Anda di halaman 1dari 65

ANTI JAMUR

INFEKSI

Jamur (fungi) adalah mikroorganisme yang dermatofita.


termasuk golongan eukariotik dan tidak
termasuk golongan tumbuhan. Obat anti jamur merupakan obat yang
1. Jamur dapat menyebabkan terjadinya digunakan untuk menghilangkanorganisme
infeksi pada manusia. Salah satu infeksi mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel,
akibat jamur dengan insidensi tertinggi yaitu seperti cendawan dan ragi,atau obat yang
dermatofitosis. digunakan untuk menghilangkan
2. Dermatofitosis adalah suatu infeksi pada jamur (Batubara, 2010)
jaringan berkeratin (rambut, kulit, dan kuku)
yang disebabkan karena adanya kolonisasi
dari jamur jenis dermatofita. Infeksi akibat
jamur dermatofita dapat ditemukan di
seluruh dunia, diperkirakan 20- 25% dari
populasi dunia telah terinfeksi oleh jamur
Bawang Dayak
(Eleutherine americana)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae (tumbuhan)


• Subkingdom : Tracheobionta (berumbi)
• Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
• Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
• Kelas : Liliopsida (berkeping satu atau
monokotil)
• Subkelas : Liliidae
• Ordo : Liliales
• Familia : Iridaceae
• Genus : Eleutherine
• Spesies : Eleutherine americana Merr
ETIOLOGI

Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) adalah salah satu jenis


tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan. Penduduk lokal di daerah
tersebut sudah menggunakan tanaman ini sebagai obat tradisional.

• Persebaran geografis : Kalimantan.


• Nama lain : Eleutherine americana, E. bulbosa, E. Subaphyla, E.
citriodora, E. guatemalensis, E. latifolia, E. longifolia, E. plicata dan
E. anomala atau bawang mekah, bawang hantu, bawang sabrang
dan bawang arab.
• Perserbaran : Pegunungan antara 600 sampai 1500 m di atas
permukaan laut.
ETIOLOGI

• Penanaman: mudah dibudidayakan, tidak tergantung musim dan


dalam waktu 2 hingga 3 bulan setelah tanam sudah dapat dipanen
(Saptowalyono 2007).
• Ciri spesifik : Umbi berwarna merah menyala dengan permukaan yang
sangat licin, letak daun berpasangan dengan komposisi daun bersirip
ganda dan bunganya berwarna putih. Tipe pertulangan daunnya
sejajar dengan tepi daun licin dan bentuknya seperti pita bergaris.
Selain digunakan sebagai tanaman obat, tanaman ini juga bisa
digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki bunga yang
berwarna putih (Galingging 2007).
KANDUNGAN
KIMIA
Umbi bawang dayak mengandung:
1. Senyawa turunan anthrakinon: eleutheurin,
isoeleutherin yang mempunyai daya pencahar,
2. Senyawa lakton: eleutherol
3. Senyawa turunan pyron: eleutherinol
4. Senyawa bioaktif: alkaloid, steroid, glikosida,
flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, tanin
dan kuinon (Nawawi et al. 2007) (Galingging
2007)
MEKANISME KERJA

Aktivitas antijamur diduga disebabkan adanya efek sinergisme dari setiap metabolit sekunder yang
terkandung dalam ekstrak etanol umbi bawang dayak. Metabolit sekunder tersebut adalah fenol,
flavonoid, tanin, saponin, dan kuinon yang memiliki potensi sebagai senyawa antijamur.
Senyawa golongan fefenol:
 mempunyai efek antijamur dengan cara menyebabkan kerusakan pada mitokondria yang akan
menyebabkan penimbunan ROS,mekanisme antijamur lain dari fenol adalah bekerja dengan
menghambat sintesis kitin yang penting untuk pembentukan dinding sel
Senyawa golongan tannin:
 memiliki aktivitas antijamur dengan cara menghambat sintesis kitin yang digunakan untuk
pembentukan dinding sel pada jamur dan merusak membran sel sehingga pertumbuhan jamur
terhambat.
Senyawa flavonoid:
Mekanisme antijamur dengan mengganggu homeostasis mitokondria dan juga dengan mengganggu
integritas membran sel jamur.
MEKANISME KERJA

Saponin
 yang termasuk dalam senyawa golongan terpen, memiliki mekanisme kerja seperti deterjen. Setelah
berikatan dengan kolesterol senyawa lipofilik dari saponin akan berikatan dengan bagian lipofilik dari
membran sel yang akan mengakibatkan rusaknya struktur fosfolipid dari membran sel.

Naftokuinon
 Naftokuinon yang merupakan senyawa golongan kuinon diduga merupakan kompenen antijamur
utama dalam ektrak etanol umbi bawang dayak. Senyawa golongan naftokuinon telah dilaporkan
memiliki efek antijamur terhadap beberapa jamur seperti Trichophyton rubrum dan Candida albicans.
10,14 Mekanisme kerja dari naftokuinon adalah dengan cara mengganggu permeabilitas membran dari
sel jamur, permeabiltas yang terganggu ini mengakibatkan terjadinya kebocoran ion K+ dari dalam sel
jamur dan juga mengakibatkan terjadinya kebocoran pada substansia intraseluler yang penting bagi
pertumbuhan sel jamur.
EFEK FARMAKOLOGIS

Dalam pengujian ini aktivitas antimikroba dilakukan terhadap ekstrak yang


diperoleh. Ekstrak sebagai bahan uji dibuat dalam beberapa konsentrasi dan
diuji aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri penyebab infeksi kulit yaitu
bakteri Staphylococcus aureus dan kapang Trichophyton rubrum dengan
metode difusi agar perforasi, teknik lubang sumuran. Diameter hambat yang
terbentuk untuk masing masing pengujian diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Pengujian untuk setiap konsentrasi yang sama dilakukan
sebanyak tiga kali. Parameter yang digunakan sebagai acuan untuk
mendapatkan aktivitas ekstrak terhadap mikroorganisme uji adalah besarnya
diameter hambat, yaitu antara 14- 16 mm. Konsentrasi terkecil dari ekstrak
yang dapat menunjukkan diameter hambatan seperti di atas disebut sebagai
konsentrasi hambat minimumnya (KHM).
Saga rambat
(Abrus precatorius L.)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisio : Angiosperrnae
• Kelas : Dicotyledonae
• Ordo : Resales
• Famili : Leguminosae
• Genus : Abrus
• Spesies : Abrus precatorius linn.
MORFOLOGI

Abrus precatorius adalah tanaman melilit/merambat dengan daun


berbulu halus, dengan cabang kuning kehijauan. Daun menyerip
dengan jumlah 5-17 helai berbentuk lonjong, dengan panjang 2,5 cm
dan lebar 1,5 cm. Memiliki bunga tandan ramai, berwarna ungu pucat
hingga kekuningan dan tumbuh di ujung tangkai. Buahnya seperti
kacang polong yang keras, mengkilap, berwarna merah dan hitam.
Banyak buahnya bervariasi dari 4-6 buah. Benihnya sedikit lebih
kecil dari kacang polong biasa; berakar serabut dengan rasa manis.
ETIOLOGI

Abrus precatorius juga telah digunakan dalam pengobatan Hindu


dari zaman dulu, serta di China dan budaya kuno lainnya. Tanaman ini
juga mengandung saponin tri-terpenoid dan digunakan dalam
pengobatan peradangan, bisul, luka, goresan dan luka tenggorokan. Biji
kering Abrus precatorius juga digunakan untuk mengobati infeksi
cacing. Tanaman
Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, ladang-
ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Tumbuh dengan baik
pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut. Tumbuh dengan merambat liar di hutan, ladang,
halaman dan tempat lain pada ketinggian 300 sampai 1000 m dari
permukaan laut.
KANDUNGAN
KIMIA
• Tumbuhan saga mengandung flavonoid, bagian antena dari
saga mengandung isoflavanquinone dan abruquinone B yang
aktif sebagai antitubercular, antiplasmodial dan abruquinone
G (2) yang aktif sebagai antiviral dan punya sifat toksisitas.
Biji saga mengandung flavonol glukosida, proksimat dan
protein yang kaya akan asam amino esensial. Biji saga juga
kaya akan senyawa abrin yang dapat menyebabkan
apoptosis terhadap kultur sel leukemia.
• Golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak daun saga
pohon (Adenanthera Pavonina L.) adalah alkaloid, flavonoid,
fenolik steroid, saponin, dan polifenol.
• Daun maupun akar mengandung protein, vitamin A,B1, B6,
C, kalsium oksalat, glisirizin,flisirizinat, polygalacturomic acid
dan pentosan. Daun, batang dan biji : saponin dan flavonoid.
Batang : polifenol. Biji : tannin. Akar : alkaloid, saponin dan
polifenol
EFEK FARMAKOLOGIS

Abrus precatorius juga telah digunakan dalam pengobatan Hindu


dari zaman dulu, serta di China dan budaya kuno lainnya. Tanaman ini
juga mengandung saponin tri-terpenoid dan digunakan dalam
pengobatan peradangan, bisul, luka, goresan dan luka tenggorokan. Biji
kering Abrus precatorius juga digunakan untuk mengobati infeksi
cacing. Tanaman
Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, ladang-
ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Tumbuh dengan baik
pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut. Tumbuh dengan merambat liar di hutan, ladang,
halaman dan tempat lain pada ketinggian 300 sampai 1000 m dari
permukaan laut.
Sambiloto
(Andrographis paniculata)
TAKSONOMI

• Divisi : Angiospermae
• Kelas : Dicotyledoneae
• Subkelas : Gamopetalae
• Ordo : Personales
• Famili : Acanthaceae
• Subfamili : Acanthoidae
• Genus : Andrographis
• Spesies : Andrographis paniculata Nees.
MORFOLOGI

Sambiloto memiliki batang berkayu berbentuk bulat dan segi empat


serta memiliki banyak cabang (monopodial). Daun tunggal saling
berhadapan, berben-tuk pedang (lanset) dengan tepi rata (integer) dan
permukaannya halus, berwarna hijau. Bunganya berwarna putih
keunguan, berbentuk jorong (bulan panjang) dengan pangkal dan
ujungnya yang lancip. Di India, bunga dan buah bisa dijumpai pada
bulan Oktober atau antara Maret sampai Juli. Di Australia bunga dan
buah antara bulan Nopember sampai bulan Juni tahun berikutnya,
sedang di Indonesia bunga dan buah dapat ditemukan sepanjang
tahun.
MORFOLOGI

• Nama lain
Di beberapa daerah di Indonesia, sambiloto dikenal dengan berbagai
nama. Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan
bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata, takilo, paitan, dan sambiloto. Di
Jawa Barat dise-but dengan ki oray, takila, atau ki peurat. Di Bali lebih
dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan sebagian besar
masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu.3,9
Sementara itu, nama-nama asing sambiloto diantaranya chuan xin lian,
yi jian xi, dan lan he lian (Cina), kalmegh, kirayat, dan kirata (India),
xuyen tam lien dan congcong (Vietnam), quasabhuva (Arab),
nainehavandi (Persia), green chiretta dan king of bitter (Inggris).
MORFOLOGI

• Persebaran
Sambiloto dapat tumbuh secara alami dari dataran pantai sampai
dataran tinggi dengan iklim serta kondisi jenis tanah yang beragam
(Yusron, 2008). Tanaman sambiloto dapat tumbuh pada semua jenis
tanah, mulai dari jenis tanah yang subur, mengandung banyak humus.
Tata udara dan pengairan yang baik (Pujiasmanto et al., 2007).
Sambiloto pada umumnya tumbuh di alam yang ternaungi di bawah
tegakan hutan (Yusron, 2008).
MEKANISME KERJA

Ekstrak etanol daun sambiloto mempunyai efek antijamur terhadap C. albicans


yang ditandai dengan terbentuknya daerah bening di sekitar cakram yang telah
ditetesi ekstrak etanol daun sambiloto. Senyawa aktif utama yang terkandung
dalam sambiloto berupa andrographolide dan flavonoid serta senyawa aktif
lainnya berupa tannin, saponin dan alkaloid. Interaksi dari senyawa-senyawa ini
diduga menimbulkan efek antijamur, walaupun mekanismenya masih memerlukan
penelitian lebih lanjut. Diantara senyawa aktif tersebut,andrographolide memiliki
persentasi kadar paling tinggi pada daun sambiloto. Bersama dengan protein
arabinogalaktan(glikoprotein yang terdapat di permukaan sel tumbuhan, berperan
dalam proses pertumbuhan), andrographolide diduga mempengaruhi kondisi
rigiditas dinding sel C. albicans yang secara dominan (80%) terdiri dari kitin, beta-
glukan, dan mannoprotein.
MEKANISME KERJA

Saponin berkontribusi sebagai antijamur dengan mekanisme menurunkan tegangan


permukaan membran sterol dari dinding sel C. albicans, sehingga permeabilitasnya
meningkat. Flavonoid dan tannin merupakan senyawa turunan phenol yang bersifat
lipofilik sehingga mudah terikat pada dinding sel danmengakibatkan kerusakan
dinding sel. Selain itu, Tannin dapat menghambat sintesiskitin yang merupakan
komponen penting dinding sel jamur. Hal ini berbeda dengan alkaloid yang
menghambat pertumbuhan mikroba dengan menganggu sintesis DNA.
EFEK SAMPING

Sakit kepala, fatique, rasa pahit, dan peningkatan enzim hati dilaporkan terjadi pada
uji klinis pada pasien yang terinfeksi HIV yang diberi andrographolide dosis tinggi.
Hal ini tidak ada dilaporkan pada orang yang menggunakan andrographis atau
ekstrak terstandard pada jumlah yang direkomendasikan. Seperti semua herba
yang pahit, sambiloto mungkin menyebabkan ulkus dan adanya rasa terbakar.
Keamanan terhadap wanita hamil dan menyusui sampai saat ini belum diketahui.
TOKSIKOLOGI

Uji toksikologi pada hewan coba dan manusia menunjukkan bahwa andrographolide
dan senyawa lain yang terdapat pada sambiloto memiliki toksisitas yang sangat
rendah. Pada mencit yang diberi ekstrak sambiloto secara oral (10 gr/kgBB) sekali
sehari selama 7 hari, tidak ada seekorpun tikus yang mati.36 Jantung, ginjal, hati,
dan limpa dijumpai dalam keadaan normal pada hewan percobaan ini. Ketika
sambiloto dengan dosis 500 mg/kg berat badan diberikan selama 10 hari setiap hari
pada mencit, tidak ada efek pada pertumbuhan, selera makan dan produksi feses.
FARMAKOKINETIK

Andrographolide memiliki bioavailabilitas tinggi pada manusia. Setelah pemberian


peroral, 20 mg andrographolide segera diabsorbsi, mencapak nilai puncak plasma
dalam waktu 1,5 sampai 2 jam dengan waktu paruh 6,6 jam.16 Sementara pada
penelitian lainnya menunjukkan waktu paruh andrographolide relatif singkat, lebih
kurang dalam waktu 2 jam. Setelah 72 jam, hampir 90% andrographolide
dieksresikan. Sebagian besar eksresinya ini melalui urin,17 sebagian lainnya
melalui saluran cerna.
Jahe Putih Kecil
(Zingiber officinale var. amarum)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae
• Divisi : Spermatophyta
• Sub-divisi : Angiospermae
• Kelas : Monocotyledoneae
• Ordo : Zingiberales
• Famili : Zingiberaceae
• Genus : Zingiber
• Species : Zingiber officinale Rosc.
MORFOLOGI

Jahe ini dikenal dengan nama Latin “Zingiber officinale var amarum” memiliki
rimpang dengan bobot berkisar antara 0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang kecil-
kecil dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya
dapat mencapai 11 cm dengan panjang antara 6 - 30 cm dan diameter antara 3,27 -
4,05 cm. Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua (Hapsoh, 2008 dalam Putri, 2014).
KANDUNGAN
KIMIA
1. Limoen :
Menghambat jamur Candida albicans dan juga
obat flu
2. Asam saprilik sebagai Antijamur Candida
albicans
3. Minyak atsirinya mempunyai efek antiseptik,
antioksidan dan mempunyai aktivitas terhadap
bakteri dan jamur
TOKSISITAS

Metode yang digunakan untuk uji toksisitas akut ini berpedoman pada OECD
Guideline 423 pada tikus jantan galur Wistar dengan dosis awal yaitu 2000
mg/kgBB. Analisis berupa pengamatan gejala toksik dan histopatologi organ,
melihat potensi ketoksikan akut berupa nilai LD50. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada hari ke-14 setelah pemberian senyawa uji tidak ada satu ekor hewan
uji yang mengalami kematian. Kategori yang diperoleh pada pedoman OECD
Guideline 423 menunjukkan bahwa senyawa uji termasuk kategori 5 (LD50 cut off >
5000 mg/kgBB) atau tidak terklasifikasi. Hasil pengamatan histopatologi
menunjukkan bahwa senyawa uji tidak berefek toksik terhadap organ lambung,
pankreas, hati, dan ginjal.
EFEK SAMPING

• Ibu hamil
• Hipersensitivitas
• Ibu menyusui
ANTI BAKTERI
Daun Jambu Biji
(Folium Guavae)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


• Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
• Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
• Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
• Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
• Sub Kelas : Rosidae
• Ordo : Myrtales
• Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
• Genus : Psidium
• Spesies : Psidium guajava L (Jambu Biji)
KANDUNGAN KIMIA EFEK FARMAKOLOGIS

Mengandung tanin yang dapat Fraksi tannin memiliki aktivitas antibakteri terhadap
terhidrolisis, minyak atsiri, flavonoid, dan Escherichia coli, Citrobacter diversus, Klebsiella
terpene. Daun baru mengandung flercon pneumoniae, Shigella fleksneri, Salmonella
quercetin, guajaverin (= quercetin-3-O- enteritidis dan Staphylococcus aureus pada
arabinoside) dan glikosida quercetin konsentrasi 60,0-95,0 μg / ml secara in vitro.
Pengobatan oral diare akut, radang gusi dan
lainnya; gallocatechin dan tanin ellagic
rotaviral enteritis
acid dan guavins A, C dan D. Beberapa
asam triterpene hadir, termasuk asam TOKSISITAS
ursolat dan oleanolik dan asam 20-
hidroksiderivatif, asam crataegoic dan
Pemberian ekstrak air daun ke tikus secara intagastrik
guaijavolic. Minyak daun mengandung
menunjukkan dosis mematikan rata-rata 50,0 g / kg bb
beberapa mono dan seskuiterpen, di
antaranya 1,8-cineol dan A-pinene adalah
monoterpen utama, dan caryophyllene dan
G-bisbolene merupakan perwakilan dari
sesquiterpen
Bawang Putih
(Bulbus Alii sativi)
TAKSONOMI

• Divisi : Spermatophyta
• Sub divisi : Angiospermae
• Kelas : Monocotyledonae
• Bangsa : Liliales
• Suku : Liliaceae
• Marga : Allium
• Jenis : Allium sativum L.
KANDUNGAN KIMIA EFEK FARMAKOLOGIS

Konstituen kimia terpenting yang Ekstrak minyak atsiri, air, dan etanol, dan jus
dilaporkan dari Bulbus Allii Sativi adalah menghambat pertumbuhan in vitro spesies
senyawa sulfur. Diperkirakan bahwa Bacillus, Staphylococcus aureus, Shigella
sistein sulfoksida (mis. Alliin [1]) dan sonnei, Erwinia carotovora, Escbacterium
tuberculosis, Escherichia coli, Pasteurella
peptida γ-glutamylcysteine yang tidak
multocida, spesies Proteus, Streptococcus
mudah menguap membentuk lebih dari faecara spesies, spesies Cryptococcus,
82% dari total kandungan sulfur dalam Rhodotorula rubra, spesies Toruloposis,
bawang putih (25). Tiosulfat (misalnya Trichosporon pullulans, dan Aspergillus niger.
allicin [2]), ajoena (misalnya E-ajoene Aktivitas antimikroba telah dikaitkan dengan
[3], Z-ajoene [4]), vinyldithiins (misalnya allicin, salah satu unsur aktif obat. Sebagai
2-vinyl- (4H) -1,3-dithiin [5], 3- vinyl- pembantu manajemen diet dalam pengobatan
(4H) -1,2-dithiin [6]), dan sulf (misalnya hiperlipidemia, dalam pengobatan hipertensi
dialil disulf [7], dialil trisul [8]) ringan.
TOKSIKOLOGI

Konsumsi bawang putih dalam jumlah


besar dapat meningkatkan risiko
perdarahan pasca operasi
Daun Teh hijau
(Camellia sinensis)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae
• Divisi : Spermatophyta
• Sub divisi : Angiospermae
• Kelas : Dichotyledoneae
• Ordo : Trantroemiaccae
• Famili : Theaceae
• Genus : Camellia
• Spesies : Camellia sinensis
KANDUNGAN KIMIA

Teh mengandung alkaloid, saponin, tanin, katekin


• Katekin
polifenol, 15-20% protein dan 1-4% asam amino seperti
tanin, asam glutamat, triptopan, glycine, serin, tirosin, 30-40% dari daun teh mengandung polifenol dimana
valin, leucine, threonine, dan arginine. Selain itu, kandungan utamanya adalah katekin. Katekin merupakan senyawa
terdapat unsur karbohidrat seperti selulose, glukosa, larut air, tidak berwarna, dan memiliki rasa yang pahit. Katekin
bekerja dengan cara mendenaturasi protein dari bakteri.
pectin dan fruktosa. 10,12 Teh juga mengandung
berbagai macam mineral dan vitamin (B,C, dan E), lipid, • Tanin
pigmen berupa klorofil dan enzim-enzim yang berperan Tanin mempunyai aktivitas sebagai antibakteri melalui
sebagai katalisator contohnya enzim amilase, protease, aksi molekulnya yaitu membentuk kompleks dengan protein melalui
peroksidase, dan polifenol oksidase. (Cabrera dkk, 2006) ikatan hydrogen dan ikatan hidrofobik. Tanin juga mempunyai
kemampuan dalam menginaktivasi adhesi sel mikroba (molekul
• Saponin yang menempel pada sel inang) yang terdapat pada permukaan sel,
Saponin mempunyai efek membranolitik yaitu enzim yang terikat pada membrane sel dan polipeptida dinding sel.
membentuk kompleks dengan kolesterol di membrane Menurut beberapa penelitian, tanin terbukti efektif sebagai
sel protozoa. Saponin dalam kandungan teh hijau dapat antimikroba terhadap Clostridium difficile dan Clostridium
berfungsi sebagai detergen. Detergen mimiliki struktur perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, Citrobacter freundii dan Listeria monositogenes (Rara Amelia
yang dapat berikatan dengan molekul hidrofilik dan dkk, 2012)
molekul-molekul organic non polar (lipofilik) sehingga
mampu merusak membrane sitoplasma dan membunuh
bakteri (Mbata TI, 2008)
Komposisi the hijau Persentase (%)
Protein 15
Asam amino 4
Fiber 26
Karbohidrat 7
Lipid 7
Pigmen 2
Mineral 5
Substansi fenol 30
Senyawa fenol oksida 0
TOKSIKOLOGI EFEK FARMAKOLOGIS

Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol • Menurunkan berat badan


70% daun teh hijau, mencapai nilai • Menurunkan kolesterol, trigliserida, serta
3,303 (2,120- 5,140) mg/10 g berat glukosa
badan pada mencit secara intra • Mencegah karies pada gigi
peritonial. Ekstrapolasi hasil pada tikus • Antimutagenik
per oral menurut Gleasson, c.s. • Antioksidan
menunjukkan bahwa bahan uji tersebut • Antibakteri
dapat dikategorikan dalam golongan
(Brunetton, 1999;Murase et al, 2000, Sueoka
Practically Non Toxic (PNT) et al., 2001)
Untuk (LD50) oral didapatkan harga
23.1210 mg/kg berat badan yang
ternyata lebih besar dari 15.000 mg/kg
berat badan. Dengan demikian ekstrak
teh hijau aman digunakan.
(Dian sundari dkk, 2009)
Daun Sirih
(Piper Betle L.)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae
• Divisio : Spermathophyta
• Kelas : Dicotyledonae
• Ordo : Piperales
• Famili : Piperaceae
• Genus : Piper
• Spesies : Piper betle L.
• Nama Lokal : Daun Sirih
KANDUNGAN KIMIA Monoterpana dan seskuiterpana memiliki sifat
sebagai antiseptic, antiperadangan dan
antianalgetik yang dapat membantu Penyembuhan
Daun sirih mempunyai aroma yang khas
luka (Zahra dan Iskandar, 2007)
karena mengandung minyak atsiri 1-4,2%,
air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, Eugenol pada daun sirih dapat membunuh jamur
fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula dan Candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan
bersifat analgesik
pati.
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung Terdapat pula senyawa yang memiliki efek
30% fenol dan beberapa derivatnya. Minyak antibakteri antara lain katekin, tannin, flavonoid
atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol, dan saponin.
estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, • Katekin bekerja dengan cara mendenaturasi
terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan protein dari bakteri (Narayana LL.C Vaishani,
tannin. Kavikol merupakan komponen 2010)
paling banyak dalam minyak atsiri yang • Tanin menghambat enzim ekstraseluler
memberi bau khas pada sirih (Mulyono, mikroba, mengambil alih substrat yang
2003) dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba, atau
Estragol mempunyai sifat antibakteri bekerja langsung pada metabolism dengan
terutama pada Shigella sp cara menghambat fosforilasi oksidasi (Gomes
BPFA, dkk. 2003)
KANDUNGAN KIMIA EFEK FARMAKOLOGIS

• Flavonoid selain berfungsi sebagai • Kandungan antiseptic didalam daun sirih dapat
antibakteri dan mengandung kavikol dan digunakan sebagai obat kumur dan menjaga
kavibetol yang merupakan turunan dari kesehatan alat kelamin wanita. Daun sirih juga
fenol yang mempunyai daya antibakteri umum digunakan untuk mengatasi bau badan
dan mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal,
5x lipat dari fenol biasa terhadap koreng, serta mengobati keputihan pada wanita
Staphylococcus aureus (Hamid AA, (Steffany Gunawan, 2010)
2013)
• Saponin berikatan dengan kompleks • Sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk,
obat bisul, obat sakit mata, sariawan, dan
polisakarida pada dinding sel sehingga mimisan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)
dapat merusak dinding sel dari bakteri
(Hamid AA, 2013)
TOKSIKOLOGI

• EEDS dosis 1000 dan 10.000 mg/kg bb menimbulkan gejala toksik pada mencit
jantan. Gejala toksik yang muncul setelah pemberian EEDS dosis 1000 mg/kg
bb yaitu: diare, salivasi, lemas dan tremor sedangkan pada dosis 10.000 mg/kg
bb gejala toksik yang timbul berupa tremor, diare, salivasi, lemas, jalan mundur
dan jalan menggunakan perut (Dinda Elisa P, 2018)
• EEDS termasuk kategori “toksik sedang” dengan nilai LD50 EEDS adalah
1421,91 ± 230,49 mg/kg bb yaitu sebesar 1191,42 – 1652,4 mg/kg bb (Dinda
Elisa P, 2018)
ANTI VIRUS
Sirih Merah
(Piper croacatum)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae
• Subkingdom : Tracheobionta
• Super Divisi : Spermatophyta
• Divisi : Magnoliophyta
• Kelas : Magnoliopsida
• Sub Kelas : Magnoliidae
• Ordo : Piperaceae
• Famili : Pipeaceae
• Genus : Piper
• Spesies : Piper croacatum
KANDUNGAN KIMIA UJI ANTIVIRUS

Senyawa yang terkandung Pada penelitian ini digunakan uji


dalam sirih merah adalah yakni Hemaglutinasi dengan media kultivasi
alkaloid , saponin, tanin, dan virus berupa telur ayam berembrio. Virus
flanonoid. Senyawa yang aktif Newcastle Disease diinjeksikan pada
alkaloid dan flavonoid memiliki
telur ayam berembrio dibagian rongga
aktifitas hipoglikemik atau
penurun kadar gula darah. allantois sebanyak 0,2 mL.
(Hara) 1993 menyatakan
TOKSIKOLOGI
senyawa tannin dna saponin
dapat dipakai sebagai Hasil penelitian uji toksisitas akut
antimikroba (bakteri dan virus).
menunjukan bahwa ekstrak etanol sirih
merah sampai dosis 5000 mg/Kg bb tidak
menimbulkan efek toksik dan aman
digunakan.
EFEK FARMAKOLOGIS

Ekstrak etanol daun sirih merah memiliki meknisme Sedangkan senyawa tanin pada
mengganggu mRNA virus Newcastle Diasease. Senyawa tanaman dapat menghambat interaksi
yang berfungsi sebagai antivirus adalah Flavonoid, protein permukaan sel inang dan
saponin, dan tannin. Flavonoid memiliki aktivitas protein virus, sehingga menghambat
farmakologi yaitu sebagai reverse transkiptase. perlekatan virus kedalam membran
Flavonoid pada kadar rendah menyebabkan denaturasi plasma atau dengan kata lain tannin
protein dan pada kadar tinggi akan menyebabkan
koagulasi protein sehingga sel akan mati. Alkaloid berikatan baik dengan protein virus
menghambat enzim reverse transkiptase Virus sehingga maupun protein sel inang membentuk
RNA virus tidak bisa disintesis menjadi cDNA dan tidak kompleks, sehingga mencegah proses
bereplikasi dan membuat protein serta enzim-enzim yang adsorbs virus. Ektrak etanol daun sirih
dibutuhkan oleh virus, terutama protein amplop virus merah mempunyai aktivitas antivirus
tidak bisa dibentuk, akibatnya virus tidak bisa bereplikasi. yang sangat besar dengan dosis yang
Senyawa saponin memiliki aktivitas antivirus karena kecil. Sehingga dengan konsentrasi
senyawa tersebut dapat menghambat pembentukan terkecil yaitu konsentrasi 1 μg/ml
kapsid dari virus, selain tiu senyawa saponin dari daun ekstrak etanol daun sirih merah dapat
sirih merah dapat menignkatkan ketahanan dari sel
inang. menghambat pertumbuhan virus
NewcastleDiasease sebesar 50%.
Sambiloto
(Andrographis paniculata)
TAKSONOMI

• Kingdom : Plantae
• Sub Kingdom : Viridiplantae
• Infra Kingdom : Streptophyta
• Super Divisi : Embryophyta
• Divisi : Tracheophyta
• Sub Divisi : Spermatophyta
• Kelas : Magnoliopsida
• Ordo : Lamiales
• Genus : Andrographis Wall. Ex Noes
• Spesies : Andrographis paniculata
KANDUNGAN KIMIA

Sambiloto mengandung bahan aktif andrographolide dan deoxy-andrographolide


serta neo-andrographolide pada seluruh bagian tanaman, namun bagian tanaman
yang tertinggi mengandung andrographolide adalah bagian daun (sekitar 1%).
Andrographolide merupakan diterpene lactone yang banyak digunakan dalam
komposisi obat (Anonim, 2004). Kandungan komponen aktif dipengaruhi oleh mutu
simplisia yang dipengaruhi oleh karakter genetik (varietas), cara budidaya (kondisi
lahan, tinggi tempat.) dan penanganan pasca panen (Bermawie dkk., 2002,
Vijesekera, 1991). Terdapat 14 jenis senyawa yang terdeteksi oleh GC-MS, namun
senyawa aktif andrographolide terurai menjadi beberapa turunannya. Senyawa
dengan luas area tertinggi adalah 6-Octadecenoic acid, methyl ester yang
mencapai lebih dari 30 %.
KANDUNGAN KIMIA TOKSIKOLOGI

Sambiloto dengan kandungan Hasil uji ini memberi indikasi bahwa Dosis
senyawa tertinggi 6- Letal 50 (DL50) ekstrak etanol dari daun
Octadecenoic acid, methyl ester sambiloto baik yang tidak diradiasi
(31.16%) dan menunjukkan hasil maupun yang diradiasi 7,5 kGy > 5000
uji in vitro yang lebih baik dalam mg/kg BB. Pemberian ekstrak etanol
menahan infeksi virus AI H5N1.
sambiloto uji toksisitas akut pada mencit
hanya menimbulkan perubahan minimal
pada hati dan ginjal pada dosis uji yang
tinggi.
UJI AKTIVITAS

Uji hambat infeksi virus AI ke sel Vero menggunakan metode Mi (2012) dengan
minor modifikasi. Secara singkat, sel kultur yang telah didistribusikan ke dalam
cawan mikrotiter 96 o sumuran diinkubasi pada 37 C, CO 5% selama 2-3 2 hari
hingga terbentuk monolayer, kultur kemudian dicuci dengan PBS dan diberi
perlakuan 50 µl ekstrak tanaman obat setiap sumuran baik dalam komposisi
tunggal maupun kombinasi selama 60 menit pada temperatur ruang. Sel kultur
kemudian dicuci dengan PBS dan diinfeksi virus H5N1 isolat 5 lokal (Cikole)
dengan dosis 1x10 TCID /0,1 50 ml/sumuran dan dibiarkan dalam temperatur
ruang selama 30 menit. Sel kultur selanjutnya dicuci lagi o dengan PBS dan
diinkubasi pada 37 C, CO 5% lalu 2 diamati selama 3-4 hari. Evaluasi potensi
tanaman obat berupa penghambatan infeksi virus H5N1 ke sel Vero diukur dengan
jumlah sel kultur terinfeksi dan terbentuk cytopathic effect (CPE).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai