Anda di halaman 1dari 57

PENGENDALIAN VEKTOR

RIRIH YUDHASTUTI

Dept Kesehatan LINGKUNGAN


FKM UNAIR
Pengendalian Vektor
• Vektor adalah Arthropoda yang dapat
memindahkan atau menularkan suatu “infectious
agent” dari sumber infeksi kepada induk semang
yang rentang (susceptible host).
• Pengendalian vektor adalah semua usaha yang
dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor dengan maksud mencegah atau
pemberantas penyakit yang ditularkan vektor
atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor.
Tujuan
Untuk menurunkan kepadatan populasi
vektor pada tingkat yang tidak membahayakan
bagi kesehatan masyarakat.

Ekologi Vektor
Ekologi vektor adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara vektor dan sejenisnya, dengan
makhluk lain yang tidak sejenis dan dengan alam
lingkungannya yang non-biologis.
Pengelolaan Lingkungan Untuk
Pengendalian Vektor
Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor
adalah meliputi usaha :
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan
monitoring dari kegiatan untuk mengadakan
modifikasi dan atau manipulasi faktor-faktor
lingkungan atau interaksinya dengan manusia
dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan
perkembang biakan vektor dan mengurangi kontak
antara manusia dengan vektor.
Metode Pengendalian

1. Pengendalian scr alamiah (naturalistic control)


 memanfaatkan kondisi alam yg dpt
mempengaruhi kehidupan vector  jangka
waktu lama

2. Pengendalian terapan (applied control)


memberikan perlindungan bagi
kesehatanmanusia dr ggn vektor  sementara
Modifikasi Lingkungan
• Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk
pengelolaan lingkungan terdiri dari sesuatu
transformasi fisik yang farmanen atau berjangka
panjang terhadap tanah, air dan tumbuh-
tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah,
menghilangkan atau menurunkan habitat larva
tanpa menyebabkan pengaruh merugikan yang
tidak perlu terhadap kualitas lingkungan manusia.
• Misalnya drainage perpipaaan untuk mengurangi
sebanyak mungkin stadium air dari
perkembangan vektor.
Manipulasi Lingkungan
• Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk
pengolaan lingkungan yang terdiri atas
kegiatan berulang yang terencana yang
bertujuan untuk menghasilkan kondisi
sementara yang tidak cocok untuk
berkembang biakan vektor pada habitatnya.
• Misalnya perubahan kadar garam dari air,
penyentoran saluran air secara periodik,
menghilangkan vegetasi dll.
KONSEP DASAR

1. Harus dapat menekan densitas vektor

2. Tidak membahayakan manusia

3. Tidak mengganggu keseimbangan


lingkungan
REESAA
Pengendalian Vektor harus mempertimbangkan
Hal tersebut dibawah ini, yaitu :
1. Rational : Tepat sasaran vektornya
2. Effective : Tepat sasaran lokasinya
3. Efficient : Tepat Metodologinya
4. Sustainable : Tepat jenis dan dosisnya
5. Acceptable : Tepat Waktunya
6. Affordable : Aman terhadap Lingkungan
Selain konsep dasar diatas perlu dipertimbangkan :

1. Mencegah wabah penyakit yg tergolong vector-


borne disease  memperkecil risiko kontak
antara manusia dg vektorpenyakit dan
memperkecil sumberpenularan
penyakit/reservoir

2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit


yg baru ke suatu kawasan ygbebas 
dilakukan dg pendekatan legal,maupun dg
aplikasi pestisida (spraying,baiting, trapping)
Langkah Mengatasi Vektor

1. Identifikasi penyebab masalah


2. Identifikasi besarnya masalah
3. Identifikasi cara pengendalian vektor
4. Pilih cara pengendalian yg tepat
5. Lakukan pengendalian vektor
6. Lakukan penilaian hasil pengendalian
7. Rencana tindak lanjut
Vector control methods

1. Indoor residual spraying (IRS)


2. Use of personal protection measures e.g. ITNs,
repellents etc
3. Larviciding
4. Biological control
5. Environmental management
6. Education
7. Integrated mosquito management
Cara Pengendalian

1. Usaha pencegahan (prevention) mencegah kontak


dg vektor pemberantasan nyamuk, kelambu.

2. Usaha penekanan (suppression) menekan populasi


vektor shg tdk membahayakan kehidupan manusia

3. Usaha pembasmian (eradication) menghilangkan


vektor sampai habis/tuntas.
Pengendalian berdasarkan stadium
An.barbirostris, An.farauti & An. maculatus
An.sundaicus & An.subpictus An.aconitus
Muara sungai Sawah Rawa-rawa Mata air
Tempat Perinduknan Nyamuk

Lingk. Perbukitan
Saluran air Genangan air
Lagon
sungai

Lingk. Pantai Lingk. Persawahan Lingk. Rawa, Sungai

Pantai

ENVIRONMENT (Lingkungan)
24
Stadium Larva
• Methopthene : Bahan aktif larvasida yang
berfungsi sebagai hormon tiruan yang
mengatur pertumbuhan larva (insect growth
regulator/IGR) dengan mekanisme
menghamabat pertumbuhan larva pupa.
• Predator : ikan kepala timah (Panchax)
• Membersihkan breeding place.
Contoh pengendalian vektor
Dengan memandulkan (sterilisasi) vektor
• Teknik serangga mandul menggunakan iradiasi
juga dapat diaplikasikan untuk pengendalian
vektor penyakit pada manusia/masyarakat
khususnya nyamuk Aedes agypti sebagai
vektor penyakit demam berdarah yang saat ini
di BATAN masih pada tingkat litbang kerja
sama dengan Departemen Kesehatan.
Memandulkan Vektor
• Teknik serangga mandul (TSM) dengan iradiasi gamma
bertujuan untuk pengendalian haman tanaman dan
vektor penyakit pada manusia/masyarakat.
• Serangga pada stadium pupa diiradiasi dengan sinar
gamma untuk menghasilkan hama jantan mandul dan
kemudian dilepaskan di suatu daerah atau lahan
pertanian untuk bersaing kawin dengan serangga hama
di lapangan.
• Jantan mandul tersebut akan kawin dengan betina
normal di dalaerah tersebut dan menghasilkan telur
tanpa embrio atau tanpa keturunan.
• Hasil pelepasan ini akan menurunkan populasi
pada generasi berikutnya.
• Bila beberapa generasi berturut-turut
dilepaskan hama mandul sembilan kali jumlah
hama lapangan maka dari generasi ke generasi
populasi hama akan terus menurun sampai
nol.
Pengendalian Kimia
Syarat-syarat insektisida yang baik adalah :
1. Sangat toksik terhadap vektor sasaran
2. Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang
berguna
3. Menarik bagi vektor
4. Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan
5. Secara kimia stabil pada aplikasi residu
6. Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan,
tetapi membunuh vektor dengan cepat lalu mengalami
dekomposisi menjadi senyawa yang kurang berbahaya
7. Tidak mudah terbakar
8. Tidak korosif
9. Tidak meninggalkan warma
10. Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan
Scale up Vector Control measures

• Combination of personal and community


protective measures e.g. ITNs and LLITNs
e.g. ITNs for everyone at risk of malaria,
especially children and pregnant women.

• Framework of ITNs
= “Catch up” coverage and “Keep up” coverage strategy
Roles of RBM
• 1o goal is to provide a coordinated global
approach to fighting malaria
• Lead in advocacy campaigns to raise
awareness of malaria at the global, regional,
national and community levels
• Mobilize resources for malaria control and
research into new and more effective tools
• Ensure that vulnerable individuals are key
participants in rolling back of malaria
• Formulate task forces to carry out RBM tasks
Pengendalian Fisik
Pengendalian Kultural
Mating
.
........
. .. .....
. ..

. .
.

Sugar feeding Host seeking Rest 2-3 days Oviposition

Partial surface application Bed net application


Full surface application
Point-source application
Pengendalian cara Biologi
• Makhluk biologi yang telah lama dikenal dan
masih digunakan pada waktu ini untuk
pengendalian vektor adalah ikan pemakan
larva. Diantara species ikan kecil yang baik
digunakan untuk pengendalian secra biologis
terhadap larva nyamuk adalah ikan guppi
(paecilia reticulata) dan ikan kepala timah
(aphloceilus panchax).
• Dosis yang disarankan oleh WHO adalah 3 – 7
ekor/m2. Rata-rata untuk pengendalian di
sawah atau perairan dangkal lain mungkin
cukup dengan 5 ekor/m2. berhubung dengan
penggunaan insektisida dalam bidang
pertanian, perlu diteliti apakah dosis aplikasi
insektisida pertanian tidak merugikan populasi
ikan kecil pemakan larva tersebut
Penggunaan bakteri
• Bakteri Kitinolitik Isolat Lokal yang berpotensi
sebagai pengendali Larva nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus .
• Bakteri Proteus mirabilis, Escherichia coli dan
Salmonella paratyphi B,
hasil uji Bioassay bakteri Proteus mirabilis
paling berpotensi dalam menyebabkan
kematian Larva.
• Bacillus thuringiensis merupakan spesies
bakteri yang telah direkomendasikan
penggunaannya oleh WHO pada tahun 1978
sebagai biolarvasida untuk penanggulangan
penyakit arthropod-born viral disease. Bakteri
ini perlu dikembangkan melihat dampak
negatif dari penggunaan larvasida sintetis
ovitrap
Pengendalian dengan Undang-Undang
1. Permenkes 374 Tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor
2. Pengendalian dg pendekatan per-UU(legal control)  karantina.
3. Pasal 154 dan pasal 155 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan terdapat istilah karantina .
4. UU Wabah No 4 th 1984 tentang Wabah penyakit menular serta pada
berbagai UU dan peraturan , pedoman lainya .
5. Keberadaan istilah karantina diberbagai per UU kadang-kadang u
membingungkan bagi pejabat structural sebagai pengelola kegiatan
karantina dan para pelaksana di lapangan .
6. Sebagai contoh pengertian karantina di UU Wabah disebutkan hanya
sebatas untuk penyakit menular , sedangkan dalam IHR 2005 disebutkan
hanya” penyakit “ jadi artinya penyakit menular maupun tidak menular :
hal ini memang sesuai maupun perkembangan epidemiologi penyakit.
Karantina
• Tahun 1951 World Health Organization (WHO)
mengadopsi regulasi yang dihasilkan oleh
International Sanitary Conference.
• Tahun 1969 WHO mengubah ISR yang
dihasilkan oleh International Sanitary
Conference menjadi INTERNATIONAL HEALTH
REGULATIONS dan dikenal sebagai IHR 1969
yang sekarang sudah direvisi menjadi IHR
2005 dan direvisi lagi tahun 2008.
IHR 2008
• Dasar International Health Regulation (IHR) 2008
: “In the early 21st Century, demographic,
economic and environmental pressures have
created a unique combination of conditions that
allow new and re-emerging infectious diseases to
spread as never before. The experience of recent
decades shows that no individual country can
protect itself from diseases and other public
health threats. All countries are vulnerable to the
spread of pathogens and their economic, political
and social impact.
Prediksi Penyakit Vektor
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Maya Index
3. HI, CI, HI dan Breteu Index
4. Angka bebas Jentik (ABJ):ABJ adalah singkatan
dari angka bebas jentik; yaitu ukuran untuk
menentukan risiko paparan vektor dengue,
dimana standar untuk bebas penularan dengue
adalah 95%. ABJ merupakan kebalikan atau
lawan dari House Index
malaria
• MBR
• API/MOPI
• AMI
WEST NILE VIRUS
• Virus West Nile (WNV) ini paling sering ditularkan ke
manusia oleh nyamuk. Anda dapat mengurangi risiko
terinfeksi dengan WNV dengan menggunakan obat
nyamuk dan mengenakan pakaian pelindung untuk
mencegah gigitan nyamuk. Tidak ada obat untuk
mengobati atau vaksin untuk mencegah infeksi WNV.
Untungnya, sebagian besar orang yang terinfeksi WNV
akan memiliki gejala. Sekitar 1 dari 5 orang yang
terinfeksi akan mengalami demam dengan gejala
lainnya. Kurang dari 1% dari orang yang terinfeksi
mengembangkan, kadang-kadang fatal, penyakit
neurologis yang serius.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai