Anda di halaman 1dari 26

MYELITIS

Oleh
Sinta Oktaria Candra 17360366

Pembimbing
dr. Joyce Kambodji,Sp.S
PENDAHULUAN
Pada abad ke-19, hampir semua penyakit pada medulla
spinalis disebut myelitis. Dalam Dercum’s Of Nervous
Diseases pada 1895, Morton Prince seorang ahli neuro
pernah menulis tentang myelitis traumatik, myelitis
kompresif dan sebagainya, yang memberikan kejelasan
tentang arti terminologi tersebut. Dengan bertambah
majunya pengetahuan neuropatologi, satu persatu
penyakit diatas dapat diseleksi hingga yang tergolong
benar-benar karena radang atau inflamasi saja yang
masih tertinggal
DEFINISI
Menurut Plum dan Olsen (1981)
serta Banister (1978) myelitis
adalah terminologi nonspesifik,
yang artinya tidak lebih dari radang
medulla spinalis. Tetapi Adams dan
Victors (1985) menulis bahwa
myelitis adalah proses radang
infektif maupun non-infektif yang
menyebabkan kerusakan hingga
nekrosis pada substansia grisea dan
alba.

Myelitis adalah kelainan neurologi


pada medulla spinalis (myelopati)
yang disebabkan proses inflamasi
(NINDS 2012).
KLASIFIKASI

• Akut
Onset • Sub Akut
• Kronis

• Myelitis Transversa
Lokasi • Poliomyelitis
• Leukomyelitis
Myelitis Transverse (MT)
Myelitis Transverse (MT)
adalah kelainan neurologi yang
disebabkan oleh peradangan
sepanjang medula spinalis baik
melibatkan satu tingkat atau
segmen dari medulla spinalis.
Istilah myelitis menunjukkan
peradangan pada medulla
spinalis, transversa
menunjukkan posisi dari
peradangan sepanjang
medulla spinalis.
EPIDEMIOLOGI
• Insiden MT dari seluruh usia anak
hingga dewasa dilaporkan
sebanyak 1-8 juta orang di
Amerika Serikat, sekitar 1400
kasus baru MT pertahun yang di
diagnosa di Amerika Serikat.
Sebanyak 3400 orang dewasa dan
anak-anak menderita gejala sisa
MT berupa cacat sekunder. Sekitar
20% dari MT terjadi pada anak-
anak. MT memiliki puncak
insidensi yang berbeda yaitu umur
: 10-19 dan 30-39 tahun. Ini
menunjukkan tidak ada faktor
predileksi seperti : ras, familial,
atau jenis kelamin pada kasus MT.
sehingga antara laki-laki dan
perempuan mempunyai risiko
yang sama untuk menderita MT.
ETIOLOGI
Virus, bakteri, jamur,
maupun parasit, human
immunodeficiency virus
(HIV), varicella zoster,
cytomegalovirus, dan TBC.
Dapat juga disebabkan
oleh faktor non-infeksi
atau melalui jalur
inflamasi.
Faktor etiologi lain seperti
SLE, multiple sklerosis,
Sindrom Sjogren.
Pasca infeksiosa dan pasca
vaksinasi
PATOFISIOLOGI
Pada kasus MT post infeksi, mekanisme sistem
imun baik pada viral atau infeksi bakteri
tampaknya berperan penting dalam
menyebabkan kerusakan saraf spinal. Rangsangan
sistem imun sebagai respon terhadap infeksi
menunjukkan bahwa suatu reaksi autoimun yang
bertanggung jawab. Molekuler mimikri dari viral
dapat menstimulasi generasi antibodi yang dapat
memberikan reaksi silang dengan antigennya
sendiri, menghasilkan formasi imun kompleks dan
aktivasi dari complement-mediated atau cell
mediated yang dapat menimbulkan cedera
terhadap jaringannya sendiri. Infeksi juga dapat
menyebabkan kerusakan langsung jaringan saraf
tulang belakang.
TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala sensorik MT
Gejala-gejala motorik MT
• Mengalami tingkatan kelemahan yang
• Nyeri
bervariasi pada kaki dan lengan.
• Parastesia yang medadak
• Kebas, perasaan geli, kedinginan atau •Beberapa minggu penyakit tersebut
perasaan terbakar.
secara progresif berkembang menjadi
• Mengalami kepekaan yang tinggi terhadap
kelemahan kaki secara menyeluruh.
sentuhan.
• Mengalami kepekaan yang tinggi terhadap
• Paraparesis (kelemahan pada sebagian
perubahan temperatur atau suhu panas
atau dingin.
kaki).

Gejala-gejala otonom MT
•Gangguan fungsi kandung kemih seperti retensi urin dan BAB.

•Gangguan pasase usus dan disfungsi seksual sering terjadi.

•Tergantung pada segmen medulla spinalis yang terlibat, beberapa


penderita mengalami masalah dengan sistem respiratori.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• MRI
• CT-Myelografi
• Pungsi Lumbal
• Kultur CSF, PCR, Titer Antibodi
Lanjutan..
Kemungkinan penyebab Pemeriksaan penunjang
Infeksi Serologi darah : kultur, serologi, dan PCR,
CSF, foto thorax dan pemeriksaan imaging
lainnya dengan indikasi

Autoimun sistemik atau penyakit inflamasi Pemeriksaan fisik, pemeriksaan serologi,


foto thorax dan sendi, pemeriksaan imaging
lainnya dengan indikasi

Paraneoplastik Foto thorax, CT Scan, PET, antibody


paraneoplastik serum dan CSF
Post infeksi atau post vaksinasi Anamnesis riwayat infeksi dan vaksinasi
sebelumnya, konfirmasi serologi adanya
infeksi, ekslusi penyebab lain

MRI otak dengan kontras gadolinium, CSF


Acquried CNS Demyelinating Disease rutin, pemeriksaan visual evoked potential
(sklerosis multiple, optik neuromyelitis)
DIAGNOSA BANDING
Inflamasi Non-inflamasi

Kompresi Penyakit demielinisasi


•Osteofit •Sklerosis multiple
•Diskus •Optik neuromyelitis
•Metastasis •Ensefalomyelitis diseminata akut
•Trauma •Myelitis transversa akut idiopatik

Tumor Infeksi
•Virus : CMV, varisella
•Tuberculosis
•Mikoplasma

Sindrom paraneolastik Penyakit inflamasi


•SLE
•Neurosarkoidosis
PENANGANAN

• Imunoterapi awal
• Plasma exchange
• Penanganan gejala dan komplikasi MT
• Kelemahan motorik dan komplikasi imobilisai
• Kelainan tonus otot
• Nyeri
• Disfungsi kandung kemih dan usus
PROGNOSIS

Pemulihan harus dimulai dalam enam bulan,


dan kebanyakan pasien menunjukkan
pemulihan fungsi neurologinya dalam 8
minggu. Pemulihan mungkin terjadi cepat
selama 3-6minggu setelah onset dan dapat
berlanjut lebih lambat sampai 2 tahun. Pada
penderita ini kemajuan pengobatan tampak
pada 2 minggu terapi.
Poliomielitis merupakan POLIOMYELITIS
penyakit menular akut yang
disebabkan oleh virus
dengan predileksinya
merusak sel anterior masa
kelabu sumsum tulang
belakang (anterior horn
cells of the spinal cord) dan
batang otak (brain stem);
dengan akibat kelumpuhan
otot-otot dengan distribusi
dan tingkat yang bervariasi
serta bersifat permanen.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit poliomyelitis tersebar diseluruh dunia.
Manusia merupakan satu-satunya reservoir penyakit
ini. Dinegara mempunyai 4 musim, penyakit ini lebih
sering terjadi dimusim panas, sedangkan dinegara
tropis musim tidak berpengaruh.
Pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an
epidemi poliomyelitis secara teratur ditemukan di AS
dengan 15.000-21.000 kasus kelumpuhan setiap
tahunnya. Pada ahun 1920, 90% kasus polio terjadi
pada anak <5 tahun, sedangkan diawal tahun 1950an,
kejadian tertinggi adalah pada usia 5-9tahun, bahkan
belakangan ini lebih dari sepertiga kasus terjadi pada
usia >15 tahun.
ETIOLOGI
Secara serologi virus polio dibagi menjadi
3 tipe, yaitu:
• Tipe I Brunhilde
• Tipe II Lansing
• Tipe III Leoninya

Tipe I yang paling sering menimbulkan


epidemi yang luas dan ganas.
Risiko
terjadinya
polio
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIS
• Poliomyelitis asimtomatis : setelah masa inkubasi
6-20 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan
tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala
klinis sama sekali.
• Poliomyelitis abortif : timbul mendadak langsung
beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala
berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia,
nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan,
konstipasi dan nyeri abdomen. Diagnosa pasti
hanya dengan menemukan virus pada biakan
jaringan.
• Poliomyelitis non paralitik : gejala klinik hampir
sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri
kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini
timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi
demam atau masuk kedalam fase ke-2 dengan
nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada
batang otak, ganglion spinal dan kolumna
posterior.
• Poliomyelitis paralitik : gejala klinisnya sama
seperi poliomyelitis non paralitik disertai dengan
kelemahan satu atau beberapa kelumpuhan otot
skelet atau kranial.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
• Bentuk spinal : gejala kelamahan/paralisis atau
paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafrgama,
thoraks dan terbanyak ekstremitas bawah.
• Bentuk bulbar : gangguan motorik satu atau lebih
syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat
vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
• Bentuk bulbospinal : didapatkan gejala campuran
antara bentuk spinal dan bentuk bulbar. Kadang
ensepalitik dapat disertai gejala delirium,
kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
PENATALAKSANAAN
Infeksi Abortif
• Istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur normal. Kalau
perlu dapat diberikan analgesik, sedatif. Jangan melakukan aktifitas
selama 2minggu-2bulan kemudian pemeriksaan neuro-
muskulosketal untuk mengetahu adanya kelainan.
non paralitik
• sama dengan tipe abortif. Pemberian analgesik 15-30 menit setiap
2-4jam. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul tapi
dapat mengurangi deformitas yang ada.
Paralitik
• Harus dirawat dirumah sakit karena sewaktu-waktu dapat terjadi
paralisis pernapasan, dan untuk ini harus diberikan pernapasan
mekanis. Bila rasa sakit telah hilang dapat dilakukan fisioterapi pasif
dengan menggerakkan kaki/tangan.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung kepada jenis polio
(subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan
bagian tubuh yang terkena. Prognosis jelek
pada bentuk bulbar, kematian biasanya
karena kegagalan fungsi pusat pernapasan
atau infeksi sekunder pada jalan napas.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai