Anda di halaman 1dari 22

Pemeriksaan Kesadaran

Kesadaran

 Kesadaran didefinisikan sebagai keadaan sadar penuh (Full awareness)


seseorang terhadap dirinya dan hubungannya dengan lingkungan eksternal
 Seseorang sadar penuh memilki keterjagaan sendiri ( arousal) dan
kewaspadaan terhadap rangsangan dari lingkungan eksternal (alertness )
 Anatomi otak mengatur kesadaran meliputi ascending reticular activating
system (ARAS), talamus dan korteks hemisfer serebri bilateral
 Gangguan pada Aras, talamus bermanifestasi menjadi penurunan kesadaran
tanpa ada siklus bangun tidur dan tidak berespon terhadap stimuli eksternal
 Gangguan pada hemisfer serebri bermanifestasi gangguan pada fungsi kognitif
dan respon afektif terhadap stimuli
Pemeriksaan kesadaran

 Anamnesis, bertujuan untuk memastikan apakah pasien mengalami penurunan


kesadaran atau gangguan fungsi luhur
1. Alloanamnesa terhadap kelaurga pasien
2. Memastikan awitan (onset)
3. Orientasi tempat dan waktu
4. Siklus tidur
5. Interaksi dengan sekitar
6. Aktivitas
7. Penggunaan obat dan alkohol
8. Gejala neurologis
Pemeriksaan kesadaran

 Secara garis beras pemeriksaan kesadaran dibagi dalam 3 tahap , yaitu


observasi, Stimulasi, dokumentasi
 Pada tahap 1 dilakukan observasi atau inspeksi terhadap keterjagaan dan
kewaspadaan terhadap lingkungan
 Pada tahap 2 dilakukan Stimulasi jika pasien tidak memberikan respon yang
baik , pada tahap ini pemeriksa secara bertahap dengan suara dan rangsangan
rasa nyeri
 Tahap 3 dokumentasi
Penilaian kesadaran secara kualitatif
Tingkat Kesadaran Karakteristik
Koma 1. Hilangnya seluruh kesadaran yang ditandai tidak adanya respon
pasien terhadap diri dan lingkungan sekitar
2. Tidak ada siklus bangun tidur
3. Tidak ada gerakan motorik volunter

Stupor 1. Hilangnya sebagian kesadaran


2. Sulit untuk dibangunkan
3. Respon yang diberikan bersifat lambat dan inadekuat
4. Sesaat setelah respon diberikan, pasien segera kembali tidak
sadar
Somnolen Tidak terlalu sulit dibangunkan
Pasien dapat waspada penuh bila dibangunkan dengan rangsang
suara atau nyeri, tetapi kembali tidak sadar saat rangsangan tidak
ada atau ditinggal sendiri
Kompos Mentis Kondisi sadar penuh terhadap diri sendiri dan lingkungan eksternal
Penilaian kesadaran secara Kuantitaif

 Skala kuantitatif memilki kelemahan yaitu kurang sensitif dalam menilai


perubahan klinis
 Skala kunatitiaf harus valid, dapat diukur, mudah digunakan, dapat
diandalkan
 Terdapat 2 skala kesadaran kuantittif yang digunkan secara luas, yaitu Skala
koma Glasgow dan Full outline of unresponsive (FOUR) score
Skala Koma Glasgow

 Skala koma Glasgow terdiri dari Mata (Eye), Respon motorik ( Motoric),
Respon verbal (verbal)
 Komponen E memilki 4 tingkat penilaian (1-4), Komponen M memilki 6
tingkat penilaian (1-6), Komponen V memilki 5 tingkat penilaian (1-5)
Komponen
Membuka Mata • Spontan (1)
• Terhadap Suara(2)
• Terhadap tekanan kuku jari
(rangsang nyeri) (3)
• Tidak ada Respons (4)
Respons Verbal • Orientasi baik (5)
• Disorientasi (4)
• Kata-kata inkoheren (3)
• Suara yang tidak berbentuk kata-
kata(2)
• Tidak ada respon (1)
Respon motorik Terbaik • Mematuhi Perintah (6)
• Melokalisasi nyeri (5)
• Fleksi normal (4)
• Fleksi abnormal (dekortisasi) (3)
• Ektensi abnormal (deserebrasi) (2)
• Tak ada respon (1)
Full outline of unrensponsive (FOUR)
Score
 Skala ini digunakan pada pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
skala koma glasgow ( trauma fasial), (afasia),
 Four Score terdiri dari respon mata (E), motorik (M), Refleks batang otak (B)
dan pernapasan(R).
 Setiap komponen memiliki skala 0 hingga 4, jumlah skor minimal 0 dan
maksimal 16
Komponen Nilai
Respon Mata (E)
Kelopak mata terbuka dan mengikuti objek, atau mengedipkan mata terhadap perintah 4
Kelopak mata terbuka, tetapi tidak mengikuti objek 3
Kelopak mata tertutup, tetapi membuka dengan suara keras 2
Kelopak mata tertutup, tetapi membuka dengan rangsangan nyeri 1
Kelopak mata tetap tertutup, walau dengan rangsangan nyeri 0
Respon Motorik
Memperagakan gerakan mengangkat ibu jari (thumbs up), tangan atau peace sign 4
Melokalisasi rangsangan nyeri 3
Respon fleksi terhadap rangsangan nyeri 2
Respn ekstensi terhadap rangsangan nyeri 1
Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri atau status mioklonikl umum 0
Refleks batang otak
Terdapat refleks pupil dan refleks kornea 4
Salah satu pupil dilatasi dan terfiksasi 3
Tidak terdapat refleks pupil atau refleks kornea 2
Tidak terdapat refleks pupil dan refleks kornea 1
Tidak ada refleks pupil, kornea dan batuk 0
Pernapasan
Tidak terintubasi, pola nafas teratur 4
Tidak terintubasi pola nafas cheyne stokes 3
Tidak terintubasi, pernapan ireguler 2
Terintubasi, pasien bernapas di atas laju nafas ventilator 1
Terintubasi, pasien bernapas sesuai laju napas ventilator atau apnea 0
Pemeriksaan tanda vital

 Pemeriksaan tanda vital pada penurunan kesadandaapt menentukan letak lesi


dan tingkat keparahan
 Peningkatan tekanan darah biasanya mencerminkan stroke
 Pola nafas abnormal dapat mencerminkan gangguan batang otak
 Suhu dapat menentukan etiologi penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik umum

 Berfungsi mencari etiologi penurunan


kesadaran
 Secara menyeluruh dari hingga ekstremitas
bawah
Pemeriksaan neurologis

 Pada penurunan kesadaran semua pemeriksaan yang butuh atensi tidak dapat
dilakukan
 Pemeriksaan tanda rangsang meningeal, beberapa saraf kranial, dan motorik
masih dapat dilakukan utnuk menegetahui letak lesi penurunan kesadaran
Pemeriksaan Saraf Kranial

 Pupil
 Dapat menentukan letak lesi intrakranial yang menyebabkan penurunan kesadaran.
 Memilki komponen aferen N.II, dan eferen N.III
 Dikatakan aniskokor apabila terdapat perbedaan lebih sama dengan 2 mm
 Gaze dan gerakan ekstraokular
 Adanya kelainan Gaze berupa deviasi konjugasi menandakan lesi di frontal eye field
lobus frontal atau ponms
 Memegang kedua mata kemudian diamati posisi kedua bola mata saat netral
 Pemeriksaan gerakan bola mata untuk mengevaluasi adanya fiksasi, tracking, roving eye
movement atau nystagmus pada lesi.
 Refleks okulovestibular
• Komponen aferen N.VIII dan eferen N.III dan N. VI
• Dengan peemriksa mengaliri air dingin pada salah satu telinga
• Hasil postif berupa nistagmus fase cepat ke arah berlawanan dengan telinga yang
diirigasi, disertai deviaso konjugat lambat ke ke sisi telinga yang diirigasi

 Refleks ancam
 Memeilki komponen aferen N.II dan eferen N.VII
 Memegang kedua kelopak agar terbuka kemudian dibaut gerakan cepat seperti
mengancam pasien
 Hasil psotif ditandai kedipan mata
 Hasil postif menunjukan lingkar reflek melaui jaras penglihatan, area visual di lobus
oksipital hingga pons masih intak

 Funduskopi
 Untuk mengevaluasi diskus optikus dan N. II
 Dapat mengathui adanya papil edema yang menajadi tanda TIK
 Reflek batuk
• Komponen aferen dan eferen refleks ini adalah N. X
• Pemeriksaan dilakukan pada pasien terintubasi dengan memasukan kateter penghisap
ke ke dalam trakea
• Hasil positif ditandai respon batuk
• Reflek ini akan positif bila lingkar reflek yang meallaui medula oblongata masih intak

 Reflek Muntah
 komponen aferen adalah N. IX dan eferen N.X
 Dilakukan dengasn rangsangan pada dinding faring dengan spatula lidah atau kateter
penghisap
 Hasil postif jika lingkar refleks melalui medula oblongata masih intak

 Refleks okulosefalik
 Pemeriksa menahan kedua kelopak mata pasien agar tetap terbuka, lalu menggerakan
kepala pasien cepat berotasi ke arah horizontal dan vertical
 Hasil postif ditandai dengan gerakan keuda bolo mata ke arah berlawanan dari rotasi
kepala
Pemeriksaan Motorik

 Jika pasien tidak dapat mengikuti perintah dapat diberikan rangsang nyeri
untuk menimbulkan respon
 Respon ini dapat menentukan letak lesi dan tingkat keparahan penyakit.
 Temua pada pasien penurunan kesadaran akibat proses herniasi serebri dari
kranial ke arah kaudal
Kondisi lain terkait penurunan kesadaran

 Delirium
1. Terdapat gangguan atensi dan kewaspadaan terhadap lingkungan eksternal
2. Gangguan berlangsung dalam jangka pendek
3. Terdapat gangguan tambahan dari aspek kognitif ( defisit memori, bahasa, visuospasial)
4. Ganggian pada poin 2 dan 3 tidak bisa dijelaskan oelh kelainan neurokognitif yang sudah ada
5. Adanya bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau penunjangg yang menunjukan gangguan
disebabkan kondisi medis lain(intoksikasi, paparan toksin atau terkait beberapa etiologi
 Physcogenic unresponsiveness
• Disebabkan oleh aspek psikis
• Pada pasien tidak ditemukan lesi struktural atau fungsional yang menyebabkan penurunan
kesadaran
 Keadaan vegetatif
• Hilangnya kesdaran akan diri sendiri atau lingkungan atau tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain
• Hilangnya respon perilaku yang bersifat konsisten, volunter
• Hilangnya fungsi pemahaman dan ekspresi bahasa
• Keterjagaan sifat intermiten, terdapat siklus bangun tidur
• Masih terjaganya fungsi talaamus dan otonom batang otak
• Inkotinensia uri et alvi
• Masih terdapat refleks batang otak dan reflek spinal
 Locked in Syndrome
• Sindrom ini ditandai kelupuhan keempat anggota gerak dan saraf kranial bagian bawah.
• Etiologi tersering adalah lesi di basis dan tegmentum pons bagian tengah
• Komponen ARAS dan korteks serebri tidak terlibat pada sindrom
• Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran
• Pasien tidak bisa memberikan respn maksimal terhadap rangsangan yang ada
• Biasanya komunikasi melaui kedipan mata
 Mati Otak (brain death)
 Koma (pasien haruus dalam tingkatan terendah berdasarkan skala GCS dan Four SCORE
 Tidak ada refleks batang otak ( repon pupil terhadap cahaya, reflek okulosefalik,
kornea negatif,, tidak ada gerakan otot wajah, tidak ada reflek muntah dan batuk)
 Apnea (pasien tidak memilki usaha bernapas

Anda mungkin juga menyukai