Anda di halaman 1dari 97

 Traktus Digestivus :

◦ saluran muskulo-membraneus ---> dari mulut –


anus
◦ mengaduk, menggiling, mencerna, dan menyerap
makanan
◦ mengeluarkan hasil buangan yg tdk berguna
(bentuk padat)
 Fungsi pencernaan bertujuan untuk memberi
tubuh :
◦ suplai air yang kontinyu
◦ elektrolit-elektrolit
◦ bahan makanan sebagai sumber energi

 Untuk mencapai tujuan :


◦ makanan harus melalui sal. pencernaan dg
kecepatan tertentu
◦ cukup cepat untuk memindahkan makanan
◦ tetapi cukup lambat untuk proses pencernaan dan
penyerapan.
1. Gerakan makanan sepanjang saluran
pencernaan
2. Sekresi liur pencernaan ---> Proses
pencernaan
3. Absorbsi
 Berdasarkan fungsinya sal. pencernaan dibagi
4 bagian, tiap bagian beradaptasi untuk
fungsi yg khusus, sbb :
1. Merupakan saluran sederhana ----> esofagus
2. Tempat reservoir/menyimpan ; makanan
(lambung), dan bahan feses (kolon desendens)
3. Tempat mencerna makanan (mulut, lambung,
duodenum, jejunum, ileum)
4. Tempat absorbsi (seluruh intestinum tenue dan
setengah bagian proksimal kolon)
◦ dilaksanakan oleh lapisan otot polos pada saluran
pencernaan.
◦ Kontraksinya tonik, berirama/ritmis, dengan
kecepatan tertentu
◦ disesuaikan dengan fungsinya (mendorong atau
mencampur).
 Di sepanjang saluran pencernaan mulai dari
dinding esofagus sampai anus
 Pleksus saraf intramural yg t.a. 2 lapisan
neuron yaitu :
◦ Pleksus mienterikus (pleksus Auerbach) : letak di
antara lapisan otot polos sirkuler dan otot polos
longitudinal ---> sifat motoris
◦ Pleksus submukosa (pleksus Meissner) : letak di
dlm lapisan submukosa ---> sifat sensoris
 Perangsangan pleksus mienterikus --->
keaktifan sal. pencernaan ---> 4 efek :
1. Tonus dinding saluran pencernaan
2. Intensitas kontraksi ritmis
3. Kecepatan hantar gelombang perangsangan
sepanjang sal. pencernaan
4. Kecepatan kontraksi ritmis.
 Saluran pencernaan mendapat persarafan
otonom (parasimpatis dan simpatis) yang
dapat mengubah keaktifan seluruh saluran
atau bagian tertentu.
Proses mengunyah.
 Merupakan proses mekanik pertama yang
dialami makanan  di mulut  dg gigi-gigi
 Tujuan :
◦ menghancurkan makanan
◦ memungkinkan saliva melicinkan dan membasahi
makanan
◦ mencampur makanan rata dengan bahan yg tdp
dlm saliva.
◦ Enzim ptyalin melaksanakan pencernaan KH seacra
enzimatis (kimiawi).
 Fase oral/buccal ; volunteer, mendorong
bolus makanan di rongga mulut menuju
faring
 Fase faringeal ; involunter, memindahkan
makanan melalui faring menuju esofagus ---
> berlangsung < 2 detik shg tdk
mengganggu pernafasan ---> pendekatan
pita suara dan epiglottis mencegah makanan
masuk trakhea.
 Fase esofageal ; involunter, meneruskan
makanan melalui esophagus menuju lambung
• Refleks menelan dikoordinasi
sedemikian rupa shg makanan
hanya masuk ke esofagus.

• Fungsi utama esofagus :


◦ menyalurkan makanan dari faring ke lambung
◦ gerakannya khusus disesuaikan untuk fungsi
tersebut.
◦ peristaltic primer : lanjutan gelomb. peristaltic yg
mulai di faring ---> merupakan gerakan yg
menyertai gerak menelan dg ada/ tidak ada
makanan.
◦ peristaltic sekunder ---> konstriksi esofagus
akibat kontraksi otot polos esofagus, sedangkan
didepannya terjadi relaksasi.
◦ Kontraksi & relaksasi berjalan sepanjang esofagus-
-> sampai di kardia
◦ Gelombang relaksasi melemaskan sfingter kardia.
◦ Jadi yg mendorong bolus adalah fase kontraksi, yg
memudahkan jalan bolus ialah fase relaksasi
 Keadaan sfingter gastroesofageal gagal melemas
---> bolus yg ditelan sukar lewat memasuki
lambung,
 Penyaluran makanan dari esofagus ke lambung
terhalang bahkan mungkin terjadi hambatan total
 Penyebab : rusaknya pleksus mienterikus
 Esofagus bag. bawah tdk mampu menyalurkan
gelombang peristaltic ---> sfingter
gastroesofageal tidak dapat melemas.
 Akibatnya bolus sukar masuk lambung,
menumpuk di esophagus bagian bawah --->
berdilatasi scr progresif, membesar ---> ‘mega
esofagus’.
 Dlm keadaan normal
sfingter kardia berada dlm kontraksi tonik, --
-> bagian esofagus yg lain relaksasi
sempurna.
 Gelombang peristaltic yg terjadi selama
proses menelan, berjalan ke bawah,
melemaskan sfingter dan memungkinkan
makanan yang ditelan didorong ke lambung.
 Fungsi utama : mencegah isi lambung tdk
kembali ke esofagus.
 Keadaan lambung kosong, otot-otot lambung
jarang memperlihatkan ketidak aktifan yg
sempurna.
 Keaktifan meningkat selama proses
pencernaan di lambung.
 Terdapat hubungan antara kontraksi lambung
kosong dengan sensasi lapar (kontraksi
lapar).
 Kontraksi lapar pada tonus lambung yang
tinggi disertai tetani tidak sempurna dapat
berlangsung sampai 5 menit.
 Jika lambung terisi, bolus yang mula-mula
masuk merupakan lapisan di sepanjang
kurvatura mayor.
 Bolus yang masuk berikutnya membentuk
lapisan di atasnya, dan yang terakhir terletak
di dekat kardia.
 Pepsin dan HCl lambung bekerja pada lapisan
pertama, sedangkan makanan yang masuk
terakhir belum dipengaruhi oleh secret
lambung, sehingga pencernaan oleh saliva
masih terus berlangsung.
 Gelombang mendorong makanan di lambung
merupakan peristaltic kuat
 Menyebar ke antrum dan pylorus bahkan dpt
mencapai duodenum.
 Karena kanalis pylorus sempit dan sebagian
menutup, maka pada setiap gelombang
peristaltic hanya beberapa milliliter kimus yang
dapat didorong masuk ke duodenum.
 Sebagian besar isi antrum ditekan kembali ke
arah korpus.
 Peristiwa ini merupakan mekanisme mengaduk
yang penting.
 Pengosongan lambung berlangsung krn
gelombang peristaltic yg menjalar dari
lambung ke duodenum, tetapi dihambat oleh
tahanan pylorus.
 Keadaan normal pylorus menutup karena
kontraksi tonik.
 Pd setiap gelombang peristaltic hanya
sejumlah kecil kimus yg masuk ke duodenum
---> keaktifan antrum disebut ‘pompa
pilorik’.
 Kecepatan pengosongan lambung oleh
pompa pilorik diatur oleh derajat keenceran
kimus di lambung dan oleh kemampuan usus
halus menerima kimus.
 Keaktifan pompa pilorik dihambat oleh
refleks enterogastrik yang menghambat
peristaltic antrum.
 Bersifat mencampur dan mendorong.
 Gerakan mencampur : gerakan segmentasi,
terjadi sepanjang usus halus.
 Serangkaian kontraksi segmentasi --->
kimus terbelah-belah beberapa kali, --->
menyebabkan pencampuran dengan liur usus
halus.
 Gelombang peristaltic dapat timbul di semua
bagian usus halus untuk mendorong isi usus
halus.
 Jika keaktifan usus halus sangat tinggi,
gelombang peristaltic dapat berjalan dari
duodenum sampai ke anus.
 Gelombang peristaltic yang kuat dan berjalan
dalam jarak yang jauh disebut ‘peristaltik
rush’.
 Kontraksi berirama villi intestinalis memeras
villi ---> mengaduk cairan di sekitar villi.
 Fungsi katup ileocecal : mencegah
mengalirnya kembali bahan fekal dari kolon
ke usus halus.
 Gerakan mengaduk di usus besar disebut
gerakan haustra,
 berupa kontraksi otot sirkuler, bersamaan dg
kontraksi otot longitudinal.
 Otot longitudinal membentuk 3 berkas otot -
--> kontraksi gabungan kedua otot
menyebabkan ada bagian usus besar yg tdk
terangsang menggembung ke luar.
 Gerakan mendorong di usus besar disebut
‘mass movement’, timbul beberapa kali
dalam sehari, sering di waktu pagi.
 Mass movement dpt timbul di tiap bagian
kolon tp lebih sering di kolon transversum
dan kolon desendens.
 Jika sejumlah besar bahan fekal telah
didorong ke dalam rektum ---> timbul
keinginan untuk defekasi.
 Mass movement yang kuat kadang-kadang
dapat mendorong bahan fekal melalui rektum
dan anus ke luar.
 Hal ini jarang terjadi karena terdapat
kontraksi tonik pada sfingter ani internus dan
eksternus.
◦ Jika bahan fekal memasuki rektum, dinding rektum
teregang
◦ menimbulkan impuls aferens, ---> disalurkan melalui
pleksus mienterikus ---> menimbulkan gelombang
peristaltik di kolon desendens, ---> mendorong bahan
fekal melalui anus.
◦ Jika gelombang peristaltik sampai di anus, sfingter ani
internus dihambat
◦ jika sfingter ani eksternus relaksasi maka terjadi
defekasi.
◦ Refleks ini sebenarnya sangat lemah, shg refleks
defekasi harus diperkuat oleh refleks yg berlangsung
melalui segmen sakral medulla spinalis.
Kelenjar Saliva.
 mengandung 2 macam sekret :
◦ sekret yang mengandung enzim ptialin
◦ sekret mukus untuk melicinkan
 pH saliva berkisar antara 6,0-7,0.
 Ada 3 fase sekresi saliva : fase sefalik, fase
bukal, & fase gastrointestinal.

Sekresi esofagus.
 Bersifat mukoid dan fungsinya terutama sebagai
pelumas pada proses menelan.
Fungsi lambung :
 Menyimpan sejumlah besar makanan sampai
dapat dipindahkan ke usus
 Mencampur makanan dengan liur lambung
sampai terbentuk suatu campuran setengah
cair yang disebut: kimus
 Meneruskan makanan ke usus halus dengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan dalam usus halus
Di lambung terdapat 2 jenis kelenjar yaitu :
 kelenjar gastrik dan kelenjar pilorik :
mensekresi liur pencernaan, terdapat di
seluruh dinding lambung bagian korpus dan
fundus,
 kelenjar pilorik di daerah pilorus : mensekresi
mukus untuk melindungi mukosa lambung.
Kelenjar gastrik mempunyai 3 jenis sel :
 Sel prinsipal/sel peptik ; mensekresi
pepsinogen
 Sel parietal ; mensekresi HCl
 ‘Mucous neck cell’ ; mensekresi mukus
 Mengubah pepsinogen menjadi pepsin
HCl
 Pepsinogen --------------------> pepsin
 Membuat suasana lambung asam untuk kerja
pepsin yang optimal
 Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
 Melarutkan kolagen
 Menghidrolisis sakarosa
 Merangsang sekresi sekretin
 Pepsin merupakan enzim proteolitik utama di
lambung.
 Enzim lain ialah lipase lambung dan amilase
lambung tapi jumlahnya hanya sedikit.
 Kelenjar pilorik dan kelenjar kardia hampir
seluruhnya mengandung sel mukus yang identik
dengan ‘mucous neck cell’ kelenjar gastrik.
 Semua sel ini mensekresi mukus yang fungsinya
mencegah pencernaan dinding lambung oleh liur
lambung.
 Selain itu di permukaan mukosa lambung di
antara kelenjar-kelenjar terdapat sel-sel mukosa
yang secara kontinyu mensekresi sejumlah besar
mukus yang lebih pekat dan alkali sehingga
membentuk lapisan yang tebalnya lebih dari 1
cm.
 Dengan demikian, melindungi dinding lambung
lebih efisien.
 Sekresi liur lambung dikendalikan oleh mekanisme
saraf vagus (saraf otonom) dan hormon gastrin.
 Impuls saraf vagus ke kelenjar pilorik, kelenjar
kardia, dan mucous neck cell kelenjar gastric
menyebabkan peningkatan sekresi mucus.
 Efek lain perangsangan vagus ialah menyebabkan
bagian antrum mukosa lambung mensekresi
hormon gastrin.
 Hormon ini bekerja pada kelenjar gastric untuk
meningkatkan sekresi liur gastric yang asam.
 Terdapat 3 fase sekresi lambung yaitu : fase
sefalik, fase gastric, dan fase intestinal.

 Makanan di usus halus menimbulkan refleks


enterogastrik yang menghambat sekresi
lambung. Refleks ini timbul karena : peregangan
usus halus, adanya hasil pemecahan protein, dan
adanya iritasi mukosa lambung.

 Tujuan refleks enterogastrik ialah memperlambat


pengosongan lambung. Jika di usus halus
terdapat jenis makanan tertentu (misalnya
lemak), maka mukosa usus halus akan
membebaskan hormon enterogastrin yang
fungsinya menghambat sekresi dan motilitas
lambung.
 Liur pencernaan di usus halus bersifat basa
dan mengandung berbagai enzim hidrolitik.
 Namun demikian selama pencernaan
terutama di duodenum dan yeyunum selalu
bersifat agak asam karena pengaruh kimus
yang dibawa dari lambung.
 Liur pencernaan di usus halus t.a. :
 Liur pancreas
 Liur empedu
 Liur usus halus
 Liur pancreas mengandung enzim pencernaan
untuk ketiga bahan makanan (karbohidrat,
protein, lemak), dan sejumlah besar ion
bikarbonat yang berperan menetralisir kimus
yang asam yang datang dari lambung.
 Enzim proteolitik dibentuk di dalam sel-sel
pancreas dalam bentuk tidak aktif (proenzim)
yaitu:
 Tripsinogen
 Khimotripsinogen
 Prokarboksipeptidase
 Enzim-enzim tersebut merupakan proteinase
kuat dengan pH optimum 8,0.
 Kontak antara asam (HCl) dengan membran
mukosa merangsang disekresikannya hormon
sekretin.
 Hormon sekretin bekerja pada sel-sel
pancreas sehingga mensekresi liur pancreas
yang banyak mengandung ion bikarbonat dan
sejumlah besar air, sehingga kadar Na-
bikarbonat juga akan meningkat.
 HCl + NaHCO3 --------> NaCl + H2CO3
 H2CO3 ----------------> H2O + CO2

 CO2 diserap ke dalam cairan tubuh sehingga di


duodenum tinggal larutan NaCl yang netral.
Dengan cara demikian kimus yang asam dari
lambung dan masuk ke duodenum dinetralkan
dan keaktifan peptic liur lambung segera
dihambat.
 Selain itu sekresi bikarbonat juga diperlukan
untuk mempertahankan pH untuk keaktifan
enzim pancreas.
 PH optimum agak alkali (pH sekresi pancreas
karena pengaruh sekretin adalah kira-kira 8,0).
 Makanan di usus halus bagian atas menyebabkan
mukosa duodenum mensekresikan hormon
pankreozimin (cholecystokinin = CCK).
Pankreozimin ini menyebabkan sekesi sejumlah
enzim pencernaan. Sekresi liur pencernaan
karena pengaruh CCK berlangsung seperti efek
perangsangan saraf vagus.
 Semua sel hati terus-menerus membentuk
sejumlah kecil secret yang disebut empedu,
yang kemudian disimpan di dalam kantung
empedu. Sekresi empedu
kira-kira 600-800 cc sehari.
Di dalam kantung empedu
terjadi pemekatan hingga
10 kali.
◦ Air
◦ Musin
◦ Garam empedu
◦ Pigmen empedu
◦ Asam lemak
◦ Lesitin
◦ Kolesterol
◦ Garam mineral
◦ pH empedu di hati 6-7; di kantung empedu 7,3-7,7
 Menurunkan tegangan permukaan, dengan
demikian menstabilkan emulsi lemak di
duodenum. Permukaan yang dikenai enzim lipase
menjadi lebih luas.
 Membantu melarutkan bahan yang tidak larut air
(asam lemak, kolesterol) dengan cara
membentuk kompleks yang larut dalam air (efek
hidrotrofik).
 Mengaktifkan lipase usus halus.
 Penurunan garam empedu cenderung
mengendapkan kolesterol. Kolesterol yang
berbentuk padat ini merupakan salah satu jenis
batu empedu di kantung empedu atau di saluran
empedu.
1. Kelenjar Brunner (kelenjar duodenum). Kelenjar ini
menghasilkan liur yang menyerupai liur yang dihasilkan oleh
kelenjar pilorik. Sekret ini bersifat alkali dan banyak
mengandung mucus.
Fungsi utama secret kelenjar Brunner ialah untuk melindungi
mukosa duodenum bagian atas agar tidak dicerna oleh liur
lambung.
Sekresi kelenjar Brunner akan meningkat karena :
◦ Perangsangan saraf vagus
◦ Iritasi mukosa
◦ Hormon sekretin
◦ Respon yang sangat cepat dan intensif ialah karena iritasi
mukosa (efek melindungi yang sempurna)
2. Crypti of Lieberkuhn (kelenjar intestinalis). Ditemukan di
sepanjang usus halus, menghasilkan mucus dan sejumlah
besar enzim.
pH liur usus halus sekitar 7,6-8,5.
1. Bahan anorganik : Na+, Ca-2, Cl-, HCO3-
Liur usus halus bersifat basa, disebabkan oleh
ion bikarbonat
2. Bahan organic (enzim) : erepsin, maltase,
lactase, dsb.
 Kimus merangsang sekresi hormon enterokrinin
oleh mukosa duodenum bagian atas. Hormon ini
merangsang sekresi liur usus halus tetapi tidak
mempengaruhi gerakan usus halus atau sekresi
pancreas.
 Perangsangan saraf vagus dan suntikan
asetilkolin dan pilokarpin meningkatkan sekresi
liur usus halus.
 Satu-satunya secret usus besar ialah mucus
yang berfungsi :

◦ Melindungi dinding usus besar


◦ Perekat bahan feses
◦ Pelicin bahan feses
Proses dasar pencernaan ialah hidrolisis (reaksi
enzimatis)

1. Pencernaan Karbohidrat
 Di mulut, ptialin menghidrolisis tepung menjadi
maltosa
 Di lambung keaktifan ptialin masih dilanjutkan.
Setelah makanan bercampur dg liur lambung,
keaktifan ptialin dihambat
 Di usus halus, hasil pencernaan yg berupa
monosakarida (ex. glukosa) dpt diserap ke dlm
darah
 Lemak dlm makanan adalah lemak netral disebut
trigliserida.
 Tiap molekul lemak terdiri dari inti gliserol & asam lemak.
 Di lambung, trigliserida rantai pendek dicerna oleh lipase
lambung
 Di usus halus, langkah pertama pencernaan lemak ialah
memecah lemak menjadi lemak berukuran kecil, disebut
proses emulsifikasi lemak dg bantuan liur empedu

 Garam empedu ; efeknya menurunkan tegangan


permukaan lemak

 Di usus halus tdp lipase yg disekresi oleh mukosa usus


halus dan lipase pankreas. Kedua enzim berfungsi
menghidrolisis lemak.
 Protein dibentuk/disusun dari asam amino
 Di lambung, pepsin aktif pd pH 2,0. Keaktifan ini akan
berhenti pada pH > 5,0. Protein meninggalkan lambung
dlm bentuk proteosa, pepton, polipeptida besar, dan + 15
% asam amino
 Di usus halus, segera setelah kimus memasuki usus halus,
hasil pemecahan protein yg tdk lengkap di lambung
dilanjutkan oleh enzim tripsin menjadi peptida dan asam
amino.
 Keaktifan kimotripsin menyerupai keaktifan tripsin,
sedangkan karboksipeptidase dpt menghidrolisis
polipeptida tertentu menjadi asam amino.
 Jika makanan yg dimakan tdk terlalu banyak & telah
dikunyah dg baik, maka + 98 % protein akhirnya menjadi
asam amino.
1. Di lambung
 Di lambung, daya absorpsi lambung sangat
terbatas. Hanya zat yg memiliki daya larut
tinggi yg dpt diserap dlm jumlah terbatas,
misalnya alkohol dan obat-obatan tertentu
 Penyerapan paling aktif berlangsung di usus
halus.
 Struktur mukosa usus halus sesuai dg fungsi tsb.
 Permukaan usus halus memperlihatkan lipatan-
lipatan disebut ‘valvulae conniventes’ (lipatan
Kerckringi).
 Adanya lipatan ini luas permukaan absorpsi
meningkat 3 kali
 Lipatan ini tdpt di seluruh
permukaan usus halus.
 Di usus halus tdp beribu-ribu
vili dg ukuran + 1 mm.
 Vili menambah luas permukaan mukosa
menjadi 10 kali
 Sel epitelium usus halus memiliki ‘brush
border’ yg terdiri atas + 600 mikrovili, 
meningkatkan luas permukaan absorpsi + 20
kali
 Kombinasi antara ‘valvulae conniventes’, vili,
dan mikrovili,  meningkatkan luas
permukaan + 600 kali (3x10x20).
 Luas total permukaan mukosa usus halus
menjadi sangat luas, mencapai 250 m2
 Absorpsi air : transport air melalui membran
usus terjadi melalui proses difusi yg
berlangsung ke dua arah. Jika khimus encer,
air akan diserap dari usus ke dlm darah vili
usus dg cara osmosis atau sebaliknya
1. Transport aktif Na ;
 + 30 g Na disekresi ke dlm sekret usus halus setiap hari,
sedangkan normal orang makan 4-5 g Na setiap hari
 Dg dmk usus halus menyerap + 25-35 g Na setiap hari
 Diare berat dpt kehilangan sejumlah besar garam sampai
batas letal
 Pd keadaan normal terjadi sekresi & absorpsi Na secara
kontinyu, shg sangat sedikit yg hilang bersama feses
 Na berperan penting pd proses absorpsi glukosa & asam
amino
 Transport aktif Na memerlukan karier, energi, dan enzim
2. Transport Cl ;
 di usus halus sebagian/seluruhnya
berlangsung secara pasif
 Transport ion Na melalui epitelium
menghasilkan keadaan elektro-negatif di dlm
kimus dan elektro-positif di bagian basal sel
epitelium. Akibatnya ion Cl bergerak
mengikuti ion Na.
 Transport aktif ion Cl dan HCO3 terjadi di
ileum bagian bawah dan usus besar
 Hampir semua karbohidrat diserap dlm bentuk
monosakarida, terutama di setengah bag.
proksimal usus halus
 Glukosa mrpk hasil pemecahan terbanyak
 Transport monosakarida mrpk transport aktif
 Berbagai monosakarida memiliki kecepatan
absorpsi yg berbeda.
 Urutan kecepatan absorpsi sbb : galaktosa,
glukosa, fruktosa, manosa, xylosa, arabinosa.
 Transport glukosa bergantung pd transport ion
Na.
 Glukosa dan ion Na memiliki molekul karier yg
sama
 Hampir semua protein diserap dlm bentuk asam amino.
 Jika ada sejumlah kecil protein diserap dlm bentuk protein
utuh, mengakibatkan tubuh membentuk suatu zat anti
thd protein tsb (reaksi alergi).
 Absorpsi asam amino melalui mukosa usus halus jauh
lebih cepat dp pencernaan protein di dlm lumen usus
halus.
 Dg dmk tdk dijumpai asam amino bebas di dlm usus halus
pd waktu berlangsung pencernaan.
 Transport asam amino spt transport glukosa berlangsung
bersama dg transport Na.
 Asam amino yg diserap akan ditimbun di dlm sel mukosa,
selanjutnya berdifusi secara pasif ke dlm darah.
 Protein yg ditemukan di dlm feses tdk berasal dr makanan
tp berasal dr bakteri & jaringan yg rusak.
 Jika kadar garam empedu tinggi, lemak dg garam empedu
secara spontan akan membentuk ‘micelle’.
 Umumnya micelle mengandung asam lemak,
monogliserida, dan kolesterol.
 Pembentukan micelle akan melarutkan lemak &
memungkinkan suatu mekanisme transport ke sel
mukosa.
 Absorpsi lemak berlangsung trtm di usus halus bag. atas
& hanya sedikit di ileum.
 Jika jumlah lemak dlm makanan tdk terlalu banyak, 95 %
atau lebih dpt diserap, & hanya + 5 % yg ditemukan di dlm
feses.
 Absorpsi kolesterol terjadi di usus halus bag. distal, &
berlangsung jika ada empedu, asam lemak, & liur
pankreas.
 Setiap hari + 500 mL kimus melewati
spingter ileosekal, masuk usus besar.
 Sebagian besar air & elektrolit diserap di
kolon, shg hanya + 200 mL cairan yg
diekskresi ke dlm feses.
 Mukosa usus besar mampu menyerap aktif
Na.
 Spt di usus halus absorpsi Na akan diikuti
oleh Cl. Absorpsi Na & Cl ini akan
menimbulkan absorpsi osmotik air (menarik
air).
 Jumlah sesuai diet, yaitu + 80-100 g/hari, warna
bergantung pigmen empedu.
 Susunan feses t.a. ; sisa empedu, liur
pencernaan, mukus, lekosit, sel epitel lepas,
bakteri, dan sisa-sisa makanan yg tak tercerna,
terutama selulosa.
 Fungsi selulosa di dlm diet a.l. untuk membentuk
massa feses, & merangsang peristaltik.
 Pd waktu berpuasa tetap ada pembentukan feses.
 Kadar air feses bergantung pd lamanya bahan
feses berada di kolon.
Lambung :
 Gastritis = radang mukosa lambung.
Penyebabnya a.l. iritasi oleh bahan makanan,
sekresi peptik yg berlebihan, & bakteri
 Atrofi lambung ; pd penderita gastritis
kronik, mukosa mengalami atrofi secara
bertahap. Keaktifan kelenjar pd lambung
hanya sedikit atau tidak ada sama sekali shg
dpt mengakibatkan ‘achlorhydria’ dan
‘anemia pernisiosa’
 ‘Achlorhydria’ ; lambung gagal menghasilkan
HCl  tdk ada sekresi pepsin  keaktifan
pencernaan di lambung berhenti
 ‘Hypochlorhydria’ ; sekresi HCl lambung
berkurang
 Hyperchlorhydria’; hipersekresi liur lambung
 mukosa tdk dilindungi, netralisasi asam
lambung oleh liur usus halus kurang (terjadi
peptic ulcers)  mukosa rusak tercerna liur
lambung.
Usus Besar
1. Konstipasi (sembelit) ;
 Gerakan feses melalui usus besar lambat.
 Feses jumlahnya besar, kering, dan keras.
 Bahan feses lama di kolon, akibatnya absorpsi
air meningkat.
 Penyebab a.l. kebiasaan defekasi tdk teratur
yg berlangsung lama shg menghambat
refleks defekasi, atau tidak ada tonus otot di
usus besar.
Megakolon ;
 konstipasi sedemikian kuat shg gerakan
kolon hanya sekali dlm bbrp minggu.
 Sejumlah besar feses menumpuk di kolon,
shg akan meregang kolon.
 Diameter dpt mencapai 3-4 inci
Diare ; kebalikan konstipasi. Gerakan feses
melalui kolon sangat cepat. Penyebab a.l.
infeksi saluran gastrointestinal, bakteri, dll
 Isi gastrointestinal keluar melalui mulut.
 Penyebabnya a.l. di saluran pencernaan tdp
iritasi kuat, peregangan berlebihan, atau
perangsangan berlebihan.
 Akibat suatu obstruksi tergantung pd
lokalisasi obstruksi. Jika terjadi di pilorus,
sering krn ada konstriksi oleh adanya peptic
ulcers.
 Bahan muntah yg berasal dr lambung
mengakibatkan hambatan nutrisi tubuh, dan
kehilangan ion H berlebihan
 Obstruksi di usus halus bag atas, sering terjadi
pembalikan dari usus halus, shg liur usus halus
masuk lambung dan dimuntahkan bersama isi
lambung. Penderita kehilangan banyak air dan
elektrolit, akibatnya dehidrasi berat.
 Obstruksi di usus halus bag bawah, akan
dimuntahkan bahan yg lebih alkali (basa),
akibatnya terjadi asidosis
 Obstruksi dekat ujung distal usus besar, feses
menumpuk di usus besar sampai bbrp minggu,
akibatnya konstipasi. Pd keadaan yg lebih berat
dpt memuntahkan bahan fekal.
 Sistem syaraf dan endokrin pusat (sekunder)
 Sistem syaraf dan endokrin intrinsik (primer)
 ada di dinding saluran pencernaan itu
sendiri.

Kontrol intrinsik memungkinkan usus secara


otonom mengatur fungsinya berdasarkan
kondisi setempat (jumlah dan jenis
makanan yang ada di lumen usus)
Pengaturan SSP ke GI (Gastro Intestinal)
dimediasi melalui pengaruh tak langsung
pada sistem endokrin dan syaraf intrinsik GI

Pengaturan SSP langsung thd sistem


pencernaan (proses sadar):
1. Pengambilan pakan
2. Mengunyah
3. Awal proses menelan
4. Relaksasi spincter anal eksterna (dalam proses
defekasi)
 Syaraf parasimpatis:
n. vagus  inervasi saluran pencernaan
(kecuali: kolon bag. akhir)
n. pelvicus
aktivasi parasimpatis  aktivitas GI

Neurotransmitter: asetilkholin
Ada di dalam dinding usus:
1. Pleksus myenterikus (Aurbach)
ada diantara lapisan otot longitudinal dan
sirkuler

2. Pleksus submucosa (Meissner)


Ada di lapisan submucosa
1. Reseptor:
- mekanis: menerima rangsangan
peregangan usus (lapisan
muskularis)
- kimiawi: keadaan kimiawi di lumen GI
2. Neuron Sensoris (aferent)
3. Interneuron
4.Neuron motoris (eferent) inervasi otot
pembuluh darah, usus dan kelenjar-kelenjar sal. GI
 Sel-sel endokrin tersebar secara difus
sepanjang epitel usus; bag. apeks terjulur ke
lumen  merespon isi lumen; 
melepaskan hormon ke daerah sub-mukosa,
ke pembuluh darah:
- ditranspor jauh  endokrin
- berdifusi setempat  parakrin
- kembali ke sel penghasil  otokrin
- dihasilkan oleh neuron  neurokrin
 Hasil sekresi (hormon-hormon) baik
endokrin, parakrin, otokrin maupun
neurokrin dalam bentuk peptida  disebut
sebagai peptida pengatur
Fungsi Gerakan Saluran GI:

1. mendorong ingesta ke belakang


2. menahan ingesta pd suatu tempat untuk
pencernaan, absorbsi atau penyimpanan
3. untuk pemecahan mkn dan mencampur
dg sekresi pencernaan
4. memutar ingesta shg semua bag.
kontak dg permukaan absorbtif
 Saling berhubungan (spt sinsitium)
 Mampu menghasilkan potensial membran 
slow wave  bergerak aboral
 Fungsi gelombang lambat  sinkronisasi
kontraksi otot GI
 Di duodenum potensial membran paling
cepat  pacemaker
 Bila ada puncak potensial gel. Lambat
aksi potensial  kontraksi otot polos
 Pola motilitas usus dicapai melalui variasi
aktivitas lokal sistem saraf intrinsik bersama-
sama dengan sistem endokrin dan susunan
saraf otonom
 Prehension: menangkap, mengambil, meraih
dan membawa makanan ke mulut.

Prehension dikontrol oleh CNS :


 Melibatkan N. facialis, n. glossopharynge-us
dan n. trigeminus
 Melibatkan gigi, rahang, otot lidah, dan wajah
 Masalah prehension: bila ada masalah dg
gigi, rahang, otot lidah, wajah dan saraf
cranial yang terlibat
 Pemecahan mekanis makanan di mulut 
untuk memperluas permukaan yang terkena
enzym
 Kombinasi gigi berbeda-beda diantara hewan
tergantung pakan
 Melibatkan aksi rahang, lidah dan pipi
 Tidak saja memecah, ttp juga membasahi dg
saliva
 Awalnya proses disadari, ttp kmd refleks
 Gerakan mulut dan lidah  bawa mkn ke
tengah-tengah antara lidah dan langit-langit
kontak dg reseptor di membran mukosa 
n. glosopharyngeal  n vagus  n
trigeminus  pusat menelan di medulla
oblongata
 Mendorong makanan ke belakang
 Dimulai dari oesophagus s/d anus
 Rangsang: peregangan dinding GI  pleksus
myenterikus
 Aktivitas meningkat bila syaraf para-simpatis
dirangsang, menurun bila simpatis
dirangsang
 Rangkaian proses menelan
 Sebagian ototnya otot rangka  dikontrol
somatik; otot polosnya  dikontrol oleh
sistem saraf intrinsik dan SSO
 Peristaltik:

- primary peristaltik  diperoleh dari


gerakan menelan
- peristaltik sekunder  karena adanya
bolus makanan
 Mendorong makanan ke belakang
 Dimulai dari oesophagus s/d anus
 Rangsang: peregangan dinding GI  pleksus
myenterikus
 Aktivitas meningkat bila syaraf para-simpatis
dirangsang, menurun bila simpatis
dirangsang
1. mencampur dan menyimpan makanan
2. inisiasi pencernaan protein dan lemak

 Fundus  penerima dan penyimpan


 Corpus  pencampuran saliva dan gastric
juice dg makanan
 Antrum  pompa lambung  mengatur
makanan yang lewat pylorus
 Secara fisiologis dibagi menjadi dua:
- proximal: fungsi penyimpan
- distal: fungsi penggiling dan menyaring
sampai ukurannya cukup kecil
untuk proses pencernaan di usus
halus
 Adaptive Relaxation
 Kontrol motilitas oleh n vagus:
- Proximal: menekan kontraksi otot  adaptive
relaxation
- Distal: ↑ aktivitas peristaltik
 Integrasi, koordinasi dan pusat di batang
otak (MO)
 Reseptor: mekanoreseptor di pharyng,
regangan dan mekano reseptor di perut dan
dinding mukosa; khemoreseptor
 Pusat muntah menerima saraf aferen dari
berbagai organ lain: chemoreseptor trigger
zone (produk inflamasi); dari semicircular
canal: motion sickness
 Periode digestif:
1. propulsif peristaltik
2. nonpropulsif  segmentation (kontraksi lokal
otot sirkuler); 3-4 cm  kontraksi kuat 
membagi usus menjadi segmen-segmen; slow
down gerakan aboral  campur dg digestif juice,
memutar ke semua permukaan mukosa  absorpsi
 Periode interdigestif:
peristaltik sgt kuat untuk membuang
materi tak tercerna
mengontrol populasi bakteri di
duodenum
 Motilitas kolon:
1. pencampuran  segmentasi + motilitas lain
2. retropulsif  antiperistaltik , ke arah oral; pacemaker di
kolon, oleh sistem saraf enterik  penyimpanan dan
absorpsi
3. mendorong ingesta

 Fungsi kolon:
1. absorpsi air dan elektrolit
2. penyimpanan feses
3. fermentasi materi organik
 Sphincter anus :
- interna  otot polos inervasi SSO
- eksterna  otot rangka  serabut eferen
n. pudenda

Refleks retrosphincteric:
Masuknya feses ke rektum  refleks relaksasi
sphincter interna; diikuti kontraksi peristaltik
rektum  defekasi

Refleks retrosphincteric dihambat oleh konstriksi


sphincter anal eksterna

Anda mungkin juga menyukai