Anda di halaman 1dari 43

Prevalensi di Indonesia tahun

• Penyebab tersering :
2013 sebesar 12,1 per 1000
aterosklerosis
penduduk

STROKE

Outcome :
• Klasifikasi secara luas: Iskemik - Meninggal
dan Hemoragik - Pulih sempurna
- Pulih dengan defisit
 Rehabilitasi Medis
Bertujuan untuk mengurangi hendaya
yang disebabkan oleh penyakit,
mencegah komplikasi, meningkatkan
fungsi, aktivitas dan partisipasi
seseorang seoptimal mungkin
Anamnesis Ruang : Rawas 1.2 No.MR :
1043203

Nama: Tn. HA Umur/JK : 68


tahun/ Laki –
laki
Alamat : Palembang Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Status perkawinan :
Tanggal pemeriksaan Kawin
: PPDS: dr. Wilasari
22 Januari 2018 Novantina
• Penderita dikonsulkan ke bagian rehabilitasi
medik karena mengalami kelemahan yang
Keluhan memberat pada sisi tubuh kiri secara tiba2
Utama

• 7 hari yll  penderita semakin sulit berjalan karena


kelemahan sisi tubuh kiri yang meberat secara tiba-tiba
• Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), mual muntah
(-), gangguan penglihatan (-), mulut mengot (+),
bicara pelo (+), kejang (-)
Riwayat • Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain dan
Penyakit mengungkapkan isi pikirannya (lisan, tulisan, isyarat)
sekarang
 Riwayat penyakit/operasi terdahulu : tidak ada
 Penyakit hipertensi ada,tidak rutin minum obat,
penyakit kencing manis tidak ada, penyakit
jantung tidak ada
 Riwayat stroke 1, tahun 2010 kelemahan kiri,
sembuh tampa gejala sisa
 Riwayat stroke 2, tahun 2014 kelemahan sisi
tubuh kanan, sembuh dengan gejala sisa
berjalan pelan
 Rowayat stroke 3, Tahun 2017, kelemahan sisi
tubuh kiri, sembuh dengan gejala sisa berjalan
menyeret
 Riwayat penyakit pada keluarga : Tidak ada.
 Tanda vital :
 TD : 140/90 mmHg
 Nadi : 78 kali/menit
 RR : 23 kali/menit
 Suhu : 37°C.
 Kulit : normal.
 Status psikis :
› Sikap : kooperatif.
› Ekspresi wajah : wajar.
› Perhatian : atensi baik.
 B. Saraf Kranialis
Nervus Kanan Kiri
I. Olfactorius Normal Normal
I. Opticus Normal Normal
I. Occulomotorius Normal Normal
I. Trochlearis Normal Normal
I. Trigeminus Normal Normal
I. Abducens Normal Normal
I. Facialis Sudut mulut kiri datar, plicanasolabialis kiri Normal
lebih rendah dibanding kanan Lipatan dahi
simetris.
I. Vestibulococlearis Normal Normal
I. Glossofaringeus Normal Normal
I. Vagus Normal Normal
I. Accessorius Normal Normal
I. Hipoglossus Deviasi lidah agak ke kiri, disartria (+) Normal
C. Kepala
 Bentuk : normal.
 Ukuran : normocefali
 Posisi :
 Mata : simetris.
 Hidung : simetris.
 Telinga : simetris.
 Mulut : asimetris (deviasi ke kanan).
 Wajah : simetris.
 Gerakan abnormal : tidak ada
d. Leher :
 Inspeksi : dinamis, simetris.
 Palpasi : pembesaran kelenjar tidak ada.
 Luas gerak sendi :
 Ante/retrofleksi 65°/50° : 65°/50°
 Laterofleksi (D/S) 40°/40° : 40°/40°
 Rotasi (D/S) 45°/45° : 45°/45°
 Tes provokasi :
 Lhermitte test/spurling : tidak dilakukan.
 Distraksi test : tidak dilakukan.
 Test valsalva : tidak dilakukan.
 Test nafziger : tidak dilakukan.
e. Thoraks : g. Trunkus :
› Bentuk : simetris. – Inspeksi : simetris.
• Deformitas : tidak ada
› Paru-paru : normal • Lordosis : tidak ada.
› Jantung : normal. • Skoliosis : tidak ada.
• Gibbus : tidak ada.
f. Abdomen : • Hairy spot : tidak ada.
• Pelvic tilt : tidak ada.
› Inspeksi : simetris.
– Palpasi :
› Palpasi : supel • Spasme otot para
vertebrae : tidak ada.
• Nyeri tekan : tidak
ada.
 Luas gerak sendi (ROM) lumbosakral :
 Ante/retrofleksi (80°/25°) : 70°/20° (sinistra)
 Laterofleksi (D/S) (40°/40°) : 20°/40°
 Rotasi (D/S) (35°/35°) : 20°/20°
 Tes provokasi :

Valsava tes : - Tes lasegue : -


Naffziger tes : - Tes SLR : -
FNST : - Tes Patrick : -
Tes gaenslen : - Tes kontrapatrick :
Nachalas knee flexion test : - Tes Thomas :
Yeoman’s hyperextension : - Tes baragard dan sicard :
Test schober : - Tes O’Connel :
Tes Thomas : - Mc. Bride sitting test :
Tes Ober : - Mc. Bridge toe to mount test :
 H. Anggota gerak atas
Inspeksi Kanan Kiri
Deformitas Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tremor Tidak ada Tidak ada
Nodus Tidak ada Tidak ada
heberden
Palpasi : tenderness tidak ada, udema tidak ada.
Penilaian fungsi Kanan Kiri
tangan
Anatomical Normal Normal
Grips Tidak ada Tidak ada
Spread Tidak ada Tidak ada
Palmar abduct Tidak ada Tidak ada
Pinch Tidak ada Tidak ada
Lumbrical Tidak ada Tidak ada

Luas gerak sendi Aktif Aktif sinistra Pasif Pasif sinistra


dekstra dekstra
Abduksi bahu (180) 0-120° 0-60° 0-150° 0-150°
Adduksi bahu
Fleksi bahu (0-180) 0-90 0-30° 1-150 0-120°
Ekstensi bahu(0-60) 0-20° 0-20° 0-45° 0-45°
Endorotasi bahu (0-90) 0-45° 0-45° 0-45° 0-45°

Eksorotasi bahu (0-90) 0-45° 0-45° 0-45° 0-45°


Fleksi siku (0-150) 0-100° 0-100° 0-100° 0-100°
Ekstensi siku
Ekstensi pergelangan 0-40° 0-30° 0-50° 0-30°
tangan (0-70)
Fleksi pergelangan 0-60° 0-60° 0-70° 0-70°
tangan (0-80)
Supinasi (0-90) 0-70° 0-70° 0-80° 0-80°
Pronasi (0-90) 0-60° 0-60° 0-80° 0-80°
Tes provokasi Kanan Kiri
Yergason test Tidak ada Tidak ada
Apley scratch test Tidak ada Tidak ada
Moseley test Tidak ada Tidak ada
Adson test Tidak ada Tidak ada
Tinel test Tidak ada Tidak ada
Phalen test Tidak ada Tidak ada
Prayer test Tidak ada Tidak ada
Finkelstein test Tidak ada Tidak ada
Promet test Tidak ada Tidak ada
 Anggota Gerak Bawah
Kanan Kiri
Inspeksi
Deformitas Ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tremor Tidak ada Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan (lokasi) Tidak ada Tidak ada
Diskrepansi Tidak ada Tidak ada
Luas gerak sendi Aktif Aktif Pasif Pasif
dekstra sinistra dekstra sinistra
Fleksi paha (0-90) 0-70 0-60° 0-70 0-60°
Ekstensi paha
Endorotasi paha (0-45) 0-10 0-20° 0-20 0-20°
Adduksi paha (0-30) 0-20 0-10° 0-20 0-10°
Abduksi paha(0-45) 0-20 0-20° 0-20 0-20°
Fleksi lutut (0-135) 0-90 0-60° 0-90 0-60°
Ekstensi lutut
Dorsofleksi pergelangan 0-20 0-20° 0-20 0-20°
kaki (0-20)
Plantarfleksi pergelangan 0-20 0-20° 0-20 0-20°
kaki (0-50)
Inverse kaki
Eversi kaki
Test provokasi sendi Kanan Kiri
lutut
Stress test - -
Drawer test - -
Tes tunel pada sendi - -
lutut - -
Test human - -
Tes lainnya
 Pemeriksaan refleks primitive pada anak : tidak ada.
 Righting reaction :
 Reaksi keseimbangan : terganggu.
 Pemeriksaan lainnya :
 Bowel test/bladder test
Sensorik peri anal : tidak dilakukan
pemeriksaan.
Motorik spincter ani eksternus : normal
BCR (bulbocavernosus refleks) : tidak dilakukan
pemeriksaan.

 Fungsi luhur
Afasia : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Agrafia : tidak ada
Alexia : tidak ada
•Elektrocardiografi

Rontgen dada:
Kesan : sinus ritme.
Kesan HHD

• CT scan kepala :
Tampak infark kronik
multiple pada lobus parietal
kanan kiri dan lobus occipital
kanan
 Penderita mengalami kesulitan berjalan yang
disebabkan karena kelemahan sesisi tubuh sebelah kiri
yang memberat yang terjadi secara tiba-tiba ketika
istirahat sejak 7 hari smrs tanpa disertai penurunan
kesadaran Bicara pelo ada, mulut mengot ke kanan,
penderita masih dapat mengungkapkan isi pikiran yang
disampaikan baik secara lisan tulisan dan isyarat,
penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
disampaikan baik secara lisan, tulisan dan isyarat.
 Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, penderita pernah
menderita hipertensi dan tidak rutin munum obat. Dan
pernah terkena stroke tipe sumbatan sebanyak 3 kali
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan tubuh sebelah kiri
dan kanan mengalami kelemahan, dengan bicara
pelo dan mulut mengot kekanan, kelemahan sisi kanan
ini merupakan gejala sisa dari stroke sebelum nya,
dengan tonus dan reflex fisiologi yang meningkat
disertai dengan reflex patologis positif. Sedangkan
kelemahan pada sisi tubuh kiri merupakan perberatan
dari gejala stroke yg baru dengan tonus dan reflek
fisiologis yang juga meningkat.
 Pada Ct Scan kepala ditemukan lesi hipodens pada
parietal kanan dan kiri serta lobus occipital kanan
No Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
1 Struktur Terdapat hemiparese dupleks spastik dengan Kekuatan otot menjadi 4+
dan fungsi kekuatan otot 4, pada ekstremitas kanan, dan Memperbaikideformitas dengan
tubuh 3 pada ekstremitas kiri, tonus otot dan refleks mengurangi derajat spastisitas
fisiologis meningkat. Terdapat deformitas sisi tubuh sebelah kanan.
karena spastik dengan grading spatisitas
menurut Modified Aswaorth Scale 3. Tidak ada
nyeri dan keadaan kardiopulmoner cukup
baik.
2 Aktivitas Pasien masih mampu beraktivitas sehari- Pasien mampu untuk melakukan
hari(mandi, makan, minum, berpakaian dan aktivitas sehari-hari secara
berjalan) dengan bantuan asisten. mandiri (perawatan
diri,berpakaian,
makan,mobilitas,isasi, komunikasi
dan ekspresi ).

3 Partisipasi Pasien dan keluarga memiliki atensi, minat dan Pasien dan keluarga secara
optimis cukup besar terhadap kondisi berkala meengikuti perawatan
kesehatan dan perawatan rehabilitasi rehabilitasi untuk meningkatkan
selanjutnya. kualitas hidup penderita.
 Diagnosis klinis:
› Hemiparesis duplex spastik
› Parese N.VII dan XII sinistra tipe sentral.
 Gangguan fungsional :
› Gangguan aktivitas fisik
› Gangguan gait
› Gangguan kontrol postur
› Gangguan fleksibilitas sendi
 Program Rehabilitasi Medik
› Fisioterapi :
 IRR ekstremitas kiri. Prognosa
 Latihan Bobath Medik : bonam
 Okupasi terapi Fungsional : bonam
 Duduk-berdiri.
› Sosial Edukasi
 Diet rendah garam, rendah lemak
 Terapi medikamentosa
› Citicolin 500 mg 2x1 tablet/hari
› Aspilet 80 mg 1x1 tablet/hari
› Vit.B1B6B12 1x1 tablet/hari
BAB III
Tinjauan Pustaka
 WHO : manifestasi klinis gangguan fungsi
otak baik fokal maupun global yang
terjadi secara mendadak dan
berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan kematian semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak.4,5
 Riskesdas 2013 : terjadi peningkatan
prevalensi (12,1 per 1000 penduduk)
dibandingkan Riskesdas 2007
Berdasarkan Patologi
anatomi dan • Stroke iskemik
• Stroke Hemoragik
penyebabnya
Berdasarkan
stadium/ • Transient Ischemic Attack (TIA)
• Stroke in evolution
pertimbangan waktu • Complete stroke

Berdasarkan jenis tipe • Sistem karotis


pembuluh darah • Sistem vertebro-basiler

• Total Anterior Circulation Infarction


Berdasarkan Tipe • Partial Anterior Circulation
Infarction
Infark • Posterior Circulation Infarcion
• Lacunar Infarction
 Pertanyaan paling sering diajukan:
› Apakah dapat pulih seperti sediakala atau
tidak?
 < 24 jam + hanya hemiparese  mungkin
pemulihan dalam 24 jam pertama
 > 24 jam  peluang sampai akhir bulan
pertama : 25%
Berbagai faktor yang mempengaruhi pemulihan
kemampuan fungsional antara lain :
1. Luas dan letak lesi diotak (tunggal atau multiple).
2. Ko-morbit.
3. Usia pasien.
4. Motivasi dan personalitas pasien.
5. Fase pemulihan pasien saat terapi.
6. Ada tidaknya komplikasi neuromuscular dan
muskuloskletal.
7. Ada tidaknya penyulit.
8. Peran keluarga termasuk ekonomi keluarga.
9. Ada tidaknya fasilitas dan terapi yang memadai.
 Rehabilitasi stadium akut
 Terutama untuk mobilisasi
 Dimulai sesudah stabil (24-72 jam setelah serangan),
kecuali pada perdarahan.
 Speech therapist sejak awal  melatih otot-otot menelan
 Psikolog + pekerja medik  status psikis+ kesulitan keluarga
 Rehabilitasi stadium subakut
 Kesadaran membaik
 Mencegah hemiplegia postur dengan pengaturan posisi,
stimulasi.
 Rehabilitasi stadium kronis
 Terapi kelompok
1. Spastisitas.
Pengurangan spastisitas dilakukan memberikan fasilitas
kelompok antagonis untuk mengadakan relaksasi
terhadap kelompok tertentu yang kaku, atau memberikan
relaksasi otot yang kaku secara langsung.
2. Kelumpuhan sebelah kiri.
sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi
visuomotor, kehilangan memori visual dan ketidakacuhan
sesisi kiri. Kemampuan verbal yang baik sering mengelabui
dalam pemahaman tentang contoh gerak yang diuraikan
dengan kata-kata.
3. Kelumpuhan sebelah kanan.
Mempunyai kekurangan dalam komunikasi verbal namun
persepsi dan memori visuomotornya sangat baik.
4. Depresi.
Depresi lebih banyak terjadi pada kerusakan otak sebelah
kiri.
 Dilandaskan konsep:
“hipertoni yang terjadi pada penderita
kelumpuhan otak hanyalah merupakan gejala,
oleh karena adanya aktivitas refleks postural yang
tidak normal”
 Tujuan utama :
 meningkatkan kualitas gerakan pada sisi yang
lumpuh sehingga kedua sisi tubuh dapat bekerja
semaksimal mungkin secara harmonis, dengan
menurunkan spastisitas dan memberikan pola
latihan gerakan yang lebih selektif, otomatis dan
volunter untuk persiapan keterampilan fungsional
 Teknik dasar
› Anggota gerak spastik diletakkan secara pasif dalam posisi
berlawanan dengan posisi saat spastik
 Pola antispastik yang dilakukan:
1. Bahu protraksi (beri ganjalan dibawah bahu jika tidur
terlentang).
2. Lengan atas eksorotasi.
3. Siku ekstensi.
4. Lengan bawah supinasi.
5. Pergelangan tangan dan jari-jari ekstensi, dengan ibu jari
abduksi.
6. Panggul protraksi (beri ganjalan dibawah panggul jika tidur
terlentang).
7. Paha agak endorotasi.sendi paha, lutut, fleksi, pergelangan
kaki dorsofleksi.
8. Leher sedikit ekstensi.
BAB IV
Analisis Kasus
Analisis Kasus

Secara tiba-tiba
dan waktu istirahat
Laki-laki, 68 tahun  gangguan
Kelemahan yang vaskuler di otak,
semakin membedakan dari
proses kronis
memberat pada
sisi tubuh kiri yang
terjadi kurang Semakin
lebih 7 hari lalu memberat  ada
proses penyakit
secara tiba-tiba vaskuler berulang
ketika istirahat
Pemeriksaan fisik :
Hemiparese duplex spastik dengan
kekuatan otot 4 pada ekstremitas kanan,
dan 3 pada ekstremitas kiri, dan
peningkatan tonus dengan grading 3

Direncanakan untuk terapi IRR


dan latihan metode bobath

Menurunkan Spastisitas
› CT scan kepala : lesi hipodens kronis di lobus
parietal kanan dan kiri serta lobus occipital kiri.
 Terdapat sumbatan pembuluh darah arteri
serebri media dan arteri serebri posterior
 Terdapat gambaran infark lama dan infark baru

› Preventif stroke berulang :


 Edukasi minum obat teratur
 Kontrol faktor resiko
 Pola hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai