Anda di halaman 1dari 13

SOP PERSIAPAN ELEKTRO CONVULSIF

THERAPIE (ECT)

DIYA ROSALINA NIM : A21612041


NURYATI NIM : A21612057
RISKI FARA ANISYA NIM : A21612060
SELVI WIDAYANTI NIM : A21612061
Definisi

ECT (Electro Confulsive Terapy) adalah tindakan dengan


menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik (Sujono, 2009).
Terapi Kejang Listrik adalah suatu terapi dalam ilmu
psikiatri yang dilakukan dengan cara mengalirkan listrik
melalui suatu elekktroda yang ditempelkan di kepala
penerita sehingga menimbulkan serangan kejang umum
Efek Samping ECT

 Kematian, angka kematian yang disebabkan ECT adalah bervariasi antara 1-1.000
dan 1-10.000 pasien.
 Efek sistemik, pada pasien dengan gangguan jantung, dapat terjadi arritmia jantung
sementara.
 Efek cerebral, pada pemberian ECT bilateral dapat terjadi amnesia dan acute
confusion.

Peran Perawat dalam Pelaksanaan ECT

 Peran perawat dalam persiapan klien sebelum tindakan ECT


 Anjurkan pasien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
 Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT.
 Siapkan surat persetujuan tindakan.
Indikasi

 Pasien dengan penyakit depresif mayor yang tidak berespon


terhadap antidepresan atau yang tidak dapat meminum obat

Resiko sedang:
 Osteoatritis berat, osteoporosis, atau fraktur yang baru, siapkan
selama terapi (pelemas otot) dan ablasio retina.
 Penyakit kardiovaskuler (misalnya hipertensi, angina, aneurisma,
aritmia), berikan premedikasi dengan hati-hati, dokter spesialis
jantung hendaknya ada disana.
 Infeksi berat, cedera serebrovaskular, kesulitan bernafas yang
kronis, ulkus peptik akut, feokromasitoma
PEMASANGAN ECT

 Unilateral kanan
 Bilateral
PERAN PERAWAT

 Anjurkan pasien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur


tindakan yang akan dilakukan.
 Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi
adanya kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT.
 Siapkan surat persetujuan tindakan.
 Klien dipuasakan 4-6 jam sebelum tindakan.
 Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau jepit rambut yang
mungkin dipakai klien.
 Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi.
 Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam
sebelum ECT.
 Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif
hipnotik, dan antikonvulsan, harus dihentikan sehari sebelumnya.
 Premedikasi dengan injeksi SA (sulfatatropin) 0,6-1,2 mg setengah jam
sebelum ECT.
Persiapan alat

 Perlengkapan dan peralatan terapi, termasuk pasta dan gel elektroda,


bantalan kasa, alkohol, saling, elektroda elektroensefalogram(EEG), dan
kertas grafik.
 Peralatan untuk memantau, termasuk elektrokardiogram (EKG) dan
elektroda EKG.
 Manset tekanan darah, stimulator saraf perifer, dan oksimeter denyut nadi.
 Stetoskop.
 Palu reflex.
 Peralatan intravena.
 Penahan gigitan dengan wadah individu.
 Pelbet dengan kasur yang keras dan bersisi pengaman serta dapat
meninggikan bagian kepala dan kaki.
 Peralatan penghisap lender.
 Peralatan ventilasi, termasuk slang, masker, ambu bag, peralatan jalan
nafas oral, dan peralatan intubasi dengan sistem pemberian oksigen yang
dapat memberikan tekanan oksigen positif. Obat untuk keadaan darurat
dan obat lain sesuai rekomendasi staf anastesi (Stuart, 2007).
PROSEDUR PELAKSANAAN

 Setelah alat sudah di siapkan, pindahkan klien ke tempat dengan


permukaan rata dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung
tanpa batal. Pakaian di kendorkan, seluruh badan di tutup dengan
selimut, kecuali bagian kepala.
 Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV).
 Berikan pelemas otot suksinikolin atau anictine (30-80 mg IV)
 Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk
tempat elektrode menempel.
 Kedua pelipis tempat elektrode menempel dilapisi dengan kasa
yang dibasahi cairan NaCL.
 Klien diminta untuk membuka mulut dan memasang spatel/karet
yang dibungkus kain dimasukkan dan klien diminta untuk
menggigit.
 Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat
kejang dengan dilapisi kain.
LANJUTAN…

 Persendian (bahu, siku, pinggang, lutut) di tahan selama


kejang dengan mengikuti gerak kejang.
 Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudian tekan
tombol sampai timer berhenti dan di lepas.
 Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan
mengikuti gerakan kejang (menahan tidak boleh dengan
kuat).
 Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan
menekan diafragma.
 Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger.
 Kepala di miringkan.
 Observasi sampai klien sadar.
 Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan.
Peran perawat setelah ECT

 Bantu pemberian oksigen dan pengisapan lendir


sesuai kebutuhan.
 Pantau tanda-tanda vital.
 Setelah pernapasan pulih kembali, atur posisi miring
pada pasien sampai
 sadar. Pertahankan jalan napas paten.
 Jika pasien berespon, orientasikan
pasien.Ambulasikan pasien dengan bantuan, setelah
 memeriksa adanya hipotensi postural
 Izinkan pasien tidur sebentar jika diinginkannya.
 Berikan makanan ringan.
 Libatkan dalam aktivitas sehari-hari seperti biasa,
orientasikan pasien sesuai kebutuhan.
 Tawarkan analgesik untuk sakit kepala jika
diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai