Anda di halaman 1dari 15

Obat Premedikasi

Disusun Oleh :

Anita Indah Fitrianti 1102013034

Pembimbing
Letkol CKM dr. Agus S. Sp.An
dr. Budi Pratama Sp.An, M.kes
Pendahuluan Meredakan kecemasan dan ketakutan

Memperlancar induksi anastesia

Premedikasi adalah pemberian obat 1- Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan


2 jam sebelum induksi anastesia bronkus
dengan tujuan untuk melancarkan
Meminimalkan jumlah obat anastetik
induksi, rumatan dan bangun dari
anastesi
Mengurangi mual-muntah pasca bedah

Menciptakan amnesia

Mengurangi isi cairan lambung


Mengurangi refleks yang
membahayakan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Premedikasi

 Status mental dan fisik pasien


 Masalah kesehatan pada pasien
 Keahlian dari dokter anastesi
 Kebutuhan saat operasi

CARA MULA KERJA MASA KERJA


Oral 1-2 jam 6-8 jam
Waktu Intravena ± 2-5 menit ± 2-3 jam
Pemberian
Intramuskular ± 30-60 menit 4-6 jam
Premedikasi
Supositoria 10-15 menit 4-8 jam
Jenis-jenis Obat Premedikasi

 Antikolinergik : atropine sulfate


 Sedasi : Barbiturat, benzodiazepine
 Analgetik : opioid dan NSAID
 Antiemetik :antihistamin, 5ht antagonis, ondansetron, metoklopramid
 Obat lainnya : antihipertensi, anti aritmia, bronkodilator
Obat Sedasi: Barbiturat

 Turunan barbiturat dengan masa kerja panjang ( 6 jam atau lebih).


Contohnya: barbiturat, metarbital, fenobarbital.
 Turunan barbiturat dengan masa kerja sedang (3-6 jam). Contohnya:
alobarbital, amobarbital, aprobarbital, dan butabarbital.
Berdasarkan  Turunan barbiturat dengan masa kerja pendek (0,5-3 jam). Contoh:
masa kerjanya sekobarbital dan pentobarbital.
 Turunan barbiturat dengan masa kerja sangat pendek (<0,5 jam ).
Contoh: tiopental untuk anastesi umum

Barbiturat harus dibatasi penggunaannya hanya untuk jangka waktu pendek karena memiliki efek samping
Obat Sedasi: Barbiturat

Mekanisme kerja:
Kapasitas barbiturat membantu kerja GABA sebagian
menyerupai benzodiazepine, namun pada dosis yang
lebih tinggi bersifat sebagai agonis GABA-nergik
depresi SSP yang berat.
Obat Sedasi: benzodiazepin (Midazolam)
Termasuk benzodiazepin kerja singkat yang memiliki sifat antiansietas, sedatif, amnesik, antikonvulsan, dan sifat
relaksan otot rangka.

Dosis Farmakokinetik
 IM: 2,5-10,0 mg (0,05-0,2 mg/kg)
 Awitan aksi: IV, 30 detik-1 menit; IM, 15 menit; intranasal < 10
 PO, dewasa : 0,25-1,0 mg/kg (20-40 mg)
menit.
 PO, anak-anak : 0,25-0,5 mg/kg (dosis
 Lama aksi: IV/IM, 15-80 menit; PO/rektal, 2-6 jam
maksimum 20 mg).
 interaksi/toksisitas: efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi
 Intranasal : 0,2-0,3 mg/kg.
oleh alkohol, narkotik, sedatif, anestetik voliatil.
 Rektal: 15-20 mg (0,3-0,35 mg/kg).
Larutkan dalam 5 ml saline normal.
 Sedasi sadar: IV, 0,5-5 mg (0,025-0,1
mg/kg) Mekanisme kerja: benzodiazepine meningkatkan kepekaan reseptor
GABA terhadap neurotransmitter kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasi post sinaptik membran sel.
Obat Sedasi: benzodiazepin (Midazolam)
Efek lain yang tersering:

 Kardiovaskular: takikardia, episode vasovagal, komplkes


ventrikel prematur, hipotensi.
 Pulmonal: bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi.
 SSP: euforia, timbulnya delirium, prolonged emergence, gerakan
tonik klonik, agitasi, hiperaktivitas
 Gastrointestinal: salivasi, muntah-muntah, pengecap asam
 Dermatologik: ruam, pruritus, terasa hangat atau dingin pada
tempat suntikan.
OPIOID

Morfin Petidin Fentanyl


Obat Analgetik: Morfin
 Penggunaan: pramedikasi, analgesia, anastesia, pengobatan nyeri yang berkaitan dengan
iskemia miokard dan untuk dispnea yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dan edema
paru.
 Dosis: IV: 2,5-15 mg (Anak-anak 0,05-0,2 mg/kg; max: 15 mg)
 Morfin menimbulkan analgesia, rasa mengantuk, euforia, penurunan tahanan perifer (dilatasi
arteriol dan venosa)

Farmakokinetik

 Awitan aksi: IV < 1 menit


 Lama aksi: IV/IM/SK, 2-7 jam
 interaksi/toksisitas: efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi
oleh alkohol, narkotik, sedatif, antihistamin, fenotiazin.
Obat Analgetik: Morfin
Efek lain yang tersering:

 Kardiovaskular: hipotensi, hipertensi, bradikardia, aritmia,


kekakuan dinding dada.
 Pulmonal: bronkospasme, laringospasme.
 SSP: Penglihatan kabur, sinkope, euforia, disforia
 GU: Retensi urin, efek antidiuretik, spasme ureter
 GI: spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah,
penundaan pengosongan lambung.
 Mata : miosis
Obat Analgetik: Fentanil

 Penggunaan: analgesia, anestesia


 Dosis: IV/IM, 25-100 mikrogram (0,7-2 mikrogram/kg)
 Fentanil adalah turunan fenilpepiredin.
 Fentanil 75-125 kali lebih poten dibanding morfin.
 Fentanil meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi

Farmakokinetik

 Awitan aksi: IV dalam 30 detik; IM < 8 menit


 Lama aksi: IV, 30-60 menit, IM, 1-2 jam
 interaksi/toksisitas: efek mendepresi sirkulasi dan ventilasi
dipotensiasi oleh narkotik, sedatif.
Obat Analgetik: Fentanil
Efek lain yang tersering:

 Kardiovaskular: hipotensi, bradikardia.


 Pulmonal: depresi pernapasan, apnea
 SSP: pusing, Penglihatan kabur, kejang
 GI: mual, emesis, penundaan pengosongan lambung, spasme
traktus biliaris
 Mata : miosis
 Muskuloskletal: kekakuan otot
Obat Analgetik: Petidin

 Efek analgesik lebih pendek dari morfin dan << spasm otot.
 Jarang digunakan karena tidak efektif
 Hanya golongan meperidine (petidin) yang menurunkan kontraksi jantung
Bekerja pada receptor K

Farmakokinetik
- Absorbsi: PO 35-75% kemudian melambat
- Distribusi: luas. Pada orang hamil plasenta dan ASI
- Biotransformasi: metabolisme di hati menjadi normeperidine. Efek puncak
analgesik 1-2 jam setelah PO, dan <30 menit IV.
- Dosis: dewasa 50-100 mg IM/IV
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai