Anda di halaman 1dari 14

1.

Tuna
Rungu
A. Prevalensi

Tunarungu diambil dari kata “Tuna’ dan “Rungu”. Tuna artinya kurang dan
rungu artinya pendengaran. Orang atau anak akan dikatakan tuna rungu apabila ia tidak
mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.
Anak tunarungu dapat diartikan suatu kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap ransangan ransangan melalui indra
pendengaran. (Dwiyono dalam Lendra, 2012 : 4)

Jumlah penyandang
tunarungu
Usia Balita – Lansia = 6.000.000
orang Indonesia
(Norahmasari, 2014 : 2)
B. Kriteria

Secara kasat mata keadaan anak tunarungu sama seperti anak normal pada
umumnya. (Suparno, 2001 : 14), mengatakan kriteria anak tunarungu dalam segi bahasa dan
bicara sebagai berikut :

1. Kurang kosa kata


2. Mengalami kesulitan dalam mengerti ungkapan bahasa yang mengandung ciri kiasan dan
kata-kata abstark
3. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa
4. Sulit memahami kalimat –kalimat panjang dan kiasan
5. Mempunyai perasaan yang takut akan lingkungan yang lebih luas
6. Ketergantungan terhadap orang lain
7. Lebih mudah marah dan cepat tersinggung
2. Tunagrahita/ Down
Syndrome
A. Prevalensi

Adalah anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata


yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan
dengan penilaian adaptif. Denagn ciri utama dari anak tunagrahita
adalah lemah dalam berpikir atau bernalar. (Mulyono, 1994).
Tunagrahita banyak ditemukan pada anak berusia 5-6 tahun
puncaknya pada golongan remaja umur 15 tahun.

Jumlah penyandang tunagrahita didunia


adalah 2,3 %
Survei Hallan pada tahun
1998 jumlah penyandang Jumlah penyandang tunagrahita di swedia
tunagrahita adalah 0,3 %

Jumlah penyandang tunagrahita diindonesia


adalah 0,7 % atau 2,8 juta jiwa penyandang
B. Kriteria

1. Secara sosial tidak cakap


2. Secara mental tidak normal
3. Kecerdasan terhambat sejak lahir
4. Kematangannya terhambat
3. Cerebral palsy
A. Prevalensi
Adalah sekelompok gangguan permanen perkembangan gerak
dan postur, menyebabkan keterbatasan aktivitas yang dikaitkan dengan
gangguan non progresif yang terjadi diotak janin bayi yang berkembang
(Rethlesisen, 2010).

Anda mungkin juga menyukai