Kesadaran
Skala koma Glasgow terdiri dari Mata (Eye), Respon motorik ( Motoric),
Respon verbal (verbal)
Komponen E memilki 4 tingkat penilaian (1-4), Komponen M memilki 6
tingkat penilaian (1-6), Komponen V memilki 5 tingkat penilaian (1-5)
Komponen
Membuka Mata • Spontan (1)
• Terhadap Suara(2)
• Terhadap tekanan kuku jari
(rangsang nyeri) (3)
• Tidak ada Respons (4)
Respons Verbal • Orientasi baik (5)
• Disorientasi (4)
• Kata-kata inkoheren (3)
• Suara yang tidak berbentuk kata-
kata(2)
• Tidak ada respon (1)
Respon motorik Terbaik • Mematuhi Perintah (6)
• Melokalisasi nyeri (5)
• Fleksi normal (4)
• Fleksi abnormal (dekortisasi) (3)
• Ektensi abnormal (deserebrasi) (2)
• Tak ada respon (1)
Full outline of unrensponsive (FOUR)
Score
Skala ini digunakan pada pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
skala koma glasgow ( trauma fasial), (afasia),
Four Score terdiri dari respon mata (E), motorik (M), Refleks batang otak (B)
dan pernapasan(R).
Setiap komponen memiliki skala 0 hingga 4, jumlah skor minimal 0 dan
maksimal 16
Komponen Nilai
Respon Mata (E)
Kelopak mata terbuka dan mengikuti objek, atau mengedipkan mata terhadap perintah 4
Kelopak mata terbuka, tetapi tidak mengikuti objek 3
Kelopak mata tertutup, tetapi membuka dengan suara keras 2
Kelopak mata tertutup, tetapi membuka dengan rangsangan nyeri 1
Kelopak mata tetap tertutup, walau dengan rangsangan nyeri 0
Respon Motorik
Memperagakan gerakan mengangkat ibu jari (thumbs up), tangan atau peace sign 4
Melokalisasi rangsangan nyeri 3
Respon fleksi terhadap rangsangan nyeri 2
Respn ekstensi terhadap rangsangan nyeri 1
Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri atau status mioklonikl umum 0
Refleks batang otak
Terdapat refleks pupil dan refleks kornea 4
Salah satu pupil dilatasi dan terfiksasi 3
Tidak terdapat refleks pupil atau refleks kornea 2
Tidak terdapat refleks pupil dan refleks kornea 1
Tidak ada refleks pupil, kornea dan batuk 0
Pernapasan
Tidak terintubasi, pola nafas teratur 4
Tidak terintubasi pola nafas cheyne stokes 3
Tidak terintubasi, pernapan ireguler 2
Terintubasi, pasien bernapas di atas laju nafas ventilator 1
Terintubasi, pasien bernapas sesuai laju napas ventilator atau apnea 0
Pemeriksaan tanda vital
Pada penurunan kesadaran semua pemeriksaan yang butuh atensi tidak dapat
dilakukan
Pemeriksaan tanda rangsang meningeal, beberapa saraf kranial, dan motorik
masih dapat dilakukan utnuk menegetahui letak lesi penurunan kesadaran
Pemeriksaan Saraf Kranial
Pupil
Dapat menentukan letak lesi intrakranial yang menyebabkan penurunan kesadaran.
Memilki komponen aferen N.II, dan eferen N.III
Dikatakan aniskokor apabila terdapat perbedaan lebih sama dengan 2 mm
Gaze dan gerakan ekstraokular
Adanya kelainan Gaze berupa deviasi konjugasi menandakan lesi di frontal eye field
lobus frontal atau ponms
Memegang kedua mata kemudian diamati posisi kedua bola mata saat netral
Pemeriksaan gerakan bola mata untuk mengevaluasi adanya fiksasi, tracking, roving eye
movement atau nystagmus pada lesi.
Refleks okulovestibular
• Komponen aferen N.VIII dan eferen N.III dan N. VI
• Dengan peemriksa mengaliri air dingin pada salah satu telinga
• Hasil postif berupa nistagmus fase cepat ke arah berlawanan dengan telinga yang
diirigasi, disertai deviaso konjugat lambat ke ke sisi telinga yang diirigasi
Refleks ancam
Memeilki komponen aferen N.II dan eferen N.VII
Memegang kedua kelopak agar terbuka kemudian dibaut gerakan cepat seperti
mengancam pasien
Hasil psotif ditandai kedipan mata
Hasil postif menunjukan lingkar reflek melaui jaras penglihatan, area visual di lobus
oksipital hingga pons masih intak
Funduskopi
Untuk mengevaluasi diskus optikus dan N. II
Dapat mengathui adanya papil edema yang menajadi tanda TIK
Reflek batuk
• Komponen aferen dan eferen refleks ini adalah N. X
• Pemeriksaan dilakukan pada pasien terintubasi dengan memasukan kateter penghisap
ke ke dalam trakea
• Hasil positif ditandai respon batuk
• Reflek ini akan positif bila lingkar reflek yang meallaui medula oblongata masih intak
Reflek Muntah
komponen aferen adalah N. IX dan eferen N.X
Dilakukan dengasn rangsangan pada dinding faring dengan spatula lidah atau kateter
penghisap
Hasil postif jika lingkar refleks melalui medula oblongata masih intak
Refleks okulosefalik
Pemeriksa menahan kedua kelopak mata pasien agar tetap terbuka, lalu menggerakan
kepala pasien cepat berotasi ke arah horizontal dan vertical
Hasil postif ditandai dengan gerakan keuda bolo mata ke arah berlawanan dari rotasi
kepala
Pemeriksaan Motorik
Jika pasien tidak dapat mengikuti perintah dapat diberikan rangsang nyeri
untuk menimbulkan respon
Respon ini dapat menentukan letak lesi dan tingkat keparahan penyakit.
Temua pada pasien penurunan kesadaran akibat proses herniasi serebri dari
kranial ke arah kaudal
Kondisi lain terkait penurunan kesadaran
Delirium
1. Terdapat gangguan atensi dan kewaspadaan terhadap lingkungan eksternal
2. Gangguan berlangsung dalam jangka pendek
3. Terdapat gangguan tambahan dari aspek kognitif ( defisit memori, bahasa, visuospasial)
4. Ganggian pada poin 2 dan 3 tidak bisa dijelaskan oelh kelainan neurokognitif yang sudah ada
5. Adanya bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau penunjangg yang menunjukan gangguan
disebabkan kondisi medis lain(intoksikasi, paparan toksin atau terkait beberapa etiologi
Physcogenic unresponsiveness
• Disebabkan oleh aspek psikis
• Pada pasien tidak ditemukan lesi struktural atau fungsional yang menyebabkan penurunan
kesadaran
Keadaan vegetatif
• Hilangnya kesdaran akan diri sendiri atau lingkungan atau tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain
• Hilangnya respon perilaku yang bersifat konsisten, volunter
• Hilangnya fungsi pemahaman dan ekspresi bahasa
• Keterjagaan sifat intermiten, terdapat siklus bangun tidur
• Masih terjaganya fungsi talaamus dan otonom batang otak
• Inkotinensia uri et alvi
• Masih terdapat refleks batang otak dan reflek spinal
Locked in Syndrome
• Sindrom ini ditandai kelupuhan keempat anggota gerak dan saraf kranial bagian bawah.
• Etiologi tersering adalah lesi di basis dan tegmentum pons bagian tengah
• Komponen ARAS dan korteks serebri tidak terlibat pada sindrom
• Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran
• Pasien tidak bisa memberikan respn maksimal terhadap rangsangan yang ada
• Biasanya komunikasi melaui kedipan mata
Mati Otak (brain death)
Koma (pasien haruus dalam tingkatan terendah berdasarkan skala GCS dan Four SCORE
Tidak ada refleks batang otak ( repon pupil terhadap cahaya, reflek okulosefalik,
kornea negatif,, tidak ada gerakan otot wajah, tidak ada reflek muntah dan batuk)
Apnea (pasien tidak memilki usaha bernapas