DI INDONESIA Aditia Arief Firmanto,SH.,MH. Universitas Malahayati 2018 MATERI
*Membela bangsa pada masa penjajahan
*Bela negara pada revolusi Kemerdekaan Membela Bangsa Pada Masa Penjajahan *Masa Penjajahan Belanda - Pada bangsa Indonesia kita bisa melihat bagaimana proses sejarah pembentukan nation (bangsa) Indonesia tidak lepas dari elemen keras maupun elemen lunaknya; - Peperangan demi peperangan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia kala melawan kekuatan kolinial Barat membekali Bangsa Indonesia pada pelajaran, bahwa kekuatan bersenjata itu sangat diperlukan untuk membela negara demi menegakan kedaulatan negeri; NEXT
- Namun dalam kesadaran yang masih bersifat kesukuan
(tribalistik) dan terpecah-pecah (fragmentatif), kita juga belajar betapa rapuhnya bangsa Indonesia; - Jaringan ekonomi, politik, organ bersenjata dan teknologi persenjataan kolonial terlalu kuat untuk dilawan; - Alih-alih bertambahnya kekuatan kerajaan melawan kekuatan kolonial, kita terkecoh dan terkalahkan dengan politik pecah belahnya (devide et impera, pisah-pisahkan dan kuasai sesudahnya); NEXT
- Ahirnya tertib politik dan administrasi versi kolonial
Belanda makin efektif dalam mengendalikan Indonesia, dengan kepualauan Nusantara ini disebut secara resmi sebagai Hindia Belanda; - Melalui Parc Nerlandica-nya, Belanda berhasil melakukan pasifikasi atau perdamaian, baik melalui penaklukan maupun perjanjian dengan pemberian otanomi terbatas atas kerajaan-kerajaan di wilayah Indonesia, dengan menempatkan dirinya sebagai “Daulat Ratu Belanda” di tanah Hindia; NEXT - Pada waktu itu Belanda diperintah oleh Ratu Wilhemina dan ia menjadi lambang kekuasaan Belanda di Indonesia; - Namun kontradiksi nilai dan praktik dalam badan pemerintahan kolonial berupa kolonialisme, imperialisme dan kapitalisme menjadikan bangsa-bangsa terjajah bangkit, dikarenakan : 1. Mereka merasa tidak nyaman dengan statusnya sebagai kawula dari bangsa asing. 2. Kekecewaan golongan moderat yang bersifat kooperatif kepada pemerintah kolonial, karena proposal lunak berupa Indonesia berparlemen dan menujun evolusi menuju Indonesia berdiri sendiri dalam lingkungan Uni Indonesia-Belanda, ditolak oleh Belanda; 3. Mosi di dalam Volksraad yang disponsori Husni Thamrin, Sutarjo, Wiwoho meminta agar pemerintah menggunakan istilah “Indonesier” (orang Indonesia) sebagai pengganti kata penghinaan “inlander” (pribumi) dalam dokumen resmi. NEXT - Pada bulan yang sama GAPI (Gabungan Aksi Politik Indonesia memulai upaya terahir dengan mengusulkan pembentukan suatu Uni Belanda-Indonesia yang berdasarkan atas kedudukan yang sama bagi kedua belah pihak, dimana Volksraad akan berubah menjadi badan legislatif yang bersifat bikameral atas dasar sistem pemilihan yang adil; - Tamparan terahir pemerintah kolonial Belanda kepada bangsa Indonesia adalah penolakan bersifat timbal balik pada para pemimpin pribumi atas pengabsahan 6.000 milisi dalam rangka menghadapi ambang peperangan Asia Timur Raya yang dikorbankan oleh jepang; - Pihak kolonial menganggap sepi anggota Volksraad bangsa pribumi, dengan tidak meminta persetujuan pada anggota Volksraad atas dibentuknya milisi bela negara versi kolonial; NEXT - Alhasil ketika perang pecah, pasukan KNIL (tentara kerajaan Hindia-Belanda) dikalahkan dengan cepat oleh pasukan Dai-Nippon Jepang, hingga mereka menandatangani traktat penyerahan di lapangan terbang militer di Kalijati, Subang pada 8 Maret 1942; - Tidak ada “bela negara” secara signifikan dan massal dari bangsa atau rakyat Indonesia. Demikian pula kelompok elite bangsa yang dikecewakan yang menganggap kolonialisme Belanda tak ada harapan lagi untuk ditolong. NEXT Masa Penjajahan Jepang - Pemerintahan fasistik jepang yang ditulang-punggungi oleh militer, begitu mengalahkan pemerintah kolonial Hindia- Belanda, segera mengubah pendekatan pada rakyat Indonesia; - Jawa-Kalimantan-Sebagian Sumatra-Indonesia Timur hampir tidak diubah sama sekali; - Sumatra ditempatkan di bawah angkatan darat ke-25; - Jawa berada dibawah angkatan darat ke-16; - Kedua wilayah ini berada dibawah Angkatan Darat ke-7 yang bermarkas besar di Singapura; - Sementara Kalimantan dan Indonesia Timur dikuasai AL yang tidak memberi kesempatan untuk berorganisasi; NEXT wilayah Indonesia timur hanya dieksploitasi SDM nya dan rakyatnya ditindas secara kejam; Pendudukan jepang menyapa masyarakat yang lebih luas berjangkauan sampai unit terkecil dan bersifat massal; Hal itu tidak terlepas dari situasi jepang yang sedang berperang dengan kekuatan-kekuatan militer besar, sehingg segenap daya upaya diarahkan untuk pertahanan negeri yang diduduki; Jepang melakukan perluasan hingga sampai perdesaan; Mereka membentuk pasukan-pasukan cadangan yang besar kemungkinan akan diumpankan kepada sekutu apabila sekutu sampai memasuki kepulauan Nusantara; NEXT Partisipasi bela negara yang difasilitasi tentara jepang ini adalah : a. Seinendan dan Joysyi Seinendan (umur 14-22 tahun); b. Keibodan (kaum perempuan dan laki-laki); c. Fujinkai (barisan perempuan, min.15 Tahun) ; d. Gakutai (Korps Pelajar); e. Heiho (pemuda 18-25 tahun); f. Suishintai (barisan pelopor yang dipimpin oleh bung Karno); g. PETA (Pembela Tanah Air); h. Pasukan dari varian santri dan umat islam adalah dari Hizbullah (pemuda Islam) dan Sabilillah (para Kyai). NEXT Namun berlainan dengan kehendak jepang yang menginginkan mobilisasi itu demi kemenangan Perang Asia Timur Raya yang dikorbankanya, para pemimpin bangsa Indonesia mampu memanfaatkan gagasan dan tindakan jepang itu untuk kepentingan nasional Bangsa Indonesia; Ketika jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya, pelatihan dan rekruitmen secara militer pada anak-anak bangsa semasa jepang ini menjadi kekuatan pertahanan dan penjaga ketertiban; Gejolak revolusioner telah berlangsung dan tidak bisa dikembalikan lagi, hasrat meluap Indonesia telah merdeka dan harus dijaga kemerdekaan itu dari intervensi bangsa manapun NEXT Hal ini masih ditambah dengan kekayaan modal sosial bangsa berupa pengorganisasian dan penghimpunan elemen-elemen masyarakat beratas namakan suku, agama dan ideologi modern yang terbentuk semasa pergerakan Nasional, serta diskusi-diskusi bernas diantara elemen itu; Konsepsi pemerintahan kenegaraan modern, keagungan dan kekayaan kultural dan intelektual sejarah pada kerajaan-kerajaan Nusantara. Modal Lunak (soft capital) berupa wacana intelektual (intelektual discourse) ini telah berpadu dengan modal keras (hard capital) berupa kelahiran embrio Tentara Nasional Indonesia.