Anda di halaman 1dari 16

DEMAM TIFOID

Disusun Oleh:
Adi Gunawan
Dewi Solekha
Wahyu Agung N.
PENGERTIAN

• Typhus abdominalis atau demam tifoid merupakan penyakit infeksi


akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran yang disebabkan oleh Salmonella typhi
(S.Typhi). Bakteri tersebut terkait dengan bakteri Salmonella yang
menyebabkan keracunan makanan. S. Typhi biasanya hidup pada
tubuh manusia dan ditularkan melalui kotoran seseorang (feses) atau
air kencing (urine).
ETIOLOGI

• Salmonella typhosa yang juga dikenal dengan nama salmonella typhi


merupakan mikroorganisme patogen yang berada di jaringan limfatik
usus halus, hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini
berupa Gram-negatif yang akan nyaman dalam suhu tubuh manusia.
Kuman ini akan mati pada suhu 70oC dan dengan pemberian
antiseptik. Masa inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada
juga yang memiliki masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan
paling panjang yaitu 60 hari.
PATOFISIOLOGI

• Kuman Salmonella typhosa masuk ke saluran pencernaan, khususnya


usus halus bersama makanan, melalui pembuluh limfe. Kuman ini
masuk atau menginvasi jaringan limfoid mesentrika. Di sini akan
terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman yang berada pada jaringan
limfoid tersebut masuk ke peredaran darah menuju hati dan limpa. Di
sini biasanya pasien merasakan nyeri. Kuman tersebut akan keluar dari
hati dan limpa. Kemudian, akan kembali ke usus halus dan kuman
mengeluarkan endotoksin yang dapat menyebabkan reinfeksi di usus
halus.
LANJUTAN….

• Kuman akan berkembang biak di sini. Kuman Salmonella typhosa dan


endotoksin merangsang sintesis dan pelepasan pirogen yang akhirnya
beredar di darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di
hipotalamus yang menimbulkan gejala demam. Kuman menyebar ke
seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah serta dapat
menyebabkan terjadinya tukak mukosa yang mengakibatkan
perdarahan dan perforasi.
MANIFESTASI KLINIS

• Demam tinggi kurang lebih satu minggu


• Nyeri kepala
• Gangguan saluran pencernaan (mual, muntah, nyeri ulu hati, perut kembung,
anoreksia, lidah tifoid, diare, konstipasi)
• Gangguan kesadaran (apatis, somnolen)
• Terjadi kejang (pada anak yang demam tinggi)
• Hepatomegali
• Spelnomegali
• Roseola (bitnik kecil kemerahan)(tidak semua pasien ada)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan peningkatan leukosit


atau leukositosis (20.000-25.000/mm3). Laju endap darah meningkat
dan terdapat gambaran leukosit normokromik normositik. Selain itu,
juga dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif, perlu
dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan serologis.
LANJUTAN…

• Pemeriksaan bakteriologis dilakukan melalui biakan darah, feses, urin,


sumsum tulang belakang ataupun duodenum. Pada pasien demam
tifoid, biasanya dilakukan biakan darah pada minggu pertama,
sedangkan biakan feses dilakukan pada minggu kedua, dan biakan
urin dilakukan pada minggu ketiga. Pada pemeriksaan serologis, yang
digunakan yaitu tes widal, dengan dasar reaksi aglutinasi antara
antigen Salmonella typhosa dan antibodi pada serum pasien. Tes widal
dilakukan beberapa kali, karena jika hanya dilakukan satu kali saja,
maka pemeriksaan tersebut belum bisa dijadikan standar untuk
menentukan diagnosis demam tifoid.
PENATALAKSANAAN
• Obat-obat antibiotika yang biasa digunakan adalah koram penikol, tiam fenikal, kotra
maksazol, ampizilin, dan amoksilin.
• Anti piretika.
• Bila perlu diberikan laksansia.
• Tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus.
• Diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam bentuk saring atau
lemak.
• Makanan dapat ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan gastra intestinal sampai
makanan biasa.
• Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi.
• Transfusi bila diperlukan pada komplikasi perdarahan.
KOMPLIKASI

• Perdarahan
• Perforasi
• Peritonitis
• Syok neurogenik
• Bronkhitis
• Kolelitasis
• Peradangan pada meningen
• miokarditis
PENGKAJIAN FOKUS

• Kaji keluhan pasien


• Kaji riwayat demam
• Kaji riwayat penyakit sekarang
• Kaji riwayat penyakit dahulu
• Lakukan pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS DAN INTERVENSI

Diagnosis 1: hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi


Intervensi:
1. kaji keluhan pasien, rasa haus.
2. kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang hipertermia.
3. observasi suhu tubuh, pernapasan, denyut nadi, tekanan darah setiap 4 jam.
4. kompres dengan air dingin biasa tanpa es (suhu ruangan).
5. berikan cairan yang adekuat. Bila perlu tambahkan cairan intravena.
6. lakukan water tepid sponge (seka).
7. kenakan anak pakaian tipis dan menyerap keringat.
8. berikan antipiretik bila perlu.
Diagnosis 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
kurang
Intervensi:
1. kaji keluahan mual atau nyeri pada anak.
2. observasi status nutrisi meningkat.
3. izinkan anak mengonsumsi makanan sesuai yang ditoleransi anak.
4. berikan makanan padat secara dini apabila anak sadar.
5. jika anak tidak sadar, maka berikan anak makanan cair.
6. berikan susu 2 gelas sehari.
7. tambahkan suplemen untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan meningkatkan selera
makan.
8. pertahankan kebersihan mulut anak.
9. anjurkan orangtua untuk memberikan makan dengan porsi sedikit tapi sering.
10. jelaskan pentingnya nutrisi bagi kesehatan dan kesembuhan penyakit.
Diagnosis 3: Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan
cairan dan peningkatan suhu tubuh.
Intervensi:
1. observasi tanda-tanda kurang cairan (bibir pecah-pecah, produksi urin turun, dan
turgor tidak elastis).
2. observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) setiap 4 jam.
3. pantau asupan dan pengeluaran.
4. kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat dengan memperhatikan suhu tubuh
normal.
5. berikan minum yang banyak sesuai toleransi anak.
6. berikan susu 2 gelas sehari.
7. berikan cairan parenteral sesuai petunjuk.
8. jelaskan manfaat minum/ pemberian cairan bagi kesehatan tubuh.
9. anjurkan orangtua untuk selalu memotivasi dan memberikan minum pada anak.
Diagnosis 4: Risiko terjadi komplikasi (cedera) berhubungan dengan kemampuan
kuman dalam merusak sistem dan daya tahan tubuh yang rendah.
Intervensi:
1. kaji keluhan pasien.
2. observasi tanda-tanda komplikasi (perdarahan dan perforasi).
3. berikan istirahat yang cukup pada pasien.
4. lakukan mobilisasi secara bertahap, 7 hari setelah bebas demam.
5. ajarkan orangtua teknik merawat pasien secara aseptik.
6. libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
7. berikan antibiotik sesuai indikasi.
PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai