piutang Tak Tertagih Sesuai dengan ketentuan UU PPh 2008 Pasal 9 (1) huruf c, jenis jasa yang diperkenankan menyisihkan cadangan diperluas. Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dengan pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali: 1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dari badan usaha lain yang menyalurkan kredit. 2. Cadangan untuk usaha asuransi, termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh badan penyelenggara jaminan sosial. 3. Cadngan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan. 4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambagan. 5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan 6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuagan limbah industry untuk usaha pengolahan limbah industry. Piutang yang nyatanya tidak dapat ditagih Berdasarkan Peraturan Menkeu No. 105/PMK.03/2009 dan No. 57/PMK.03/2009 Piutang yang nyatanya tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto, sepajang memenuhi persyaratan berikut : 1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial. 2. Wajib pajak harus menyertakan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada Dirjen Pajak 3. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah diserahkan kepada pengadilan atau terdapat perjanjian tertuis mengenai penghapusan piutang Biaya Pra-Operasi Pengeluaran untuk biaya pendirian suatu perushaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran sesuai dengan kelompok harta tak berwujud yang ditetapkan dengan ketentuan sebagaimna dimaksud dalam pasal 11 A ayat (2) UU PPh No.36 tahun 2008. Reimbursement Transaksi reimbursementitems merupakan pengeluaran-pengeluaran yang sudah ditalanagi lebih dulu oleh pihak lan kemudian dimintakan penggantian ke perusahaan. Secara fiskal reimbursementdituntut senantiasa konsisten antara substansi, ketentuan formal dalam kontrak, pembukuan dan dokumentasinya. Pembukuan Dalam Valas Wajib pajak dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang selain rupiah yaitu bahasa inggris dan satuan mata uang dolar amerika serikat. Wajib pajak tersebut meliputi: 1. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing. 2. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya. 3. Wajib pajak kontraktor kontrak kerja sama 4. Bentuk usaha tetap 5. Wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya. 6. Kontrak investasi kolektif. 7. Wajib pajak yang berafilasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan satuan mata uang asing oleh wajib pajak harus terlebih dahulu mendapat izin tertulisa dari menteri keuangan, kecuali dalam rangka kontrak karya. Izin tertulis dapat diperoleh wajib pajak dengan mengajukan surat permohonan kepaada kepala kantor qwilayah, paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang asing tersebut dimulai. Transaksi Dalam Mata Uang Asing Perlakuan pajak penghasilan terhadap selisih kurs: 1. Secara umum peraturan perpajakan tentang selisih kurs diatur dala mperaturan pemerintah No.94 tahun 2010. Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai penghasilan atau biaya dan diakui secara taat asas sesuai dengan SAK yang berlaku di Indonesia Keuntungan atau kerugian selisih kurs yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha tidak dikenakan pajak yang bersifat final dan bukan merupakan objek pajak Keuntungan atau kerugian selisih kurs yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha dikenakan PPh yang bersifat final sepanjan pendapatan atau beban tersebut dipergunakan untuk mendaptkan, menagih dan memelihara 2. Peraturan pelaksana perpajakan tentang selisih kurs diatur dalam surat edaran dirjen pajak No. SE-03/P3.31/1997. a. Keuntungan selisih kurs yag diperoleh harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh b. Kerugian selisih kurs akibat fluktuasi kurs, pembenahannya dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianut oleh wp menggunakan: Kurs tetap, pembebanan selisih kurs dilakukan pada saat terjadi realisasi perkiraan mata uang asing tersebut Kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs BI. Kerugia yang terjadi karena selisih kurs, dapat diakui sebagai pengurang penghasilan sepanjang wp mempunyai system pembukuan sesuai asas. 3. Perlakuan Pajak penghasilan atas laba/rugi selisih kurs atas perkiraan utang kepada kantor pusat bagi BUT (SE.No. 11/PJ.42/2000 dan 08/PJ.42/2000). Keuntungan atau kerugian selisih kursmata uang asing yang terjadi akibat fluktuasi nilai rupiah pada perkiraan utang kepada kantor pusat suatu bentuk usaha tetap tidak boleh diakui sebagai beban atau pun pendapatan bagi BUT yang bersangkutan. Keuntungan atau kerugian selisih kursmata uang asing yang terjadi akibat fluktuasi nilai rupiah pada perkiraan utang kepada kantor pusat suatu bentuk usaha tetap yang bergerak di bidang usaha perbankan tetap berlaku ketentuan yang berlaku yaitu UU No. 36 tahun 2008. Rekonsiliasi Fiskal Rekonsiliasi fisikal adalah sebuah lampiran SPT Tahunan PPH Badan berupa kertas kerja yang berisi penyesuaian laba/rugi sebelum pajak menurut komersial atau pembukuan (yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi) dengan laba/rugi yang terdapat dalam laporan keuangan fisikal. Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak No.KEP.141/PJ./2004: Penyesuaian fisikal postif adalah penyesuaian bersifat menambah atau memperbesar penghasilan berdasarkan laporan keuangan komersial, karena adanya biaya, pengeluaran, dan kerugian yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan Undang- undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya. Penyesuaian fisikal negative adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksananya, yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya- biaya komersial. Ada dua macam koreksi fisikal yaitu koreksi fisikal Bentuk Kertas Kerja Rekonsiliasi Fisikal Untuk keperluan akuntansi pajak penghasilan, kita mengenal juga bentuk lain dari koreksi fisikal yakni: Beda tetap terjadi apabila terdapat transaksi yang diakui oleh wajib pajak sebagai penghasilan atau sebagai biaya dalam akuntadi secara komersial yang diatur dalam SAK. Namun berdasarkan ketemtuan peraturan perpajakan, atas transaksi tersebut bukan merupakan penghasilan atau bukan merupakan biaya atau sebagian merupakan pengahasilan atau sebagian merupakan biaya Beda waktu terjadi karena adanya perbedaan pengakuan besarnya waktu secara akuntansi komersial dibandingkan dengan secara fisikal, misalnya dalam ketentuan masa manfaat dari aktiva yang dilakukan penyusutan atau amortisasi. Penerapan Tax Planning padaUsaha Mikro Kecil Menengah dan Aspek Keadilan dalam Kebijakan Perpajakannya Peningkatan Daya Saing Perekonomian Indonesia Dengan adanya perubahan Undang-undang PPh (UU PPh) , tarif PPh badan menjadi tarif tunggal dan diturunkan menjadi 28% tahun 2009, dan menjadi 25% tahun 2010. Tarif tunggal tersebut dimaksudkan sebagai fasilitas dan kesederhanaan bagi wajib pajak. Tarif tunggal ini pasti menguntungkan bagi sebagian WP Badan namun sekaligus juga dirasakan kurang adil bagi sebgajan WP lainnya utamanya WP kecil. Oleh karena itu pemerintah memberikan fasilitas perpajakan bagi WP badan berskala kecil yaitu UMKM dengan pemberian fasilitas pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal untuk peredaran bruto sampai dengan Rp.4,8 miliar. Pasal 31E UU PPh No.36 Tahun 2008 Strategi Tax Planning UMKM Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.43/PMK.03/2008, pemekaran usaha adalah pemisahan satu wajib pajak badan yang modalnya terbagi atas saham, menjadi dua wajib pajak badan atau l ebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan s ebagian harta dan kewajibannya kepada badan usaha baru tersebut tanpa melakukan likuidasi badan usaha yang lama. Kebijakan berda sarkan peredaran bruto ini dapat menimbulkan upaya tax avoidance yang dilakukan wajib pajak badan, khususnya UMKM untuk mempe rkecil omzet demi mencapai syarat dari fasilitas yang diberikan mela lui pasal 31E tersebut. Kebijakan pemekaran usaha secara alternatif dimungkinkan bila dilakukan efisiensi biaya operasional. Secara potensial omzet u saha juga akan naik seiring dengan meningkatnya aktifitas perusah aan karena penajaman core bisnis dan membesarnya segmentasi p asar, sehingga benefit dari pemekaran usaha dapat diperoleh. Aspek Keadilan dalam Kebijakan Perpajakan UMKM Dalam mendesain sebuah kebijakan perpajaka n, pembuat kebijakan harus memperhatikan asas-as as perpajakan sehingga kebijakan tersebut tidak tim pang karena ketimpangan tersebut bisa merugikan p ihak-pihak tertentu yang terkait dengan kebijakan ter sebut. Formulasinya adalah asas keadilan (equity). Pemilihan kebijakan yang sudah adil dalam formulas inya (secara normatif) namun belum tentu adil dala m pratiknya, karena pada umunya mengukur keadila n sangat relatif tergantung dari aspek/sudut pandang /parameter mana kita menilainya. Adanya ketidakadil an itu tampat dalam kebijakan pengurangan tarif PP h bagi WP badan UMKM ini. Ukuran Keadilan Pajak Hal yang menarik untuk dikaji disini adala h bagaimana cara kita menguji ketidakadilan pe rlakuan perpajakan dari fasilitas diskon tarif paj ak 50% bagi badan UMKM. Prinsip keadilan itu ada dua macam, yaitu keadilan horizontal dan vertikal. Prinsip keadila n horizontal adalah, badan UMKM yang berpen dapatan sama harus membayar jumlah pajak y ang sama, sedangkan prinsip keadilan vertikal beranggapan bahwa badan UMKM yang memili ki kemampuan berbeda, membayar jumlah paja k gmyang berbeda pula. Ketidakadilan Horizontal Syarat keadilan horizontal dalam suatu pemungutan pajak dapat dikata kan terpenuhi bila: Wajib pajak yang berada dalam “kondisi” (Penghasilan Kena Pajak) yang berbeda diperlakukan secara berbeda pula (unequal treatme nt for the unequal) Dalam “kondisi” (Penghasilan Kena Pajak) yang tidak sama akan di hasilkan pajak terutang yang tidak sama pula. Jumlah pajak yang di bayar semakin besar, sebanding dengan semakin besarnya kemam puan badan UMKM membayar pajak Dengan demikian bila badan UMKM memiliki penghasilan kena pajak y ang berbeda dengan badan UMKM lainnya, maka pajak yang terutang j uga akan berbeda Kebijalan pasa 31E tidak sesuai dengan teori keadilan unequal treatm ent for the unequal , karena pada penghasilan kena pajak yang lebih b esar sekalipun akan menghasilkan pajak yang sama dengan penghasil an kena pajak yang lebih kecil. Ini bertentangan dengan asas keadilan vertikal. Ketidakadilan Vertikal Syarat keadilan vertikal dalam suatu pemungutan pajak dapat dikataka n terpenuhi bila: Wajib pajak yang berada dalam “kondisi” (Penghasilan Kena Pajak) yang berbeda diperlakukan secara berbeda pula (unequal treatme nt for the unequal) Dalam “kondisi” (Penghasilan Kena Pajak) yang tidak sama akan di hasilkan pajak terutang yang tidak sama pula. Jumlah pajak yang di bayar semakin besar, sebanding dengan semakin besarnya kemam puan badan UMKM membayar pajak Dengan demikian bila badan UMKM memiliki penghasilan kena pajak y ang berbeda dengan badan UMKM lainnya, maka pajak yang terutang j uga akan berbeda Kebijalan pasa 31E tidak sesuai dengan teori keadilan unequal treatm ent for the unequal , karena pada penghasilan kena pajak yang lebih b esar sekalipun akan menghasilkan pajak yang sama dengan penghasil an kena pajak yang lebih kecil. Ini bertentangan dengan asas keadilan vertikal. Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013 Tentang PPHh Final 1% Pada pertengahan tahun 2013 pemerintah mulai lagi memberikan senti f fisikal kelada pengusaha-pengusaha UMKM dengan mengeluarkan p eraturan pemerintah No.46 tahun 2013 yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2013 , diterapkam sebagai berikut: 1. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib P ajak orang pribadi atau Wajib Pajak Badan tidak termasuk bentuk usaha tetap, yang menerima penghasilan dari usaha, tidak termas uk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, de ngan peredaran bruto tidak melrbihi Rp.48.000.000.000,00 dalam satu tahun pajak, dikenai pajak penghasilan yang bersifat final den gan tarif sebesar 1% dari bruto 2. Ketentuan tersebut tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan atau jasa yang dala m usahanya: Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, ba ik yang menetap maupun tidak menetap Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepemtingan umum yang tidak diperuntukkan sebagai tempat usaha atau berjualan. Thank You
Dokumen Serupa dengan OPTIMALISASI PEMBAYARAN PAJAK UNTUK MENGHEMAT PAJAK.pptx