Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOPOROSIS

KELOMPOK 4

Erlina Septiawati 1708201


Gina Antini 1708212
Melinda Herliani 1708235
Rahmawati 1708254
Rifal Rifadly 1708263
Sentika 1708279
Teuis Dianty Hermawan 1708293
PENGERTIAN OSTEOPOROSIS

Osteoporosis adalah suatu keadaan


pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau
mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal. Secara histopatologis osteoporosis
ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks
disertai dengan berkurangnya jumlah maupun
ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn
E:2000).
ETIOLOGI OSTEOPOROSIS

Osteoporosis (sekunder dan fraktur


osteoporotic) disebabkan oleh glukokortikoid yang
mengganggu absorbs kalsium di usus dan peningkatan
ekstraksi kalsium lewat ginjal sehingga akan
menyebabkan hipokalsemia, hiperparatiroidisme
sekunder dan peningkatan kerja osteoklas. Terhadap
osteoblas glukokortikoid akan menghambat kerjanya,
sehingga formasi tulang menurun. Dengan adanya
peningkatan resorpsi tulang oleh osteoklas dan
penurunan formasi tulang oleh osteoblas, maka akan
terjadi osteoporosis yang progresif. ( Sudoyo Aru )
FAKTOR RESIKO TERJADINYA
OSTEOPOROSIS

1. Umur ; sering terjadi pada usia lanjut


2. Ras ; kulit putih mempunyai resiko lebih tinggi
3. Faktor keturunan ; ditemukan riwayat keluarga
dengan kropos tulang

4. Adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis


vertebra. Terutama terjadi pada umur 50-60 tahun
dengan densitas tulang yang rendah dan diatas umur
70 tahun dengan BMI yang rendah. ( BMI = Mody
Mass Index yaitu berat badan di bagi kuadrat tinggi
badan.
5. Aktivitas fisik yang kurang
6. Tidak pernah melahirkan
7. Menopause dini ( Menopause yang terjadi pada umur
46 tahun )
8. Gizi ( kekurangan protein dan kalsium dalam masa
kanak-kanak dan remaja )

9. Hormonal yaitu kadar esterogen plasma yang kurang


10. Obat misalnya kortikosteroid
11. Kerusakan tulang akibat kelelahan fisik
12. Jenis kelamin ; 3 kali lebih sering terjadi pada wanita
KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS

Osteoporosis

1. Osteoporosis 2. Osteoporosis 3. Osteoporosis


Primer Sekunder Idiopatik

A. Osteoporosis
B. Osteoporosis
tipe I (pasca
tipe II (senilis)
menopause)
PATOFISIOLOGI

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan


massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup
(merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa
tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya
massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause
mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama
tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D
penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet
mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk
mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium
dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan
osteoporosis.
TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri tulang akut. Nyeri


5. Nyeri ringan pada saat
terutama terasa pada tulang
bangun tidur dan akan
belakang, nyeri dapat
bertambah jika melakukan
dengan atau tanpa fraktur
aktivitas atau karena suatu
yang nyata
pergerakan yang salah
2. Rasa sakit oleh karena
6. Deformitas vertebra
adanya fraktur pada
thorakalis menyebabkan
anggota gerak
penurunan tinggi badan. Hal
3. Nyeri timbul mendadak
ini terjadi oleh karena
4. Sakit hebat dan terlokalisasi
adanya kompresi fraktur
pada vertebra yang
yang asimtomatis pada
terserang.
vertebra.
Lanjutan…

7. Deformitas tulang. Dapat


terjadi fraktur traumatic
pada vertebra dan 9. Nyeri berkurang pada saat
menyebabkan kifosis istirahat di tempat tidur
angular yang menyebabkan 10. Postur tubuh menjadi
medulla spinalis tertekan membungkuk.
sehingga dapat terjadi 11. Penderita akan cepat
paraparesis. merasa kelelahan.
8. Postur tubuh kelihatan 12. Sering merasakan kram di
memendek atau penurunan waktu malam hari.
tinggi badan akibat dari
Deformitas vertebra
thorakalis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila


sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi
tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji
dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum,
fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine,
hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia,
hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan
tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau
massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan.
Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan
CT mampu memberikan informasi mengenai massa tulang pada tulang
belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang
osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.
PENATALAKSANAAN

1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup,


dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur
pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan
estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang
dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.
3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium
etridonat. Efek samping (misal : gangguan gastrointestinal, aliran
panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang.
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk
mengurangi nyeri punggung
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Keluhan Utama
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yangdipakai, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
2. Pemeriksaan Fisik

B1 B4
(Breathing (Bladder)

B2 B5
(Blood) (Bowel)

B3 (Brain) B6 (Bone)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur


vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang,
mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur
traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi
sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau
fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun,
dan terdapat penurunan tinggi badan.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder
perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan
klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang
terlihat bungkuk.
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur


vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang,
mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur
traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil klien dapat mengekspresikan perasaan
nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat, klien dapat mandiri dalam
penanganan dan perawatannya secara sederhana.
Intervensi :
a) Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan
karakteristik termasuk intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk
nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi
Lanjutan…

b) Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan


mengurangi rasa nyerinya
R/ alternative lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres
hangat, mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada
tulang/jaringan yang cedera
c) Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi
progresif, latihan nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
teraupetik
R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control
dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen
nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama
d) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi R/ diberikan
untuk menurunkan nyeri.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi
sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau
fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun,
dan terdapat penurunan tinggi badan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu
melakukan mobilitas fisik dengan criteria hasil klien dapat
meningkatkan mobilitas fisik, berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/diperlukan, klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari-
hari secara mandiri
Intervensi :
a) Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada
R/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak
yang sesuai dengan kemampuannya
Lanjutan…

b) Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien


tentang aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dikerjakan
R/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi
sirkulasi darah
c) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri
secara bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan
R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder
perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan
klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang
terlihat bungkuk
Tujuan :
Cedera tidak terjadi dengan kriteria hasil klien tidak jatuh dan tidak
mengalami fraktur, klien dapat menghindari aktivitas yang
mengakibatkan fraktur
Intervensi :
a) Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan
klien pada tempat tidur rendah, berikan penerangan yang cukup,
tempatkan klien pada ruangan yang mudah untuk diobservasi.
R/ menciptakan lingkungan yang aman mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan.
b) Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik
tangga dan mengangkat beban berat.
R/ pergerakan yang cepat akan memudahkan terjadinya fraktur
kompresi vertebra pada klien osteoporosis
Lanjutan…

c) Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan.


R/ obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan
pusing, mengantuk dan lemah yang merupakan predisposisi klien
untuk jatuh
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai