Anda di halaman 1dari 72

MIKROORGANISME

PENYEBAB INFEKSI
SISTEM SARAF

DEPT. MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:

Klasifikasi MO

Karakteristik MO

Faktor Virulensi

Patogenesis

Manifestasi Klinik

Diagnosis Laboratorium
ASPEK UMUM MENINGITIS

Gejala pd dewasa:
Gejala pd neonatus: suhu
demam, kaku kuduk, sakit
Meningitis bakteri  tubuh tidak stabil &
kepala hebat, petekie
cepat mjd fatal penurunan kesadaran
(apabila disebabkan oleh
(letargi)
meningokokus)

Diagnosis sementara:
Therapi hrs segera
Pewarnaan Gram LCS, Tes
diberikan (min.30 menit)
aglutinasi partikel lateks
KLASIFIKASI

Infeksi Infeksi Viral Infeksi Infeksi Fungal


Bakterial • Meningitis viral Spiroketal • Kriptokokus
• Meningitis • Poliomielitis • Leptospirosis • Nokardia
bakterial • Coxsachie • Sifilis • Mukormikosis
• Post bakteremia • Ensefalitis viral • Aktinomikosis
• Meningitis TBC • Mielitis • Aspergilosis
• Ensefalitis • Rabies
bakterial
• Abses Serebri
• Lepra
• Tetanus
8
Blok Urogenital
1. Streptococcus agalactiae
KLASIFIKASI – TAKSONOMI
• Termasuk dalam kelompok Streptococcus grup B
(SGB)
• Penyebab meningitis pada neonatus
• Epidemiologi:
- Sering terdapat sbg flora normal vagina dan
mulut dewasa (15-40%)
- Jumlah meningkat pd yg memiliki pasangan
seksual >1
- kolonisasi saluran genitalia ibu
KARAKTERISTIK SA

• Anaerob fakultatif
• Kokus gram positif
• Tersusun dalam bentuk rantai
• Koloni membentuk pigmen
berwarna merah bata atau kuning
• Kemampuan hemolitik: Beta (ß) 
zona bening di sekeliling koloni
• Memiliki Antigen dinding sel
Lancefield grup B
• Memiliki kapsul polisakarida  11
serotipe
• Katalase (-)
...SA
• Penyakit timbul dini  bayi >1 mgg:
pneumonia, meningitis, sepsis  sembuh 
defisit neurologik
• Penyakit timbul kemudian  bayi 1 mgg -
3 bln: bakteremia, meningitis
• Patogenesis: kapsul polisakarida 
antifagositik  kolonisasi bakteri
Neonatus tidak memiliki Ab spesifik 
proses opsonisasi tidak terjadi
Diagnosis laboratorium

• Spesimen: biakan darah


atau cairan otak
• Ditemukan: kokus gram
(+), hemolitik-ß ,
katalase (-), basitrasin
resisten.
• Pemeriksaan lain:
Lateks aglutinasi
2. Listeria monocytogenes
EPIDEMIOLOGI
L. monocytogenes merupakan salah satu
penyebab penyakit yang serius dengan tingkat
kematian sekitar 20-30%
Tingkat kematian di antara bayi yang baru lahir yang
terinfeksi L. monocytogenes adalah 25-50%
2013  angka kejadian listeriosis di AS: 0,26/
100.000 penduduk/tahun
Umumnya terjadi pada orang dengan kekebalan
menurun
Ditemukan pada produk peternakan yg
terkontaminasi tinja vertebrata: daging, keju, sosis,
kubis dll.
PENYEBARAN LM
KARAKTERISTIK LM
• Batang, Gram (+ve), anaerob
• Intraselular fakultatif
• Flagella (+)  bergerak aktif
berputar pd suhu kamar
• Psikrofilik
• Spora (-)
• Membentuk lapisan biofilm
• Hemolisin (+)
• Medium: Mueller-Hinton
• Hemolisis ß
PATOGENESIS
DAN LM
PATOGENESIS IMUNITAS
Diagnosis Laboratorium LM
• Ditegakkan berdasarkan biakan pd medium
selektif
• Apabila spesimen tinja  harus didinginkan
• Uji konfirmasi:
– Sifat hemolitik-ß pada agar darah
– Menunjukkan gerakan berputar pd biakan kaldu
pd suhu 25°C
3. Haemophilus influenzae
tipe B (Hib)
• Anggota genus Haemophilus mrpkn parasit sejati
• Bbrp spesies bersifat patogen
• Penyebab meningitis bakterial akut pd bayi dan anak
< 2 thn yg tdk divaksinasi
• Galur pybb pykt: memiliki kapsul poliribitol tipe b
• Epidemiologi:
- sering terdapat sbg flora komensal sal.napas
bag.atas manusia (30%)
- memerlukan faktor-faktor pertumbuhan yg
terdapat didalam darah (haemo=darah,
philos=suka)  faktor X dan V
- peka thd pendinginan dan pengeringan
Haemophilus influenzae
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pasteurellales
Family : Pasteurellaceae
Genus : Haemophilus
Species : H. influenzae
KARAKTERISTIK Hib

• Anaerob fakultatif (CO2 10%)


• Gram negatif, pleiomorfik
• Benang halus dr biakan
• Kokobasil dr LCS
• Ukuran 0,2-0,3 x 0,5-0,8µm
• Bersimpai/berkapsul  tes Quellung
(+)
• Medium perbenihan: agar coklat,
Levinthal & Fildes
• Sifat koloni: rough, mengkilap,
mukoid
• Memiliki kapsul polisakarida  6
serotipe (a – f)
• Indol (+)
Pertumbuhan Hib

Pertumbuhan
• memerlukan media yang subur, biasanya
mengandung darah atau derivatnya untuk
isolasi.
• Membutuhkan faktor-faktor pertumbuhan
tertentu yang disebut faktor X dan V.
droplet (carier
asimptomatik)
klinis infeksi Hib

Tractus respiratorius
perjalanan
penyakit ↓
masuk ke paru-paru
inkubasi 2-4 ↓
hari sirkulasi darah

menimbulkan penyakit
Diagnostik Laboratorium Hib
Sulit dibiakkan,
Spesimen: LCS tidak tumbuh pd
agar darah

Koloni satelit pd
Tumbuh pd agar
biakan S.aureus di
coklat
agar darah

Tumbuh pd agar
nutrien dgn
suplementasi
faktor X dan V
Agar coklat – H.influenzae
4. Neisseria meningitidis

• Bakteri penyebab penyakit meningitis 


menyerang otak dan sumsum tulang belakang
• Kolonisasi tjd di membran sal. napas atas
• 10% dewasa sehat  karier
• Sporadik pd anak-anak usia 6 bln – 2 thn
• Sindroma Waterhouse-Friderichsen:
meningokoksemia fulminan disertai perdarahan,
gagal peredaran daarh dan insufisiensi adrenal
Klasifikasi dan Morfologi
• Neisseria meningitidis
termasuk dalam :

• Kingdom : Bacteria • Family : Neisseriaceae


• Phylum : Proteobacteria • Gaenus : Neisseria
• Class : Beta • Species : N. meningitidis
Proteobacteria
• Ordo : Neisseriale
KARAKTERISTIK NM

Morfologi
• Diplokokus, Gram (-), aerob
• Berbentuk seperti ginjal
• Diameter 0,8µm
• Non motil ( tidak bergerak)
• Spora (-)
• Tes oksidase (+)
• Kapsul polisakarida (+)
• Mencerna glu dan maltosa
PATOGENESIS NM

• Hidung
Bakteremia
• Thrombosis PD kecil
• Tenggorokan • Terjadi sistemik
• Penempelan pd sel epitel
host dgn bantuan pili • Menyerang selaput otak
• Kolonisasi flora transien
• Multiplikasi dalam aliran
darah

Port d’entree meningococcemia


Diagnostik Laboratorium NM
Pewarnaan
Spesimen: LCS Gram: diplokokus
gram (-)

Aglutinasi
Pelacak genetik
partikel lateks

Biakan pd agar
coklat, CO2 tinggi
5. Streptococcus
pneumoniae
• Penyebab septikemia dan meningitis pd anak
yg masih sangat kecil
• Penyebab dominan meningitis bakteri pd org
dewasa
• Tidak dianggap sangat menular  kolonisasi
selaput lendir orofarings  aliran darah 
melewati BBB
• Vaksinasi  mengurangi risiko infeksi
Klasifikasi S. pneumoniae

Kingdom: Bacteria

Phylum: Firmicutes

Class: Diplococci

Ordo: Lactobacillales

Family: Streptococcaceae

Genus: Streptococcus

Species: S. pneumoniae
Morfologi
• Lancet-shaped
• Diameter : 0.5 – 1.25 m
• Berkapsul= Virulen
• Komposisi dinding sel :
Peptidoglikan
- Asam lipoteichoic
- Asam teichoic (6 lapisan
tipis) : @ 3 asam N -
acetylmuramat
- Phosphorylcholine
KARAKTERISTIK SP
• Diplokokus Gram (+),
anaerob fakultatif, bentuk
seperti pisau bedah (lanset)
• 92 serotip
• Normal : saluran napas atas
pada 5-40% manusia
• Antibodi tipe spesifik sangat
protektif
• -hemolytic
• Sensitif terhadap antibiotik
Optochin
• Katalase (-)
Multiplikasi dan lisis bakteri di rongga subarachnoid

Pelepasan komponen dinding sel bakteri ke dalam rongga


subarachnoid

Produksi sitokin pro inflamasi (TNF α, IL-1, MIP)

PMN menyerbu masuk ke ruang subarachnoid

Migrasi PMN ke dalam LCS, degranulasi,


Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
pelepasan metabolit

Edema vasogenik Eksudat di rongga subarachnoid Edema sitotoksik

Gangguan aliran dan


reabsorpsi LCS

Edema interstitial dan


peningkatan LCS

Kenaikan TIK
Uji Laboratorium Diagnostik
• Pewarnaan gram
Gram positif, berkapsul, lancet-
shaped

• Kultur pada agar darah


Hemolitik α, lisis parsial/ lisis
sebagian dari eritrosit. Hal ini
menghasilkan perubahan warna
di sekitar koloni membentuk zona
kehijauan.
Uji Laboratorium Diagnostik

Draughtsman appearance
Uji Laboratorium Diagnostik
• Tes pembengkakan kapsul
(Reaksi Quellung)
Emulsifikasi sputum segar yang
dicampur dengan serum
antipolisakarida atau antiserum
polivalen menyebabkan
pembengkakan kapsul (reaksi
quellung) oleh karena S.
pneumoniae mengalami
aglutinasi oleh ikatan silang
antibodi.
Uji Laboratorium Diagnostik
Uji Laboratorium Diagnostik
• Optochin test (ethylhydrocupreine
hydrochloride)
Dilakukan pada media agar darah
menggunakan prinsip disk diffusion.
Media agar darah yang telah diberi
disk optochin diinkubasi dan
diperiksa setelah 24 jam.
Etilhidrokuprein hidroklorida menguji
fragilitas dari membran sel bakteri
dan menyebabkan S. pneumoniae
lisis karena adanya perubahan
tegangan permukaan, sehingga
menciptakan zona inhibisi dengan
diameter 14 mm atau lebih.
Uji Laboratorium Diagnostik
• Bile solubity test / uji kelarutan
empedu(sodium deoxycholate)
Berfungsi untuk membedakan S.
pneumoniae dari streptokokus
alfa hemolitikus lainnya. S.
pneumoniae larut dalam empedu,
sedangkan streptokokus alfa
hemolitikus lainnya tahan
terhadap empedu.
Uji Laboratorium Diagnostik
• Catalase test
Enzim katalase adalah enzim yang
memecah hidrogen peroksida
(H2O2) menjadi hidrogen (H2O)
dan oksigen (O2). Oksigen
dilepaskan sebagai gelembung
dalam cairan. Tes katalase
terutama digunakan untuk
membedakan antara kokus gram
positif. Anggota genus
Staphylococcus (+), dan anggota
dari genus Streptococcus dan
Enterococcus (-).
Uji Laboratorium Diagnostik
• Abses  tubuh berhasil membentengi MO
namun membentuk rongga dgn akses terbatas
thdp imunitas selular dan AB
• Abses SSP dpt tjd setelah trauma,
pembedahan, sinusitis, otitis atau abses gusi
• Abses SSP umumnya infeksi campuran ok.
Flora orofarings anaerob spt:
– Prevotella melaninogenica dibahas pd
sist.Reproduksi
– Fusobacterium nucleatum
52
Aseptic
Encephalitis Poliomyelitis
Meningitis

Virus
Virus Herpes
Coxsackie

Virus
Echovirus
Marburg

Virus
Togavirus
Mumps

Japan
Encephalitis
• Lebih ringan, lebih sering ditemukan
• Kecuali pada anak-anak >10 thn  meningitis bakteri
• Meningitis viral (aseptik) sebagian besar mrpkn
akibat infeksi sekunder
Penyebab utama Penyebab lainnya
1. Mumps virus 1. Coxsackie virus tipe
2. Coxsackie virus type A7, lainnya
A9, A23 2. Echovirus serotipe lainnya
3. Coxsackie virus tipe B1, B6 3. Poliovirus tipe 1,2,3
4. Echovirus tipe 4,6,16,30 4. Herpes simplex virus tipe
2
5. Mengovirus
6. LCM virus
7. Hepatitis virus
1. Coxsackie Virus
• Tersebar luas di seluruh dunia
• 90% pybb meningitis aseptik
• Umumnya terjadi pada saat epidemi (musim
panas atau awal musim gugur)
• Menyerang semua kelompok umur terutama
neonatus
• Semua grup B dan grup A serotipe 7, 9, dan 23
 pybb terbanyak
• DIAGNOSIS: PCR untuk RNA virus (CSF)
Coxsackie Virus

Family : Picornaviridae

Genus : Enterovirus

Species : Coxsackie Virus

Serotipe : Coxsackie virus A: 24 serotipe

Coxsackie virus B: 6 serotipe


KARAKTERISTIK Coxsackie

Virion Genom Protein


4 protein
Tidak
RNA utama (VP1-
berselubung
4)

Ikosahedral
Rantai 1 protein
(42
tunggal minor (VPg)
kapsomer)

Protease,
Diameter 28
Polaritas (+) RNA
– 30 nm
polimerase
• Virus parotitis epidemika  infeksi pada
musim semi pada orang yang tidak divaksinasi
• Virus Koriomeningitis Limfositik (LCM) 
akibat kontak dgn urin/marmot/hamster tikus
terkontaminasi (zoonosis)
• Virus Herpes Simpleks tipe 2  sekunder
akibat infeksi genitalia
• Virus imunodefisiensi manusia  meningitis
5-10%.
• HSV-1, Arbovirus, Rabies  infeksi gawat 
disfungsi otak
1. Virus Herpes Simpleks
• Penyebab utama Ensefalitis sporadik berat
• Terutama pada orang imunocompromised
• Infeksi  lokal pd Lobus temporalis
(pem.penunjang: CT-Scan & EEG)
• Terapi: asiklovir dosis tinggi
2. Virus Rabies
• Ditularkan melalui gigitan binatang terinfeksi
(zoonosis)
• Dapat juga melalui aerosol yg mengandung
partikel virus
• Diagnosis: epidemiologi & gejala klinik 
demam, sakit kepala, kram otot dan kejang-
kejang
• Pencegahan:
– vaksinasi  vaksin mati (imovax-rabies)
– Imunoglobulin rabies (imogam-rabies)
3. Arbovirus
• Virus West Nile
– Pybb utama Ensefalitis di AS
– Vektor: nyamuk, Reservoir alamiah: gagak
– Menyebabkan penyakit demam west nile 
penyakit neurologik west nile (usia >60 thn)
• Arbovirus lain: virus St. Louis, virus LaCrosse,
virus California, virus East Equine Encephalitis
(EEE) dan West Equine Encephalitis (WEE)
– Virus EEE  angka mortalitas 50%, virus California
jarang mengakibatkan kematian
• Virus Polio  95% asimptomatik, 5% gejala ISPA
• Penyebab meningitis aseptik  paralitik (merusak
lower motor neuron, sumsum tulang belakang &
batang otak)
• Pencegahan: vaksinasi  vaksin trivalen inaktif (Salk)
• Virus Campak  SSPE (Panensefalitis sklerotik sub
akut)  timbul 1-10 tahun setelah sembuh dari
inf.campak primer
• Virus JC  PML (Leukoensefalopati multifokal
progresif)
• Diagnosis: teknik PCR untuk DNA virus (CSF)
• Kuru dan prion penyakit Creutzfeldt-Jakob (vCJD)
• Prion  kelainan otak progresif  kel.otak
spongiformis
• Praktek kanibalisme
• Cryptococcus neoformans  ragi, kapsul polisakarida
antigenik
• Ditemukan pd bulu merpati yg rontok
• Coinfeksi pd penyakit Limfoma Hodgkin, diabetes, AIDS,
leukemia
• Gejala klinik: sakit kepala berat, disertai demam, meningitis
dan perubahan kepribadian
• Diagnosis: tes aglutinasi partikel lateks (CSF), sediaan basah
dgn tinta india, biakan jamur
• Terapi: amfoterisin B + 5-fluorositosin/flukonazol
Morfologi dan
identifikasi
 Cryptococcus
neofrmans adalah
ragi bertunas bulat
(berdiameter 5-10
mikrometer),
dikelilingi oleh
suatu kapsul tebal.
 Cryptococcus
neoformans
dibedakan dari
spesies non
pathogen melalui
kemampuannya
untuk tumbuh
pada suhu 37° C
dan produksi
phenol oksidase.
Patogenesis
• Infeksi terjadi setelah inhalasi sel-sel ragi ini, yang dialam
berbentuk kering, berkapsul minimal, dan mudah
berterbangan.
• Infeksi paru primer bisa asimptomatik atau bisa menyerupai
infeksi pernapasan yang mirip influenza, seringkali sembuh
spontan. Pada pasien yang lemah, ragi ini bisa berkembang
biak dan menyebar ke bagin tubuh lain tetapi lebih sering ke
SSP, dan menyebabkan meningoensefalitis cryptococcal.
• Tempat penyebaran lain yang sering, meliputi kulit, mata, dan
kelenjar prostat.
Temuan klinis
 Protein dan tekanan cairan serebrospinal bisa meningkat
 Hitungan sel bertambah
 Glukosanya normal/ rendah
 Gejala : sakit kepala, kaku kuduk, dan disorientasi . Selain itu
bisa terdapat lesi di kulit,paru-paru atau organ lain.
 Sekitar 5-8% pasien dengan AIDS menderita meningitis
Cryptococcus. Infeksi ini tidak ditularkan dari orang ke orang.
Tes laboratorium diagnostik
A. Spesimen: spesimen meliputi cairan spinal, jaringan, eksudat, sputum, darah dan
urin. Cairan spinal disentrifus sebelum dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan
biakan.
B. Pemeriksaan mikroskopis: spesimen diperiksa dalam keadaan basah, baik secara
langsung maupun setelah dicampur dengan tinta India, yang bisa
menggambarkan kapsul.
C. Biakan: Koloni muncul dalam beberapa hari pada sebagian besar medium pada
temperatur ruangan atau 37oC. Medium dengan sikloheksimid menghambat C.
neoformans dan sebaiknya dihindari. Biakan dapat diidentifikasi dengan
pertumbuhan pada 37oC dan deteksi urease. Selain itu, pada substrat difenolik
yang tepat, fenol oksidase (atau lakase) C.neoformans menghasilkan melanin
dalam dinding sel dan koloni menghasilkan pigmen coklat.
D. Serologi : Uji untuk antigen kapsular dapat dilakukan pada cairan serebrospinalis
dan serum. Uji aglutinasi preparat lateks untuk antigen kriptokokus positif pada
90% penderita meningitis kriptokokus. Dengan pengobatan yang efektif, titer
antigen dapat turun-kecuali pada penderita AIDS, yang sering tetap mempunyai
titer antigen tinggi untuk jangka waktu lama.
EPIDEMIOLOGI DAN
PENGENDALIAN
• Kotoran burung (terutama burung merpati) menyuburkan pertumbuhan
C.neoformans dan berperan sebagai reservoir infeksi. Organisme ini
tumbuh subur pada ekskreta burung merpati, tetapi burung tidak
terinfeksi. Selain penderita AIDS atau keganasan hematologi, pasien yang
diberikan kortikosteroid secara terus-menerus sangat rentan terhadap
kriptokokosis.

Anda mungkin juga menyukai