Anda di halaman 1dari 16

Kelompok : 7

1. Shintia Kunmalasari (820163091)


2. Shizuoka Aryoni (820163092) ASUHAN
3. Silvia Fitri Wulandari (820163093)
4. Siti Nor Aisah (820163094)
KEPERAWATAN
5. Titik Handayani S (820163102) PERILAKU
6. Ulfiya Afrida (820163103) KEKERASAN
7. Vernanda Riftiani (820163106)
A.PENGERTIAN

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadan dimana sseorang pernah atau


mengalami riwayatmelakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri/ orang
lain/ lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual dan verbal. Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupunlingkungan
B. RENTANG RESPON
 Keterangan:
a. Asertif, merupakan ungkapan rasa tidak setuju atau kemarahan yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain sehingga akan memberikan kelegaan dan tidak
menimbulkan masalah.
b. Frustasi, adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak realistis atau
hambatan dalam pencapaian tujuan.
c. Pasif, merupakan kelanjutan dari frustasi, dalam keadaan ini individu tidak menemukan
alternatif lain penyelesaian masalah, sehingga terlihat pasif dan tidak mampu
mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif, adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
destruktif tapi masih terkontrol.
e. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri
C. PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan.
a. Faktor Psikologi
Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan naluri. Freud
berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang
diekpresikan dengan seksualitas, Dan kedua insting kematian yang diekpresikan dengan
agresivitas.
b. Faktor Sosial Budaya
Social-Learning Theory; Teori yang dikembangkan oleh Bandura ini memgemukakan bahwa
agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi.
c. Faktor Biologis
Neorobilogical Faktor bahwa dalam susunan persyarafan ada juga yang berubah pada saat orang
agresif. Sistem limbik berperan penting dalam meningkatkan dan menurunkan agresifitas.
Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif yaitu; serotonin, dopamim,
norepinephrin, acetikolin, dan asam amino GABA (gamma aminobutiric acid). GABA dapat
menurunkan agresifitas, norepinephrin dapat meningkatkan agresifitas, serotonin dapat
menurunkan agresifitas dan orang yang epilepsi.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep,
2009):
 Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah
konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
 Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
 Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang
yang dewasa.
 Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
D. TANDA DAN GEJALA

 Fisik: pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, serta postur tubuh kaku.
 Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras dan kasar, sikap ketus.
 Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, sikap menentang,
dan amuk/agresif.
 Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu, dan ingin berkelahi.
 Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka berdebat, dan mengeluarkan kata-kata
bernada sarkasme.
 Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan kekerasan, suka mengejek, dan
mengkritik.
 Spiritual: merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas terlambat, ingin orang lain memenuhi
keinginannya, dan merasa diri tidak berdosa.
 Karakteristik
 Ada ide melukai diri sendiri atau orang lain
 Merencanakan tindakan kekerasan pada diri sendiri/orang lain/ lingkungan
 Mengancam
 Penyalahgunaan obat
 Depresi berat
 Marah/ sikap bermusuhan
 Bicara ketus
 Mengungkapkan kata-kata kotor
 Mempunyai riwayat perilaku kekerasan
E. AKIIBAT

 Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi


dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan
perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
 Tanda dan gejala:
Data Subjektif : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tandamarah yang
diserasakan oleh klien.
Data Objektif : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,berdebat dan
sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampasmakanan, memukul jika tidak
senang.
F. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
 Metode Biologik
A. Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari penemuan neurobiologi. Obat-
obatan tersebut memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) secara langsung dan selanjutnya
memengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan emosi.
B. Antianxiety dan Sedative Hipnotics
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan
Clonazepam, sering digunakan didalam kedaruratan
C. Antidepressant
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan
dengan perubahan mood.psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.
2. Psikoterapi
 Pendekatan proses keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berdasarkan proses keperawatan,
yaitu meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
tindakan keperawatan serta evaluasi.
 Terapi Modalitas
 Terapi lingkungan
 Terapi Kelompok
 Terapi keluarga
 Terapi individual
G. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : HDR


H. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan
1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2). Perilaku kekerasan / amuk
3). Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
2. Data yang perlu dikaji
1). Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
a. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, dan ingin membakar atau mengacak-acak
lingkungannya.
b. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2). Perilaku kekerasan / amuk
a. Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
B. Diagnosa keperawatan
 Perilaku kekerasan

C. Strategi pelaksanaan individu


 SP I PASIEN
 Mendiskusikan penyebab PK
 Mendiskusikan tanda dan gejala PK
 Mendiskusikan PK yang dilakukan
 Mendiskusikan akibat PK
 Mendiskusikan cara menontrol PK
 Melatih cara mengontrol PK dengan cara fisik 1: nafas dalam
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
 SP II PASIEN
 Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dgn cara fisik 1
 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II (pukul bantal/kasur)
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
 SP III PASIEN
 Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I dan II
 Melatih pasien mengotrol PK dengan cara verbal
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
 SP IV PASIEN
 Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I,II dan verbal
 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spritual
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 SP V PASIEN
 Mengevaluasi kemampuanmengontrol PK dengan cara fisik I,II, verbal dan spiritual
 Menjelaskan cara mengontrol PK dengan patuh minum obat
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai