Anda di halaman 1dari 49

REGULASI PENGELOLAAN

KEUANGAN NEGARA

YUKA FARADILA
NURUL CHAIRI
MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH DI ERA
PRA-REFORMASI

 Manajemen dan pengelolaan keuangan daerah di era pra-


reformasi dilaksanakan terutama dengan berdasarkan pada
Undang-Undangan Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-
pokok Pemerintah di Daerah

 Di samping itu, ada beberapa peraturan lain yang menjadi


dasar pelaksanaan manajemen keuangan daerah pada era
pra-reformasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan,
Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan


APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan
Perhitungan APBD.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900-099 Tahun 1980


tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang


Pelaksanaan APBD.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah.

Keputusan Mendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan


Susunan Perhitungan APBD.
Ciri Pengelolaan Keuangan Daerah di Era Pra-
Reformasi

Pengertian Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan


DPRD (Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1975). Artinya, tidak terdapat pemisahan secara konkret
antara eksekutif dan legislatif.

Perhitungan APBD berdiri sendiri, terpisah dari


pertanggungjawaban kepala daerah (Pasal 33 Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975).

Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas perhitungan


APBD, nota perhitungan, dan perhitungan kas serta
pencocokan antara kas dan sisa perhitungan dilengkapi
dengan lampiran ringkasan perhitungan pendapatan dan
belanja (PP Nomor 6 Tahun 1975 dan Keputusan Mendagri
Nomor 3 Tahun 1999).
Pinjaman.

Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD


adalah pemerintah daerah yang terdiri atas kepala daerah
dan DPRD saja, belum melibatkan masyarakat.

Indikator kinerja pemerintah daerah.

Laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah


dan laporan perhitungan APBD.
MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH DI ERA
(PASCA)-REFORMASI (PERIODE: 1999-2004)

Dalam manajemen
keuangan daerah,
Undang-Undang
reformasi ditandai
Nomor 25 Tahun
dengan pelaksanaan Undang-Undang
1999 tentang
otonomi daerah. Nomor 22 Tahun
Perimbangan
Untuk 1999 tentang
Keuangan antara
merealisasikannya, Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
pemerintah pusat
dan Daerah.
mengeluarkan dua
peraturan yakni :
 Setelah keluarnya kedua undang-undang tersebut,
pemerintah juga mengeluarkan berbagai peraturan
pelaksanaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun
2000 tentang Dana Perimbangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun


2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun


2000 tentang Pinjaman Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun


2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
Surat Menteri Dalam Negeri dan Otomomi Daerah Tanggal 17 November
2000 Nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan
Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang


Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


Ciri Pengelolaan Keuangan Daerah di Era
Reformasi

Pengertian daerah adalah provinsi dan kota atau kabupaten.


Istilah Pemerintah Daerah tingkat I dan II, juga kotamadya
tidak lagi digunakan.

Pengertian Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta


perangkat lainnya. Pemerintah Daerah adalah badan
eksekutif, sedangkan badan legislatif di daerah adalah DPRD
(Pasal 14 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999).

Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban


Kepala Daerah.

Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran


terdiri atas laporan perhitungan APBD, nota perhitungan
APBD, laporan arus kas dan neraca daerah.
Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos pendapatan, tetapi masuk
dalam pos penerimaan.

Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusunan APBD.

Indikator kinerja pemerintah daerah.

Laporan pertanggungjawaban kepala daerah pada akhir tahun anggaran


yang bentuknya adalah laporan perhitungan APBD dibahas oleh DPRD
dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah
apabila 2 kali ditolak oleh DPRD.

Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.


REFORMASI LANJUTAN (PERIODE: 2004-
SEKARANG)

 Sejalan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka
sebagai konsekuensinya adalah penyesuaian dan amandemen
atas peraturan perundangan sebelumnya.

 Dalam kaitan pemerintahan dan pengelolaan keuangan


daerah diterbitkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sebagai
pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999.
 Selain itu muncul pula peraturan perundangan yang
diamanatkan oleh Undang-Undang terdahulu seperti
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005


merupakan SAP pertama yang diterbitkan oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP).

 KSAP merupakan komite yang menurut undang-undang


memiliki kewenangan untuk menyusun SAP dan
anggotanya ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI.
 Setelah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
berlaku selama lima tahun, KSAP merevisi SAP yang
sudah ada dengan menerbitkan SAP berbasis akrual yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 yang menggantikan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005.

 Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual,


sebagaimana yang tertuang dalam PP Nomor 71 Tahun
2010, merupakan amanat dari Pasal 36 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Pasal 70 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004.
 Standar akuntansi yang ditetapkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah standar
akuntansi yang ditujukan untuk masa transisi
menuju akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

 Selainitu, PP Nomor 71 Tahun 2010 hanya


memberlakukan basis akrual pada sistem
akuntansinya dan tidak berlaku pada sistem
penganggarannya.
 PP Nomor 71 Tahun 2010 masih memberlakukan
basis kas untuk penyusunan laporan pelaksanaan
anggaran, serta entitas pemerintah yang belum siap
melaksanakan basis kas secara penuh masih
diperkenankan untuk menggunakan basis kas
menuju akrual sampai dengan tahun 2014.

 Oleh karena itu, penerapan akuntansi berbasis


akrual berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 merupakan agenda di masa mendatang
bagi entitas pemerintah (baik pusat maupu daerah).
ANGGARAN PEMERINTAH DAN
PEMBENDAHARAAN NEGARA

Konsep Anggaran Pemerintah


 Menurut Freeman (2003), anggaran adalah sebuah proses
yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk
mengalokasi sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-
kebutuhan yang tidk terbatas.

 Pembuatan anggaran dalam organisasi sektor publik,


terutama pemerintah merupakan sebuah proses yang cukup
rumit dan mengandung muatan politis yang cukup signifikan.

 Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran


tidak hanya sebuah rencana tahunan tetapi juga merupakan
bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang
dibebankan kepadanya.
Fungsi Anggaran Dalam Manajemen Organisasi
Sektor Publik

Anggaran
sebagai
alat
Anggaran Anggaran koordina Anggaran
sebagai alat sebagai si dan sebagai
perencanaa alat komuni- alat
n kebijakan kasi motivasi

Anggaran Anggaran Anggaran


sebagai alat sebagai sebagai
pengendalian alat alat
politik penilaian
kinerja
Dalam proses penyusunannya, anggaran
pemerintah mengikuti sebuah siklus

Penyusunan
rencana
anggaran

Pelaporan Persetujuan
dan audit legislatif

Pelaksanaan
anggaran
Pendekatan Penyusunan Anggaran Pemerintah

Pendekatan tradisional
Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini yaitu cara penyusunan yang
berdasarkan pos-pos belanja dan penggunaan konsep inkrementalisme, yaitu
jumlah anggaran tahun tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun
sebelumnya dengan tingkat kenaikan tertentu.
Pendekatan kinerja
Adalah proses untuk mengklasifikasikan anggaran berdasarkan kegiatan
dan juga berdasarkan unit organisasi tetapi tanpa meninggalkan rincian
belanja

Pendekatan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu


merupakan konsep luas yang memandang bahwa penyusunan anggaran bukanlah
proses terpisah yang berdiri sendiri, melainkan sebuah bagian yang tidak dipisahkan
dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan suatu organisasi.

Pendekatan anggaran berbasis nol


bahwa setiap aktivitas atau program yang telah diadakan di tahun-tahun sebelumnya
tidak secara otomatis dapat dilanjutkan.
Struktur Anggaran Pemerintah

 Secara umum, anggaran pemerintah dapat disusun


dengan dua pilihan struktur atau klasifikasi, yaitu
klasifikasi ekonomis dan klasifikasi fungsional.

 Klasifikasi ekonomis dibuat berdasarkan jenis-jenis


belanja yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka
pelayanan publik

 Klasifikasifungsional menyediakan informasi


berdasarkan tujuan atau fungsi yang dijalankan oleh
pemerintah.
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

 Istilah APBN yang dipakai di Indonesia secara


formal mengacu pada anggaran pendapatan dan
belanja pemerintah pusat, tidak termasuk anggaran
pendapatan dan belanja pemerintah daerah (APBD)
dan BUMN.
 Peran DPR dalam proses penyusunan APBN dalam
dua tahun terakhir ini telah menjadikan proses
penyusunan APBN menjadi lebih demokratis,
transparan, objektif dan lebih dapat
dipertaanggungjawabkan.
Ruang lingkup APBN

 APBN mencakup seluruh penerimaan dan


pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening
yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara
(BUN) di bank sentral, yaitu Bank Indonesia
 pada saat pertanggungjawaban APBN semua
realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam
rekening-rekening khusus harus dikonsolidasikan ke
dalam rekening BUN.
Format APBN

 Selama tahun anggaran 1969/1970 sampai dengan


1999/2000, APBN menggunakan format T-account.

 Mulai tahun 2000, format APBN diubah menjadi


akun I-account, disesuaikan dengan Government
Finance Statistics (GFS).
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan
dengan peraturan daerah.
 APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi
 Anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja, mengurangi
pemborosan sumber daya, meningkatkan efesiensi
dan efektivitas perekonomian, serta harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.
Proses Penyusunan APBD

a. Penyusunan kebijakan umum APBD (KUA)


 Seperti diketahui, setiap SKPD mengembangkan
Renstra yang kemudiaan dikembangkan menjadi
Renja SKPD per tahun. Dokumen Renja tiap SKPD
ini akan dikomplikasikan oleh Pemda menjadi
RKPD.
 Rancangan awal KUA tersebut terdiri atas dua
komponen utama, yaitu:
 Target pencapaian kinerja yang terukur dari
program-program yang akan dilaksanakan oleh
pemda untuk setiap urusan pemerintahan daerah.
 Proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,
serta sumber dan penggunaan pembiayaan yang
disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
Program-program tersebut harus diselaraskan
dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan
pemerintah.
b. Penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara
(PPAS)
 PPAS merupakan dokumen yang berisi seluruh program
kerja yang akan dijalankan tiap urusan pada tahun
anggaran, di mana program kerja tersebut diberi
prioritas sesuai dengan visi, misi dan strategi Pemda.

 Rancangan awal PPAS ini disusun berdasarkan Nota


Kesepakatan KUA, dengan tahapan sebagai berikut:
 Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan.
 Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan.
 Menentukan plafon anggaran untuk tiap program.
c. Penyiapan surat edaran kepala daerah tentang
pedoman penyusunan RKA SKPD

 ada tiga dokumen dalam lampiran SE KDH yang


dibutuhkan SKPD dalam menyusun RKA, yaitu:
 Dokumen KUA, yang memberikan rincian program dan
kegiatan per SKPD.
 Standar Satuan Harga, yang menjadi referensi dalam
penentuan rincian anggaran di RKA.
 Kode Rekening untuk tahun anggaran bersangkutan.
d. Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD
 RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rencana pendapatan,
rencana belanja program dan kegiatan SKPD, serta
rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan
APBD.
 RKA SKPD disusun dengan berpedoman pada Surat
Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman
Penyusunan RKA SKPD.
e. Penyiapan rancangan peraturan daerah APBD
 Setelah TAPD mengumpulkan RKA SKPD dari tiap-tiap
SKPD, TAPD harus membahas kesesuaian RKA SKPD dengan
KUA, Prioritan dan Plafon Anggaran, prakiraan maju yang
telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dokumen
perencanaan lainnya yang relevan, target atau capaian
kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar
analisis belanja, standar satuan harga, standar pelayanan
minimal, serta dokumen sinkronisasi program dan kegiatan
antar SKPD.

 Proses selanjutnya adalah pengomplikasian seluruh RKA yang


telah dievaluasi TTAPD menjadi dokumen kompilasi RKA.
f. Evaluasi rancangan peraturan daerah APBD
 Kepala Daerah menyampaikan Raperda tentang APBD
yang telah disetujui bersama DPRD dan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
kepada Gubernur untuk dievaluasi. Penyampaian
tersebut dilakukan paling lambat tiga hari kerja
setelah Raper KDH disusun dan disertai dengan:
 Persetujuan bersama Pemda-DPRD terhadap Raperda APBD.
 KUA dan PPA yang disepakati Kepala Daerah dan Pimpinan
DPRD.
 Risalah sidang jalannya pembahasan Raperda APBD.
 Nota Keuangan dan pidato Kepala Daerah perihal penyampaian
pengantar nota keuangan pada sidang DPRD.
PEMBENDAHARAAN NEGARA

Perbendaharaan negara meliputi:


• Pelaksanaan pendapatan dan belanja
negara.
• Pelaksanaan pendapatan dan belanja
daerah.
• Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
negara.
• Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
daerah.
• Pengelolaan kas.
• Pengelolaan piutang dan utang
negara/daerah.
Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah.

Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan


negara/daerah.

Penyusunan laporan pertanggungjaawaban pelaksanaan APBN/APBD.

Penyelesaian kerugian negara/daerah.

Pengelolaan badan layanan umum.

Perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
 Dalam pelaksanaan perbendaharaan tersebut,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara telah menjelaskan beberapa
pihak yang ditunjuk sebagai penjabat
perbendaharaan, baik ditingkat pusat maupun
daerah.
 Menteri /Pimpinan Lembaga
 Gubernur/Bupati/Walikota
 Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
 Menteri Keuangan
 Kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
 Bendahara
Pelaksanaan APBN

 Dokumen pelaksanaan anggaran

Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) butir (b) UU Nomor 1


Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri
Keuangan berwenang mengesahkan dokumen
pelaksanaan anggaran. Kewenangan tersebut
dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan
(DJPb) atas nama Menteri Keuangan dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (SP DIPA).
 Pengajuan surat permintaan pembayaran

Pada setiap tahap penyelesaian pekerjaan perlu


dilakukan pemeriksaan dalam suatu dokumen Berita
Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan (BA
HP3).
 Penerbitan surat perintah membayar

Petugas menerima SPP, memeriksa kelengkapan


berkas SPP, mencatatnya dalam buku pengawasan
penerimaan SPP, kemudian menyerahkan tanda
terima SPP. Selanjutnya petugas menerima SPP,
menyampaikan SPP yang dimaksud kepada Pejabat
Penguji SPP untuk melakukan pengujian.
 Penerbitan surat perintah pencairan dana oleh KPPN

SPM disampaikan oleh PA/Kuasa PA melalui loket


penerimaan SPM, kemudian setelah lengkap diserahkan
kepada Seksi Perbendaharaan oleh petugas. Pengujian atas
SPM yang dilakukan oleh petugas berupa pengujian
substandi dan pengujian lampiran. Atas dasar pengujian
tersebut Seksi Perbendaharaan mengembalikan SPM yang
tidak memenuhi syarat, menerbitkan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) kecuali atas SPM-GU pada akhir
tahun, dan menerbitkan SP2D dan Surat Perintah
Pembebanan (SPB) atas SPM-GU yang membebani
rekening khusus bagi KPPN non-KBI.
 Jenis pembayaran

Pembayaran dalam mekanisme pelaksanaan APBN dapat


dilakukan dengan dua cara, yaitu pembayaran Langsung (LS)
dan pembayaran Uang Persediaan (UP).

Pembayaran LS adalah pelaksanaan pembayaran yang


dilakukan oleh KPPN kepada pihak yang berhak/rekanan
berdasarkan SPM-LS yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA atas
nama pihak yang berhak sesuai bukti pengeluaran yang sah.

Pembayaran UP adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh


KPPN kepada bendahara untuk dikelola dalam rangka
pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan APBD

 Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD

Dokumen Peleksanaan Anggaran (DPA) SKPD adalah


dokumen yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
anggaran oleh Kepala SKPD sebagai Pengguna
Anggaran.
Rancangan DPA berisi sasaran yang hendak dicapai,
program dan kegiatan, anggaran yang disediakan
untuk mencapai sasaran tersebut, rencana penarikan
dana tiap-tiap SKPD, serta pendapatan yang
diperkirakan.
 Penyusunan anggaran kas

 Penyusunan anggaran kas pemda dilakukan guna


mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk
mendanai penegluaran-pengeluaran sesuai dengan
rencana penarikan dana yang tercantum dalam
DPA-SKPD yang telah disahkan.
 Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk
yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus
kas keluar yang digunakan guna mendanai
pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
 Surat penyediaan dana

Surat Penyediaan Dana dibuat oleh BUD dalam rangka


manajemen kas daerah. Manajemen kas adalah
kemampuan daerah dalam mengatur jumlah
penyediaan dana kas bagi setiap SKPD, artinya BUD
harus mampu memperkirakan kemampuan keuangan
Pemda dalam memenuhi kebutuhan dana SKPD.
 Surat permintaan pembayaran

Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang


dipersamakan dengan SPD, bendahara pengeluaran
mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui Penjabat Penatausahaan
Keuangan Keuangan SKPD.
 Surat perintah membayar

 Proses Penerbitan SPM adalah tahapan penting


dalam penatausahaan pengeluaran yang merupakan
tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP.
 Proses ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang
diajukan dari segi kelengkapan dokumen maupun
kebenaran pengisiannya.
 Surat perintah pencairan dana

Surat Perintah Pencairan Dana adalah surat yang


digunakan untuk mencairkan dana melalui bank yang
ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD.
 Pelaksanaan belanja

Pelaksanaan belanja yang dilakukan untuk melakukan


suatu kegiatan wajib dipertanggungjawabkan oleh
PPTK secara tepat waktu.
 Surat pertanggungjawaban pengeluaran

 Bendahara pengeluaran secara administratif wajib


mempertanggungjawabkan
penggunaan/ganti/tambah UP kepada kepala SKPD
melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai