Anda di halaman 1dari 36

Seminar geologi

Tipe 1 A Launc h

Analisis pola
sedimentasi
menggunakan
metode markov
M DEKI AGUNG SAPUTRA

chain
410015173
IN

OUTLINE
BOFF

ES
TUN
FUN
KY METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN

PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

KESIMPULAN DAN
SARAN
MAKSUD DAN TUJUAN

MUDEASA
Mudeasa
Jens
Jens Martensson
Martensson 2
Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia terletak pada titik temu 4 lempeng utama bumi, yakni Lempeng Pasifik,
Lempeng Eurasia, Lempeng Samudra Hindia-Australia, dan Lempeng Philipina (Fowler, 1990).
Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak dan saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan
tersebut adalah terbentuknya jalur gunungapi di Indonesia. Keberadaan jalur gunungapi ini
menyebabkan pada beberapa wilayah Indonesia terbentuk pegunungan dan perbukitan dengan
kemiringan lereng landai hinggal terjal. Kondisi tersebut akan mengakibatkan terbentuknya
deformasi karena adanya gaya-gaya endogen dan eksogen. Gaya-gaya yang mempengaruhinya
akan membentuk tegangan-tegangan dari segala arah. Tegangan-tegangan ini nantinya menjadi
parameter sekuat apa tegangan tersebut menghasilkan deformasi. Tentunya sifat mekanis batuan
juga menentukan apakah batuan akan bersifat elastis, plastis, atau patah pada bidang lemahnya.
Hal tersebut nantinya akan membentuk kekar.

MUDEASA
Mudeasa
Jens
Jens Martensson
Martensson 3
Pendahuluan
Rumusan Masalah
In
Inse
sertrt or
or D
Dra
ragg an
andd D
Dro
ropp yo
your
ur Im
Imag
agee
1. Bagaimana arah pada Formasi Nanggulan dan
Formasi Andesit Tua?
2. Bagaimana pola kelurusan sungai pada Formasi
Nanggulan dan Formasi Andesit Tua?
3. Bagaimana pola kelurusan pungungan bukit dan
Formasi Andesit Tua pada daerah penelitian ?
4. Bagaimana nilai Smf pada Formasi Nanggulan dan
Formasi Andesit tua ?

Jens
Jens Martensson
Martensson 4
Peta lokasi penelitian

SEMINAR
MUDEASA
Jens
Jens Martensson
Martensson
GEOLOGI
5
Pendahuluan
Batasan Masalah VS
Dalam analisa penelitian ini, diberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Analisa rantai markov dilakukan pada 45 meter dari Formasi Sambipitu yang diukur, sisanya 5 meter di jadikan .
sebagai uji kemungkian litologi yang muncul.
2. Analisa dilakukan pada tiap setengah meter lapisan batuan
3. Lapisan yang berukuran kurang dari setengah meter, dianggap sebagai lapisan setengah meter.
4. Peneliti tidak melakukan pemetaan rinci, pembuatan peta geologi berdasarkan peta geologi regional (Rahardjo,1995

No.1408-2 dan 1407-4)


5. Batuan lempung pada Formasi Sambipitu hanya sebagai sisipan sehingga hasil 100 % tidak dapat menjadi acuan
kemunculan yang multak kemungkinan batuan lempung muncul pada setelah 50 meter proses pengendapan.
6. Penentuan atau memprediksi batuan selanjutnya hanya pada sisa dari stratigrafi terukur 5 meter menjadi acuan dan di
interpretasi keterkaitan atau kemunculan batuannya.

MUDEASA
Mudeasa
Jens
Jens Martensson
Martensson 6
Tinjauan Pustaka

FISIOGRAFI

Wilayah penelitian berada pada salah satu kabupaten


di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu di Kabupaten
Kulon Progo. Kulon Progo ini merupakan kabupaten
yang terbelah sungai Kali progo dan terletak di bagian
barat Kota Yogyakarta, dan menurut seorang ahli
Geomorfologi asal Belanda yaitu Bemmelen, van,
R.W. (1949).

Gambar Pembagian Wilayah Pegunungan Kulon


Progo di Pulau Jawa Menurut Bemmelen, van, R.W.
(1949).

SEMINAR
MUDEASA
Jens
Jens Martensson
Martensson
GEOLOGI
7
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka

FISIOGRAFI
Pegunungan Kulon Progo merupakan dome besar
dengan bagian puncak datar dan sayap-sayap curam,
dikenal sebagai “Oblong Dome”, dome ini
mempunyai arah utara timur laut - selatan barat daya,
dan diameter pendek 15-20 Km, dengan arah barat
Sketsa Fisografi Jawa dan kenampakan struktur dome laut-timur tenggara.
Bemmelen, van, R.W. (1949).

Mudeasa
MUDEASA
Jens
Jens Martensson
Martensson 8
Tinjauan
Tinjauan Pustaka
Pustaka
STRATIGRAFI

Formasi Nanggulan
Formasi Andesit Tua

Mudeasa
MUDEASA
Jens
Jens Martensson
Martensson 9
Tinjauan Pustaka
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai
berikut:

1. Shear Joint adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling


berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
jenis shear joint umumnya bersifattertutup.

2. Tension Joint adalah retakan/rekahan ya ng berpola sejajar


dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifatterbuka.

3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola


tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya
terbuka.

Kekar dengan jenis tersebut merupakan hasil dari kekar yang


diakibatkan oleh adanya aktifitas tektonik pada daerah penelitian.
Setelah mengetahui jenis kekar

MUDEASA
Jens
Jens Martensson
Mudeasa
Martensson 10
Tinjauan Pustaka
Large image slide
Kelurusan Sungai
Kenampakan sungai pada peta mengidentifikasikan pola
pengaliran suatu daerah, arah arah kelurusan sungai biasanya
mengikuti zona-zona lemah yang biasanya terbentuk akibat
adanya struktur, karena pada daerah tersebut lebih mudah ter-
erosi. Maka dari itu pola kelurusan sungai dapat digunakan untuk
identifikasi awal dalam sebuah studi atau penelitian pada suatu
daeraah. Analisa pola kelurusan sungai dapat dilakukan dengan
melihat peta pola aliran sungai, yang kemudian setiap kelurusan
pada sungai diambil dataanya dan dimasukan dalam diagram
rosette (Anfasha, A, 2016)

MUDEASA
Mudeasa
Jens
Jens Martensson
Martensson 11
Tinjauan Pustaka
Kelurusan Punggungan Bukit dan Lembah
Kelurusan punggungan maupun lembah, dappat
diinterpretasikan dalam peta DEM untuk mengamati pola-pola yang
konsisten, dimana nantinya akan membantu dalam interpretasi
struktur geologi di daerah penelitian. Kelurusan-kelurusan lembah
tererosi dan berfungsi sebagai alur pengaliran yang brkembang,
sedangkan kelurusan-kelurusan pnggungan bukit merupakan
indikasi struktur geologi pada bidang perlapisan yang resistem
terhadap erosi (Anfasha, A, 2016)

Mudeasa
Jens
Jens Martensson
Martensson 12
Tinjauan Pustaka

Persamaan untuk menghitung muka pegunungan (Smf) adalah:


Smf = Lmf / Ls
Keterangan :
Lmf = Panjang lekukan muka pegunungan pada bagian-bagian
bawah
Ls = Jarak lurus muka gunung

Ilustrasi metode smf (Bull dan McFadden, 1977).

Jens
Jens Martensson
Martensson 13
Tinjauan Pustaka

Klasifikasi derajat aktivitas


tektonik berdasarkan indeks
sinuitas muka gunung
(Doornkamp, 1986)

Jens
Jens Martensson
Martensson 14
Maksud dan Tujuan
Maksud
Adapun maksud dari penelitian ini yakni melakukan analisa morfotektonik
untuk mengetahui indikasi geologi dari analisa studio untuk menentukan arah
kekar, pola kelurusan sungai, pola kelurusan punggungan dan lembah , dan nilai
Smf pada daerah penelitian.
2. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mendapatkan arah kekar pada Formasi Nanggula dan Formasi Andsit Tua
2. Untuk mengetahui pola kelurusan sungai pada Formasi Nanggulan dan Formasi Andesit
Tua
3. Untuk mengetahui pola kelurusan punggungan bukit dan lembah pada daerah penelitian
4. Untuk mengetahui nilai Smf pada Formasi Nanggulan dan Formasi Andesit Tua

Jens
Jens Martensson
Martensson 15
Maksud dan Tujuan
Manfaat
Manfaat dari analisis morfotektonik di Girimulyo, Kulon
Progo ini ialah dapat mengetahui daerah-daerah zona lemah,
karena adanya aktifitas tektonik yang berkembang pada daerah
tersebut.

Jens
Jens Martensson
Martensson 16
Metode Penelitian

Diagram alur metode penelitian yang


dilakaukan pada daerah penelitian

Jens
Jens Martensson
Martensson 17
Gambar Peta Lokasi Pengambilan
data kekar Formasi OAF dan Formasi
Nanggulan

Data Kekar Jens


Jens Martensson
Martensson 18
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Data
Formasi Andesit Tua (Kali Dongromo, Desa Karangrejo,
Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi
Yogyakarta)

Gambar Struktur kekar berupa extention dan shear daerah


penelitian Formasi OAF (9146594 dan 0408614) dengan
litologi Batuan andesit

Gambar Urat-urat kuarsa yang mengisi pada batuan andesit

Data Kekar Jens


Jens Martensson
Martensson 19
Tabel 5.1 Pengukuran kekar di daerah penelitian pada Formasi OAF
NO Shear Extention NO Shear Extention

1 N 28 E / 54 N 2700 E / 700 5 N 1240 E / 12 N 2600 E / 850

2 N 220 E / 10 N 2800 E / 760 6 N 2300 E / 4 N 2290 E / 880

3 N 183 E / 64 N 265 0 E / 870 7 N 2610 E / 16 N 2200 E / 400

4 N 176 E / 89 N 230 0 E / 880 8 N 3570 E / 52 N 430 E / 800

NO Shear Extention No Shear Extention


N 2150 E / 85
9 N 9 E / 38 N 2150 E / 740 14
N 3200 E / 86
10 N 22 E / 57 N 2400 E / 700 15
N 510 E / 75
11 N 357 E / 87 N 510 E / 850 16
N 2550 E / 65
12 N 2250 E / 900 17
N 2630 E / 72
13 N 2330 E / 840 18

Jens
Jens Martensson
Martensson 20
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Data
Formasi Nanggulan (Kali songgo, Desa Pendoworejo, Kecamatan
Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta)

Tabel 5.2 Pengukuran Kekar di daerah penelitian pada


Formasi Nanggulan

Shear Shear Shear Shear


No
(Strike/dip) No (Strike/dip) No (Strike/dip) No (Strike/dip)
N 198º E / N 230º E / N 144º E / N 42º E /
1 3 5 7
76º 76º 70º 70º
Gambar Struktur kekar berupa shear daerah penelitian 2
N 160º E /
4 N 50º E / 90º 6
N 45º E /
8
N 175º E /
Formasi Nanggulan (914424 dan 0410833) dengan litologi 80º 76º 86º

napal

Jens
Jens Martensson
Martensson 21
Gambar Kelurusan Sungai

Data Kelurusan Sungai Jens


Jens Martensson
Martensson 22
No Azimuth N....0E No Azimuth N....0E No Azimuth N....0E
Tabel Data hasil analisis kelurusan sungai pada Formasi
OAF
180 137 121
1 26 51
188 101 112
2 27 52
62 107 168
3 28 53
174 136 114
4 29 54
12 245 19
5 30 55
158 65 75
6 31 56
140 71 109
7 32 57
146 125 127
8 33 58
178 150 203
9 34 59
22 106 72
10 35 60
151 146 142
11 36 61
317 133 133
12 37 62
132 154 169
13 38 63
116 192 179
14 39 64
36 186 129
15 40 65
99 104
16 41
138 133
17 42
112 82
18 43
169 123
19 44
125 196
20 45
115 151
21 46
136 198
22 47
130 100
23 48
186 223
24 49
353 226
25 50

Data Kelurusan Sungai Jens


Jens Martensson
Martensson 23
Tabel Data hasil analisis kelurusan sungai pada Formasi Nanggulan

No Arah N....0 E No Arah N....0 E No Arah N....0 E

1 110 8 86 15 123

2 147 9 186 16 123

3 119 10 121 17 169

4 73 11 97 18 132

5 349 12 67 19 68

6 180 13 119 20 60

7 112 14 194 21 97

Data Kelurusan Sungai Jens


Jens Martensson
Martensson 24
Tabel Data kelurusan punggungan bukit dan
Azimuth Azimuth Azimuth Azimuth
No No No No
N....0E N....0E N....0E N....0E
lembah pada Formasi OAF
1 112 25 123 49 352 73 176

2 103 26 302 50 303 74 99

3 96 27 139 51 329 75 312

4 83 28 169 52 130 76 145

5 124 29 126 53 356 77 100

6 165 30 332 54 142 78 329

7 117 31 112 55 354 79 91

8 299 32 104 56 128 80 154

9 112 33 128 57 357

10 129 34 173 58 6

11 147 35 137 59 131

12 126 36 298 60 319

13 119 37 301 61 178

14 124 38 155 62 150

15 159 39 155 63 124

16 117 40 168 64 325

17 147 41 155 65 162

18 128 42 175 66 177

19 159 43 164 67 304

20 131 44 163 68 110

21 170 45 167 69 106

22 194 46 167 70 316

23 136 47 187 71 135

24 150 48 153 72 115

Data Kelurusan Punggungan Bukit dan Lembah Jens


Jens Martensson
Martensson 25
Tabel Data kelurusan punggungan bukit dan
lembah pada Formasi Nanggulan

Azimuth Azimuth Azimuth


No No No
N....0E N....0E N....0E

1 342 6 136 11 164

2 124 7 139 12 131

3 177 8 142 13 147

4 150 9 186 14 152

5 131 10 143 15 198

Data Kelurusan Punggungan Bukit dan Lembah Jens


Jens Martensson
Martensson 26
Gambar Kelurusan punggungan bukit
dan lembah Formasi OAF dan
Formasi Nanggulan

Data Kelurusan Punggungan Bukit dan Lembah Jens


Jens Martensson
Martensson 27
Gambar Peta data sinusitas muka gunung

Data Sinusitas Muka Gunung (Smf) Jens


Jens Martensson
Martensson 28
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Diagram rosette pengukuran Gambar Diagram rosette pada pengukuran


kekar pada Formasi OAF kekar pada Formasi Nanggulan

Analisa Kekar Jens


Jens Martensson
Martensson 29
Gambar Hasil analisis kelurusan
Gambar Hasil analisis kelurusan
sungai pada Formasi OAF
sungai pada Formasi Nanggulan

Analisa Kelurusan Sungai Jens


Jens Martensson
Martensson 30
Gambar Diagram rossete arah kelurusan
lembah dan arah kelurusan punggungan Gambar Diagram rossete arah kelurusan
bukit pada Formasi OAF lembah dan arah kelurusan punggungan
bukit pada Formasi Nanggulan

Analisa Kelurusan Punggungan Bukit dan Lembah Jens


Jens Martensson
Martensson 31
Tabel Perhitungan Smf

Formasi OAF Formasi Nanggulan

Diket : Diket :
Lmf : 1776 m Lmf : 1432
Ls : 677, 35 m Ls : 1364
Ditanya : Smf = ? Ditanya : Smf = ?
Jawab : Jawab :
Smf = Lmf/Ls Smf = Lmf/Ls
1776 / 677, 35 = 2,623 1432 / 1364 = 1,0505

Analisa Sinusitas Muka Gunung (Smf) Jens


Jens Martensson
Martensson 32
Kesimpulan
• Pada hasil analisis kekar pada Formasi OAF tepatnya di Kali Dongromo, Desa Karangrejo, Kecamatan
Girimulyo, kabupaten Kulon Progo arah gaya utama kekar yang berkembang relatif Barat Daya – Timur
Laut pada daerah tersebut. Sedangkan pada Formasi Nanggulan tepatnya daerah Kalisonggo, Desa
Pendoworejo, Kecamata Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo arah gaya utama relatif Tenggara – Barat
Laut.
• Hasil dari analisis kelurusan sungai di daerah Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo pada Formasi OAF
mempunyai arah relatif Barat daya – Timur laut, sedangkan pada Formasi Nanggulan mempuyai arah
relatif sama Barat daya – Timur Laut.
• Dalam analisa kelurusan punggungan bukit dan lembah, dihasilkan pola kelurusan pada Formasi OAF
dengan arah relatif Barat daya – Timur laut, sedangkan pada Formasi Nanggulan arah relatif Tenggara –
Barat laut.
• Nilai Smf pada Formasi OAF memliliki nilai 2,623 dan pada Formasi Nanggulan memiliki nilai Smf
1,0505. Berdasarkan Bull dan Mc Fadden (1997) dalam Doornkamp (1986), Formas Andesit Tua
termasuk dalam kelas 1 yaitu tektonik tidak aktif, sedangkan Formasi Nanggulan termasuk dalam kelas 2
yaitu tektonik aktif.

Jens
Jens Martensson
Martensson 33
Saran

Sebaiknya ada penelitian lebih lanjut dengan membuat titik-titik tektonik yang aktif dan zona-zona lemah yang
berpotensi longsor pada daerah tersbut dengan melihat resistensi dan tektonik yang berkembang pada daerah Girimulyo,
Kabupaten Kulon Progo.

Jens
Jens Martensson
Martensson 34
DAFTAR PUSTAKA

Anfasha, A, dkk. 2016. Bulettin os Scientific Contribution. Bandung

Bemmelen, van, R.W. (1949). The Geology of Indonesia, Netherlands: Martinus Nyhoff, The Haque.

Bull, W.B. and McFadden, L. (1977) Tectonic Geomorphology of North and South of the Garlock Fault, California

Doornkamp, J.E., 1986. Geomorphological approach to the study of neotectonics. Journal of Geological Society. London.

Fowler, 1990. An Intruduction to 1968 Seismological Tables for P Phase, Bulletin

of the Seismological research letters, v. 66, n.4 p. 8-21

Harjanto, A, 2011. Jurnal Ilmiah MTG, vol 04, No. 02

Marks, P., 1957, Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Publikasi Keilmuan no.3, Seri Geologi, Pusat Jawatan Geologi, Bandung.

Moody, J.D., dan Hill, M.J., 1956, Wrench Fault Tectonics, Bulletin of the Geological Society of America

Pannekoek, A J, 1939, De geomorphologie van het West-Progo-gebergte

Rahardjo., W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D., 1977. Peta Geologi lembar Jogjakarta, Jawa skala 1:100.000, Edisi II. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi. Bandung.

Whitten, D. G. A with Brooks J. R. V. 1972. The Penguin Dictionary of Geology. 495 pp., 161 figs, tables. Penguin Books Ltd., Harmondsworth, Middx.
Price 75p.

Jens
Jens Martensson
Martensson 35
TERIMAKASIH ATAS PERHATIAN
MATUR SUWUN

Jens
Jens Martensson
Martensson 36

Anda mungkin juga menyukai