Anda di halaman 1dari 31

Laporan Mini Project

UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN REMAJA


MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI DI SMAN 1
SERUWAY

Oleh:
dr. Ichiko Nurjannah
BAB I
PENDAHULUAN
 Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks
dan mengkhawatirkan. Berbagai data menunjukkan
bahwa penerapan pemenuhan reproduksi bagi remaja
belum sepenuhnya mereka dapatkan antara lain dalam
hal pemberian informasi. Hal ini dapat dilihat dari masih
rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi yaitu tentang masa subur (BKKBN, 2008)

 Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan


dari masa kanak-kanak yang meliputi perubahan
biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial.

 Sedangkan menurut World Health Organization (WHO)


remaja merupakan individu yang secara berangsur-angsur
mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan
keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif
mandiri
 Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual dan di
berbagai daerah atau wilayah kira-kira separuh dari mereka
sudah menikah. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada
tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan
reproduksi.

 Resiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang


saling berhubungan, misalnya tuntutan untuk kawin muda
dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual dan
pengaruh media massa maupun gaya hidup yang populer.

 Remaja sering kali kekurangan informasi dasar mengenai


kesehatan reproduksi, keterampilan menegosiasikan
hubungan seksual, dan akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang terjamgkau serta terjamin kerahasiaannya.
1. Masih rendahnya pengetahuan para remaja
mengenai kesehatan reproduksi.
2. Masih ada remaja perempuan yang hamil di usia
terlalu muda.
Tujuan

Tujuan Umum
1. Meningkatnya tingkat pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja.
2. Remaja mempunyai perilaku seksual yang sehat dan mampu
menjaga kesehatan reproduksinya.

Tujuan Khusus
1. Remaja mengerti tentang kesehatan reproduksi.
2. Remaja mengetahui perubahan-perubahan biologis (tanda
pubertas) yang ada pada remaja.
3. Remaja mengetahui perilaku seksual yang salah dan
mengetahui akibatnya.
4. Penurunan PMS di kalangan remaja.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Remaja

Periode perkembangan selama dimana individu


mengalami perubahan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 –
20 tahun
Remaja
WHO:
12 – 24 Tahun

Depkes RI:
10 – 19 Tahun dan Belum Kawin

WHO:
10 – 19 Tahun
 Pelayanan dan kegiatan penting Kesehatan Reproduksi
Remaja yang digaris bawahi, termasuk:
- Informasi dan konseling KB
- Pelayanan klinis bagi remaja yang aktif secara
seksual
- Pelayanan bagi remaja yang melahirkan dan remaja
dengan anaknya
- Konseling yang berkaitan dengan hubungan antar
jender, kekerasan, perilaku seksual yang
bertanggungjawab, dan penyakit menular seksual
- Pencegahan dan perawatan terhadap penganiayaan
seksual (sexual abuse) dan hubungan seksual
sedarah (incest).
 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Menurut PKBI (2007) dan Suryoputro (2006) banyak hal yang


mampu mempengaruhi perilaku seksual remaja, adalah
sebagai berikut:
 Perspektif Biologis
Perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan
pengaktifan hormon dapat menimbulkan perilaku seksual.
 Pengaruh Orang Tua
Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua
dengan remaja dalam masalah seputar seksual dapat
memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual
 Pengaruh Teman Sebaya
Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat
sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual
dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.
 Perspektif Akademik
Remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah
cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual
dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolahnya.
 Perspektif Sosial Kognitif
Kemampuan sosial kognitif diasosiasikan dengan
pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman
perilaku seksual di kalangan remaja. Remaja yang mampu
mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai-nilai
yang dianutnya dapat lebih menampilkan perilaku seksual
yang lebih sehat.
 Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri yang tinggi pada remaja berfungsi sebagai
mediator bagi pengetahuan, harapan, dan perbandingan
dirinya dengan teman sebaya yang dapat mempengaruhi
perilaku seksual. Semakin tinggi rasa percaya diri pada remaja
maka ia akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik,
namun dengan rendahnya rasa percaya diri, maka ia
cenderung tidak dapat mewujudkan perilaku yang
diharapkan.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran
Dorongan Seksual
 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja yang memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi
secara benar dan proposional cenderung memahami resiko
perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk
menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung
jawab.

 Faktor – Faktor kepribadian (harga diri, kontrol diri, tanggung


jawab, tolerance for stress, coping stress, kemampuan
membuat keputusan, nilai-nilai pribadi)
Remaja yang memiliki harga diri positif, mampu mengelola
dorongan dan kebutuhannya secara adekuat, memiliki
penghargaan yang kuat terhadap diri dan kebutuhan orang
lain, mampu mempertimbangkan resiko perilaku sebelum
mengambil keputusan, mampu mengikatkan diri pada teman
sebaya secara sehat proposional, cenderung dapat mencari
penyaluran dorongan seksualnya secara sehat dan
bertanggung jawab.
 Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol
afeksi/kehangatan, penanaman nilai moral dan
keterbukaan komunikasi. Keluarga yang mampu
berfungsi secara optimal membantu remaja untuk
menyalurkan dorongan seksualnya dengan cara yang
selaras dengan norma dan nilai yang berlaku serta
menyalurkan energi psikis secara produktif.

 Pengalaman Seksual
Semakin banyak pengalaman mendengar, melihat,
mengalami hubungan seksual makin kuat stimulasi yang
dapat mendorong munculnya perilaku seksual. Misalnya:
media massa (film, internet, gambar atau majalah),
obrolan dari teman sebaya/pacar tentang pengalaman
seks, melihat orang-orang yang tengah berpacaran atau
melakukan HUS (Hubungan Suami Istri).
Perilaku Seksual Yang Sehat
Pengertian sehat secara umum adalah menyeluruh secara fisik, psikologis
dan sosial.

 Sehat Secara Fisik


Berarti tidak tertular penyakit, tidak menyebabkan kehamilan sebelum
menikah, tidak menyakiti dan merusak kesehatan fisik orang lain.

 Sehat Secara Psikologis


Mempunyai integritas yang kuat (kesesuaian antara nilai, sikap dan
perilaku), percaya diri, menguasai informasi tentang kesehatan reproduksi,
mampu berkomunikasi, mampu mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan segala resiko yang akan dihadapi dan siap atas segala
resiko dari keputusan yang diambilnya.

 Sehat Secara Sosial


Mampu mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang ada di sekitarnya dalam
menampilkan perilaku tertentu (agama, budaya, dan sosial), mampu
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan nilai dan norma yang diyakini
(PKBI, 2007)
Peran Sosial Terhadap Perilaku Seksual Remaja

1. Peran Keluarga dan Hubungan Seksual di Kalangan


Remaja
2. Peran sekolah dan Masyarakat terhadap Perilaku
Seksual Remaja
3. Peran Media terhadap Perilaku Seksual Remaja
Resiko Perilaku Seksual yang Tidak Sehat

1. Resiko Seksualitas
- Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
- aborsi yg tidak aman
- Infeksi Menular Seksual (IMS)
2. HIV/AIDS
3. NAPZA
BAB III
METODE
1. Jenis dan Rancangan Project Kesehatan Reproduksi Remaja
- Program meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi ini dilakukan dengan teknik
penyuluhan kepada siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas
di Seruway dengan tujuan melakukan komunikasi secara
langsung dan disertai dengan tanya jawab.

2. Tempat dan Waktu


- Program ini dilakukan di SMAN 1 Seruway yang berlokasi di
Desa Tangsi Lama Kecamatan Seruway. Program ini
dilakukan pada tanggal 31 Desember 2013

3. Populasi dan Sampel


- Seluruh siswa dan siswi kelas X, XI, dan XII SMAN 1
Seruway
BAB IV
HASIL
Pelaksanaan Project
Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dilakukan bersama
dengan para siswa dan siswi di SMAN 1 Seruway, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam rincian sebagai berikut:
Tempat : SMAN 1 Seruway
Waktu : Selasa, 31 Desember 2013
Sasaran : Siswa dan siswi kelas 1,2 dan 3 SMAN 1
Seruway
Kegiatan :
- Menjelaskan pengertian kesehatan reproduksi.
- Menjelaskan perubahan-perubahan biologis (tanda pubertas)
yang ada pada remaja.
- Menjelaskan perilaku seksual yang salah dan mengetahui
akibatnya.
- Menjelaskan tentang berbagai Penyakit Menular Seksual.
BAB V
DISKUSI
 Masih rendahnya informasi dan pengetahuan dasar para
remaja mengenai kesehatan reproduksi merupakan
permasalahan yang sangat mengkhawatirkan. Tingginya angka
remaja yang sudah aktif secara seksual di berbagai daerah atau
wilayah tanpa dibekali dengan ilmu yang memadai
menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap
berbagai masalah kesehatan reproduksi.

 Sosialisasi dengan penyuluhan dan diskusi mengenai


kesehatan reproduksi bertujuan untuk memberikan informasi
dan meningkatkan pengetahuan kepada semua siswa dan siswi
yang belum mengetahui dan memahami mengenai kesehatan
reproduksi remaja. Materi penyuluhan difokuskan pada
pengertian tentang kesehatan reproduksi, perubahan-
perubahan biologis (tanda pubertas) yang ada pada remaja,
perilaku seksual yang salah dan mengetahui akibatnya, dan
berbagai Penyakit Menular Seksual.
 Setelah dilakukannya penyuluhan kepada para siswa dan siswi
pada tanggal 31 Desember 2013, diharapkan para siswa dan
siswi mengerti dengan baik tentang kesehatan reproduksi
remaja.

 Pelaksanaan monitoring dan evaluasi hendaknya dilakukan


untuk menilai keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tujuan dari program. Namun karena mengingat
keterbatasan waktu pelaksanaan mini project ini, peneliti
tidak melakukan monitoring dan evaluasi lanjutan, dan
diharapkan kepada pelaksana program untuk dapat
melakukan monitoring dan evaluasi lanjutan untuk menilai
keberhasilan program.
BAB VI
KESIMPULAN DAN
SARAN
 Program Kesehatan Reproduksi adalah upaya untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi-fungsi
reproduksi kepada seluruh masyarakat terutama kepada para
remaja sebagai lini awal pencegahan dini terhadap tingginya
angka remaja yang aktif secara seksual tanpa dibekali dengan
pengetahuan-pengetahuan yang cukup.

 Setelah dilakukannya sosialisasi berupa penyuluhan ini


diharapkan para remaja dapat mengerti dengan baik sehingga
menambah pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi
dan angka kejadian remaja yang hamil terlalu muda akibat
perilaku seksual yang salah tidak ditemukan lagi. Berbanding
lurus dengan menurun bahkan tidak ada lagi penyakit
menular seksual di kalangan remaja di kecamatan Seruway.

Anda mungkin juga menyukai