Anda di halaman 1dari 21

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

ETIKA DISKRIMINASI PEKERJAAN

Kelompok 10:
Nurma Ayu Lestari 20150170..

Safira Widya Putriane 2015017022

Siti Nurjanah 2015017060

Erex Exstrada 2015017150

Bernadeta Astuti 2015017038


PENDAHULUAN
Semua manusia diciptakan sama dan telah di
anugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa bahwa kita semua
memiliki hak yang tidak dapat diambil oleh orang lain,
dan diantara hak-hak tersebut adalah hak untuk
memperoleh kehidupan, kebebasan, dan mencari
kebahagiaan. Debat mengenai apa arti hak dan
bagaimana mempertahankannya telah berlangsung lama
dan sengit. Bab ini akan membahas mengenai sisi
masalah diskriminasi etis, yang diawali dengan
mempelajari sifat dan tingkat dikrimimasi, dan
dilanjutkan dengan pembahasan tentang aspek-aspek
perilaku diskriminatif dalam ketenagakerjaan dan
diakhiri dengan pembahasan mengenai program-program
tindakan afirmatif.
Sifat Diskriminasi Pekerjaan
Arti dasar dari diskriminasi adalah membedakan satu objek dari objek lainnya, suatu
tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Akan tetapi, dalam
pengertian modern, istilah ini secara moral menjadi tidak netral karena biasanya mengacu
pada tindakan membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang
dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau sikap yang secara moral tercela.

Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar:


1. Keputusan yang merugikan seorang pegawai atau lebih karena bukan didasarkan
pada kemampuan yang dimiliki, misalnya dalam melaksanaakan pekerjaan
tertentu, senioritas, atau kualifikasi-kualifikasi yang secara moral dianggap sah
lainnya.
2. Keputusan yang sepenuhnya atau sebagian diambil berdasarkan prasangka rasial
atau seksual, stereotype yang salah, atau sikap lain yang moral tidak benar
terhadap anggota kelompok tertentu dimana pegawai tersebut berasal.
3. Keputusan yang memiliki pengaruh negative atau merugikan kepentingan-
kepentingan pegawai yang mungkin dapat mengakibatkan mereka kehilangan
pekerjaan, kesempatan memperoleh kenaikan jabatan, atau gaji yang lebih baik.
Bentuk-Bentuk Diskriminasi:
Aspek Kesengajaaan dan Aspek Institusional

Bentuk diskriminasi dapat dibuat dengan membedakan tingkat dimana tingkat diskriminasi
dilakukan secara sengaja dan terpisah (atau tidak terinstitusionalisasikan) dan tingkat
dimana tindakan tersebut terjadi secara tidak sengaja dan terinstitusionalisasikan.

1. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku terpisah (tidak


terinstitusionalisasikan dari seseorang yang dengan sengaja dan sadar
melakukan diskriminasi karena adamya prasangkan pribadi.
2. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku rutin dari
sebuah kelompok yang terinstitusionalisasika, yang dengan sengaja dan sadar
melakukan diskriminatif berdasarkan prasangkan pribadi anggotanya.
3. Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari pelaku yang terpisah
(tidak terinstitusionalisasikan) dari seseorang yang tidak sengaja dan tidak sadar
melakukan diskriminasi terhadap orang lain karena dia menerima dan
melaksanakan praktik-praktik dan stereotype tradisional dari masyarakatnya.
Tingkat Diskriminasi

Indikator pertama muncul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang atas
anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam
suatu institusi tanpa memertimbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka.
Ada 3 perbandingan yang bisa membuktikan distribusi semacam itu :
1. Perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada
kelompok yang terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang
diberikan oleh kelompok lain.
2. Perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang terdapat
dalam tingkat pekerjaan paling rendah dengan proporsi kelompok lain
dalam tingkat yang sama
3. Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang
jabatan lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam
jabatan yang sama.
Perbandingan Penghasilan Rata – Rata
Perbandingan penghasilan memberikan indikator paling sugestif atas
diskriminasi. Perbandingan penghasilan juga mengumgkapkan adanya
berbagai kesenjangan yang berkaitan dengan gender. Perbandingan
penghasilan rata-rata pria dan perempuan menunjukan bahwa perempuan
hanya memperoleh sebagian dari yang diperoleh pria. Salah satu penelitian
yang dilakukan belum lama ini menunjukan bahwa perusahaan yang sebagian
besar pegawainya pria memberikan gaji rata – rata 40% lebih tinggi daripada
perusahaan yang sebagian besar pegawainya perempuan.
Perbandingan Kelompok Penghasilan Terendah

Kelompok penghasilan terendah di amerika terdiri dari orang-orang yang


penghasilan per tahunnya dibawah tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan
kelompok minoritas secara umum dua sampai tiga kali lipat dibandingkan
kelompok kulit putih. Ini tidaklah mrngejutkan karena kelompok minoritas
memiliki penghasilan rata-rata yang lebih rendah. dalam kaitannya dengan
tingkat penghasilan yang lebih rendah untuk perempuan, juga tidaklah
mengejutkan bila keluarga-keluarga yang dikepalai oleh perempuan lebih banyak
yang termasuk dibawah tingkat kemiskinan dbandingkan dengan yang dikepalai
pria.
Kelompok penghasilan paling rendah di amerika menurut statistik
berkorelasi dengan ras dan jenis kelamin. Bila dibandingkan dengan keluarga
kulit putih dan keluarga yang dikepalai seorang pria, keluarga kelompok
minoritas dan yang dikepalai seorang pria, keluarga kelompok minoritas dan yang
dikepalai seorang perempuan sebagian besar termasuk keluarga miskin .
Perbandingan Pekerjaan yang Diminati

1. Sebagian besar tenaga kerja baru yang memasuki pasar kerja, bukan kelompok
pria kulit putih, namun perempuan dan kelompok minoritas.
2. Saat tenaga kerja perempuan memperoleh kemajuan karier, mereka
menghadapi hambatan yang disebut dinding kaca saat mereka berusaha meraih
jabatan manajemen tinggi.
3. Perempuan yang sudah menikah dan ingin punya anak, berbeda dengan pria
yang sudah menikah dan ingin punya anak, saat ini menghadapi hambatan –
hambatan besar dalam perkembangan karier mereka.

Jadi, tampak jelas bahwa kaum perempuan dan minoritas, yang sekarang mewakili
sebagian besar tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, memperoleh posisi yang
sangat tidak menguntungkan . keadaan yang tidak menguntungkan ini, apalagi
kalau bukan merupakan bentuk lain dari diskriminasi yang sistematis yang
terinstitusionalisasi.
Diskriminasi:
Utilitas, Hak dan Keadilan

Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dapat


dibagi menjadi tiga kelompok:
a. Argumen utilitarian yang menyatakan bahwa diskriminasi
mengarahkan pada penggunaan sumber daya manusia secara tidak
efisien.
b. Argumen hak yang menyatakan bahwa diskriminasi melanggar hak
asasi manusia
c. Argumen keadilan yang menyatakan bahwa diskriminasi
mengakibatkan munculnya perbedaan distribusi keuntungan dan
beban dalam masyarakat.
Utilitas

Argumen utilitarian menentang diskriminasi rasial dan seksual


didasarkan pada gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal
jika pekerjaan diberikan dengan berdasarkan kompetensi (atau
kebaikan).
argumen utilitarian dihadapkan pada dua keberatan:
1. jika argumen ini benar, maka pekerjaan haruslah diberikan dengan
dasar kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan, hanya jika hal
tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. argumen utilitarian juga harus menjawab tuntutan penentangnya
yang menyatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan
memperoleh keuntungan dari keberadaan bentuk-bentuk
diskriminasi seksual tertentu.
Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan
seksual salah satunya menyatakan bahwa diskriminasi salah karena hal
tersebut melanggar hak moral dasar manusia. Teori kant, menyatakan
bahwa manusia haruslah diperlakukan sebagai tujuan dan tidak boleh
sebagai sarana.
Tindakan diskriminasi melanggar prinsip ini dalam dua cara:
1. Diskriminasi didasarkan pada keyakinan bahwa suatu kelompok
tertentu dianggap lebih rendah dibandingkan kelompok lain: bahwa
orang-orang kulit hitam, misalnya tidak kompeten dan tidak layak
memperoleh penghargaan dibandingkan orang kulit putih atau
mungkin bahwa kaum perempuan dianggap tidak kompeten dan
tidak layak memperoleh penghargaan dibandingkan kaum pria.
2. Diskriminasi menempatkan kelompok yang terdiskriminasi dalam
posisi sosial dan ekonomi yang rendah. Kaum perempuan dan
minoritas memiliki peluang kerja yang terbatas dan memperoleh
gaji yang lebih kecil.
Keadilan

Melihat diskriminasi sebagai pelanggaran atas prinsip-prinsip


keadilan. Contohnya, John Rawls menyatakan bahwa diantara prinsip-
prinsip keadilan yang menjelaskan “posisi awal”, yang paling penting
adalah prinsip kesamaan hak untuk memperoleh kesempatan.
“ketidakadilan sosial dan ekonomi sudah seharusnya diatur
sedemikian rupa sehingga dapat disalurkan pada pekerjaan-pekerjaan
yang terbuka bagi semua orang dalam kondisi yang menjunjung
kesamaan untuk memperoleh kesempatan.”
Pendekatan lain terhadap moralitas diskriminasi yang juga
melihat diskriminasi sebagai salah satu bentuk ketidakadilan,
mendasarkan pandangan pada “prinsip keadilan formal” individu-
individu yang setara dalam segala hal yang berkaitan
misalnyapekerjaan harusnya diperlakukan secara sama sekalipun
mereka berbeda dalam aspek-aspek yang tidak relevan lainnya.
Pelecehan Seksual
Kaum perempuan, seperti telah dicatat sebelumnya merupakan korban dari salah satu
bentuk diskriminasi yang terang-terangan dan koersif, mereka menghadapi kemungkinan
pelecehan seksual. Meskipun kaum pria, dalam contoh-contoh tertentu, juga menjadi
korban pelecehan seksual, namun sejauh ini kaum perempuan lah yang paling sering
menjadi korban.

Kontak verbal atau fisik lain yang sifatnya seksual merupakan


pelecehan seksual bila:
1. Sikap tunduk terhadap tindakan tersebut secara eksplisit
ataupun implisit deikaitkan dengan situasi atau syarat-
syarat kerja seseorang,
2. Sikap tunduk atau penolakan terhadap kegiatan tersebut
digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan yang
berpengaruh pada individu yang bersangkutan,
3. Tindakan tersebut bertujuan mengganggu pelaksanaan
pekerjaan seseorang atau menciptakan lingkungan kerja
yang di warnai dengan kekhawatiran, sikap permusuhan,
atau penghinaan.
Di Luar Ras dan Jenis Kelamin: Kelompok Lain

Age Discrimination dalam Employment Act tahun 1967 melarang


diskriminasi terhadap pegawai yang lebih tua berdasarkan usia, sampai mereka
berusia 65 tahun. Para penderita cacat sekarang juga dilindungi oleh Americans
with Disabilities Act tahun 1990, yang melarang diskriminasi terhadap mereka dan
mewajibkan perusahaan mengakomodasi para pegawai dan konsumen yang
menderita cacat. Tidak ada hukum federal yang melarang diskriminasi
berdasarkan orientasi seksual, dan hanya beberapa negara bagian yang memiliki
undang-undang yang melarang diskriminasi terhadap kaum gay dan transeksual.
Banyak perusahaan yang juga menerapkan kebijakan yang melarang
perekrutan tenaga kerja yang kelebihan berat badan, kelompok individu yang
oleh sebagian besar hukum negara tidak dilindungi. Saat ini, kelompok-kelompok
tersebut masih sama rentannya dengan kaum perempuan, minoritas, dan para
pegawai usia lanjut.
Tindakan Afirmatif

Untuk menghapus pengaruh-pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan


yang melaksanakan program-program tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk
mencapai distribusi yang lebih respresentatif dalam perusahaan dengan
memberikan preferensi pada kaum perempuan dan kelompok minoritas. Program
tindakan afirmatif secara umum dikritik dengan alasan bahwa,dalam upaya
memperbaiki kerugian akibat diskriminasi masa lalu, program-program itu sendiri
juga menjadi diskriminatif, baik rasial mauoun seksual. Argumen yang digunakan
untuk membenarkan program-program tindakan afirmatif dalam menghadapi
kecaman di atas dapat kelompokkan ke dalam dua bagian. Argumen kedua
menginterpretasikan perlakuan preferensial sebagai suatu saran guna mencapai
tujuan-tujuan sosial tertentu. Sementara argumen yang pertama (kompensasi)
cenderung melihat ke belakang karena memfokuskan pada kesalahn dari
tindakan-tindakan masa lalu, argumen instrumentalis (kedua) lebih melihat ke
depan sejauh memfokuskan pada hal-hal yang baik di masa mendatang (dan
kesalahan yang terjadi di masa lalu dianggap tidak relevan).
Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi

Keadilan kompensatif, mengimplikasikan bahwa seseorang wajib


memberikan kompensasi terhadap orang-orang yang dirugikan secara
sengaja. Selanjutnya, program tindakan afirmatif diinterpretasikan sebagai
salah satu bentuk ganti rugi yang diberikan kaum pria kulit putih kepada
perempuan dan kelompok minoritas karena telah merugikan mereka dengan
secara tidak adil mendiskriminasikan mereka di masa lalu. Prinsip ini juga
mewajibkan kompensasi diberikan kepada semua angota suatu kelompok
yang didalamnya terdapat korban tindakan yang merugikan.
Tindakan Afirmatif Sebagai
Instrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial

Rangkaian argument kedua yang diajukan untuk mendukung program


tindakan afirmatif didasarkan pada gagasan bahwa program-program
tersenut secara moral merupakan instrument yang sah untuk mencapai
tujuan-tujuan yang secara moral juga sah.

Contohnya:
kumutilitarian mengklaim bahwa program
tindakan afirmatif dibenarkan karena mendukung
atau mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Mereka menyatakan bahwa
diskriminasi masa lalu menciptakan korelasi yang
tinggi antara ras dan kemikinan. Ras merupakan
indicator yang mura atas kebutuhan karena
diskriminasi masa lalu telah menciptakan korelasi
yang tinggi antara ras dan kebutuhan. Kebutuhan,
tentu saja merupakan kriteria distribusi yang adil.
Penerapan Tindakan Afirmatif
dan Penanganan Keberagaman

Para pendukung program tindakan afirmatif menyatakan bahwa


kriteria lain selain ras dan jenis kelamin perlu dipertimbangkan saat
mengambil keputusan dalam program tindakan afirmatif. Pertama,
jika hanya kriteria ras dan jenis kelamin yang digunakan, hal ini akan
mengarahkan pada perekrutan pegawai yang tidak berkualifkasi dan
mungkin akan menurunkan produktivitas. Kedua, banyak pekerjaan
yang memiliki pengaruh-pengaruh penting pada kehidupan orang lain.
Jadi, jika suatu pekerjaan memiliki pengaruh penting katakanlah,
pada jiwa orang lain, (misalnya pada pengawas penerbangan atau
dokter bedah), maka kriteria selai ras dan jenis kelamin harus
diutmakan dan dipertimbangkan dibandingkan tindakan afirmatif.
Ketiga, para penentang menyakan bahwa program tindakan afirmatif,
jika dilanjutkan, akan membuat Negara kita menjadi Negara yang
diskriminatif.
Gaji yang Sebanding untuk
Pekerjaan yang Sebanding

Program nilai sebanding diawali dengan memperkirakan nilai setiap


pekerjaan terhadap suatu organisasi (dalam kaitannya dengan
persyaratan keahlian, pendidikan, tugas, tanggungjawab, dan
karakteristik lain yang menurut perusahaan layak memperoleh
kompensasi) dan memastikan bahwa pekerjaan dengan nilai yang
sebanding gajinya juga sebanding, tidak peduli apakah pasar tenaga
kerja eksternal memberi gaji yang sama atau tidak untuk pekerjaan-
pekerjaan tersebut
Praktik Diskriminasi
Diantara tindakan-tindakan yang dianggap disrkriminatif adalah sebagai berikut:

1. Rekrutmen. Perusahaan-perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada


referensi verbal para pegawai saat ini dalam rekrut pegawai baru cenderung
merekrut pegawai dari kelompok ras dan seksual yang sama dengan yang
terdapat dalam perusahaan.
2. Screening (seleksi). Kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak
relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan (misalnya mensyaratkan
lulusan SMU atau sarjana atau membawa surat “sakti” untuk pekerjaan-
pekerjaan manual dimana tingkat dropout/kelompok minoritas secara
statistik relatif tinggi).
3. Kenaikan pangkat. Proses kenaikan pangkat, kemajuan kerja, dan transfer
dikatakan diskriminatif jika perusahaan memisahkan evaluasi kerja pria kulit
putih dengan pegawai perempuan dan pegawai dari kelompok minoritas.
4. Kondisi pekerjaan. Pemberian gaji dikatakan diskriminatif jika diberikan
dalam jumlah yang tidak sama untuk orang-orang yang
melaksanakanpekerjaan yang pada dasarnya sama.
5. PHK. Memecat pegawai berdasarkan ketimbangan ras dan jenis kelamin jelas
merupakan diskriminasi.
KESIMPULAN
Menilai dan menangani tenaga kerja yag beragam adalah lebih dari
tindakan yang benar secara etis dan moral. Demografi tenaga kerja
untuk decade selanjutnya menunjukkan dengan jelas bahwa
perusahaan-perusahaan yang gagal melaksanakan tugas merekrut,
malatih, dan mempromosikan kaum perempuandan minoritas tidak
aka mampu memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja. Sampai
sekarang dalam dunia pekerjaan masih sering terjadi adanya
diskriminasi, sehingga seharusnya perusahaan-perusahaan harus
menemukan program-program guna menghindari diskriminasi terjadi.

Anda mungkin juga menyukai