Anda di halaman 1dari 34

A VISUAL MOTOR GESTALT TEST

(BENDER GESTALT TEST)


Psikodiagnostik 3
Psikologi Islam 2018/2019 Genap
5.
6.
PENGANTAR
Integrasi dari fungsi individu dalam
memberikan respon terhadap keseluruhan
stimulus

Bender Visual Motor Gestalt dikembangkan


Dr. Lauretta Bender (1938). Berisi 9 bentuk
geometris yang akan ditirukan desainnya
oleh testee.
........
Bender Gestalt adalah tes psikologis yang bertujuan
untuk mengukur:
Fungsi intelektual
Fungsi affective
Gangguan fungsi otak (visual-motor functioning,
visual-perceptual skills, neurological
impairment).

Evaluasi skor BG dapat digunakan untuk


mengetahui adanya organic brain disease dan brain
damage pada subyek usia 4 - 85 tahun.
.......
Digunakan untuk tujuan klinis
Bagian dari battery test atau rangkaian tes
(tidak dapat digunakan sendiri harus dengan
alat lain)
Digunakan sebagai data tambahan berupa
informasi non verbal.
Digunakan ketika interaksi pasien dan tester
tidak terlalu komunikatif
........
Dengan Penyakit, pendidikan dan kultur
seseorang, alat tes ini perlu
dikombinasikan dengan tes verbal
Dapat diketahui perbedaan diagnosis dari
fungsi mental yang didukung oleh potensi
intelektualnya
ADMINISTRASI TEST
• COPY PHASE
- Gambar
ditunjukkan • RECALL PHASE
- Observasi - Gambar tidak
- Catat Waktu ditunjukkan
- Observasi
- Catat Waktu (hentikan
jika 2 menit subjek tidak
mampu mengingat
desain yang harus
digambar)
OBSERVASI
DASAR DARI INTERPRETASI
Hipotesa interpretatif yg dihubungkan dg model yg
TIDAK BIASA yg dihasilkan subyek
Hipotesa interpretatif yg dihubungkan dg bbrp
figur
UNUSUAL TREATMENT OF
THE GESTALTEN
ANGULATION CHANGES (KAKU)
CIRCLES MODIFICATION
CLOSURE DIFFICULTIES
CONCRETENESS
CURVATURE MODIFIED
DISPLACEMENT
DOTS MODIFIED
LINES CHANGED TO DOTS
MODIFICATION IN SIZE

EXPANSION
SEQUENTIAL EXPANSION
REDUCTION
SEQUENTIAL REDUCTION
MARKED INCONSISTENCY OF SIZE
TYPES OF ARRANGEMENTS

RIGID, METHODICAL
LOGICAL
CONFUSED
CROWDED
EXPANSIVE
SCORING CRITERIA OF
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS OF
ORGANIC BRAIN PATHOLOGY
1. Confused Sequence
2. Collision
3. Superimposition of Design
4. Workover (part and or whole)
5. Line Quality
6. Angulation Difficulty
7. Persevation
8. Line Extension
9. Contamination
10. Rotation
11. Omissions
12. Retrogression
......
1. Confused Sequence
 Observasi hanya pada Copy Phase, jika ada tiga atau lebih perubahan arah
dalam susunan yang berkesinambungan dari desain-desain.

2. Collision
 Analisa dilakukan pada fase Copy dan Recall.
 Terdapat kemungkinan ke-9 desain tidak terdapat koalisi. Koalisi adalah
kepadatan gambar desain secara general, dimana bagian tepi gambar
atau bidang gambar satu bersentuhan dengan bagian tepi gambar atau
bidang gambar lain dalam satu bidang gambar.
 Subyek yang memanifestasikan koalisi biasanya menunjukkan kesulitan
dengan kontrol penyesuaian tubuh, mereka sering menabrak sesuatu,
tersandung, jatuh, patah tulang, dan sering mengalami kesulitan
dengan keseimbangan.
......
3. Superimposition of Design
 Pengamatan dilakukan pada kedua fase.
 Superimposisi terjadi jika terdapat gambar yang dikerjakan di atas
gambar lain.
 Subyek dengan superimposisi menyiratkan bahwa terdapat gangguan
kemampuan visual. Mereka terlihat begitu terfokus pada mengkopi
desain sehingga konteks bidangnya tidak diperhatikan.

4. Workover (part and or whole)


 Pengamatan pada kedua fase.
 Dinyatakan workover jika terdapat pengulangan dalam pembuatan garis
(hasil observasi)
......
5. Line Quality
 Penilaian pada dua fase.
 Pembuatan garis dengan cara yang tidak biasa (irregular), biasanya
terlihat seperti: membuat garis dengan tangan gemetar sehingga hasil
garisnya bergelombang, baik pada bagian gambar desain atau secara
keseluruhan.
 Perhatian kualitas pembuatan garis diutamakan pada subyek penderita
stroke.

6. Angulation Difficulty
 Penilaian terjadi pada kedua fase
 Jika terjadi penambahan, pengurangan, distorsi, atau omisi
(penghilangan) bentuk baku desain (perubahan) dalam gambar.
 Kesulitan angulasi dapat menjadi petunjuk terjadinya kondisi organis
yang memburuk dan pada penderita stroke.
......
7. Persevation (Type A, Type B, Type C)
 Jika terdapat salah satu persevation dari tiga jenis ini pada gambar desain
subyek,.
 KRITERIA TIPE A: jika terdapat substitusi angka, huruf atau bentuk lain
dari bentuk atau elemen asli dalam gambar subyek.
 KRITERIA TIPE B: Jika terdapat elemen tambahan dlm gambar desain
1,2,3 dan 5 atau terdapat kurva tambahan pada desain 6.
 KRITERIA TIPE C: Menggambar ulang sebagian atau seluruh gambar
desain. Jika hal ini dilakukan tapi kemudian dihapus atau dikoreksi,
maka tidak masalah.

8. Line Extension
 Jika terdapat perpanjangan garis, titik yang sebenarnya tidak terdapat
apada stimulus asli.
 Jika line extension sering terjadi dalam gambar subyek maka ada
kemungkinan ia mengalami gangguan pada otak dan ganggauan
keseimbangan gerakan sadar
......
9. Contamination
 jika terdapat gambar yang mengkombinasikan dua atau lebih desain
gambar ayng asli.
 Kontaminasi biasanya muncul pada fase recall, individu dengan gangguan
pada lobus frontalis biasanya memiliki kesulitan untuk mencegah
informasi irrelevan yang merusak sistem retrieval.

10. Rotation
 jika desain digambar dengan rotasi lebih dari 40 derajat dari posisi normal.
 Posisi kertas harus sangat diperhatikan pada posisi subyek
mengerjakannya. Rotasi lebih dari 40 derajat menjelaskan bahwa
subyek mengalami gangguan pada lobus parietal. Rotasi searah jarum
jam adalah biasa ditemui pada individu yang mengalami gangguan di
hemisfer kiri, jika berkebalikan arah jarum jam maka yang mengalami
gangguan adalah belahan hemisfer kanan. Jika terdapat rotasi searah
jarum jam dan berkebalikan jarum jam maka terdapat gangguan
emosional atau psikosis
......
11. Omissions
 Kedua fase dianalisa
 Jika terjadi Gap atau Lack of connectedness antara gambar-gambar
desain, reproduksi hanya sebagian desain gambar, reproduksi gambar
yang terpisah-pisah (tidak sebagai kesatuan), pengurangan jumlah
elemen desain sebenarnya.
 Omisi menandakan adanya gangguan fungsi persepsi-visual berat.

12. Retrogression
 kedua fase dianalisa
 Jika jika ada penambahan garis atau lengkungan pada bentuk yang sudah
benar, subtitusi garis sebagai titik, titik sebagai lingkaran atau
sebaliknya, atau campuran dari di atas.
 Subyek dengan stroke akut biasanya menhasilkan retrogesi
Administrasi
1. Sediakan :
a. 2 lembar kertas HVS/kuarto/A4 (diberikan satu per
satu)
b. Sebuah pensi 2B (tidak dilarang menyediakan
penghapus)
2. Binalah rapport dg subjek dan mulailah
memberikan penjelasan tentang pelaksanaan tes
Bender Gestalt sambil menunjukkan rangkaian
kartu tes.
3. Instruksi : ‘saya memiliki sembilan kartu bergambar.
Gambar-gambar dalam kartu ini harus kau gambar di
kertas kosong yang telah disediakan. Sekarang coba
buat gambar ini (desain A)”
......
4. Letakkan kartu desain di atas kertas gambar anak
(mintalah anak untuk menggambar dengan
kertas gambar dalam posisi vertikal, sedangkan
kartu tes dalam posisi horisontal sesuai tanda
penyajian)

5. Penyajian secara klasikal hanya dapat digunakan


untuk kepentingan deteksi kemampuan visual-
motorik dan bukan untuk kepentingan diagnosa
klinis.
......
6. Observasilah perilaku anak, antara lain
meliputi:
- Sering munculnya perilaku memutar kartu
- Bila pada desain 8 anak memutar kertas
untuk mencari tempat yang kosong untuk
menggambar, maka perilaku ini tidak dapat
disebut perilaku memutar gambar (jangan
diskor sebagai rotasi).
- Seringnya menggunakan penghapus.
......

- Dalam mengerjakan anak cenderung


lambat/perlahan atau tergesa-gesa. Meskipun
tes Bender-Gestalt bukan tes kecepatan,
namun perbedaan waktu pengerjaan atau
memberikan arti dalam interpretasi.
......
• Penggunaan kata-kata/verbal untuk menggambarkan
bentuk desain atau bila anak mengasosiasikan desain
tersebut dengan bentuk tertentu. Contoh desain 5,
“ini garis lurus, lurus, lurus terus disambung sama
garis lengkung”. Bila anak mengasosiasikan desain
tersebut dengan bentuk tertentu misalnya “Nah ini
huruf Y yang terbalik” (jika anak benar-benar
memutar kartu agar bisa membuat salinan huruf Y
yang terbalik, maka tester perlu memberi peringatan
agar tidak dibalik, “ini bukan huruf Y yang terbalik...
Ini hanya gambar biasa yang bentuknya ya seperti ini,
jadi kamu coba gambar yang persis seperti ini”
......
• Perhatikan pula bila terdapat perilaku anak
yang sering menggambarkan dulu di udara
(membayangkan gerakan yang akan
dilakukan) sebelum dia menggambar di
kertas. Atau bila anak serign mengikuti
bentuk desain di kartu tes dengan jarinya
sebelum ia menyalin desain tersebut dalam
kertasnya
......
- Bila anak menanyakan ukuran desain atau
jumlah titik-titik dalam desain, tester perlu
memberi jawaban seperti “cobalah membuat
sepersis mungkin”. Bila anak cenderung
mnghitung berulang-ulang karena merasa salah
dalam menghitung, maka tester harus
memperingatkan “kamu tidak perlu menghitung
titik-titik ini, cobalah saja untuk membuat yang
mirip bentuknya”.

- Bila anak meminta tambah kertas gambar (dari


2 lembar kertas yang diberikan) maka berilah
anak kertas tambahan tanpa memberi komentar.
FORMAT LAPORAN
1. IDENTITAS SUBYEK
2. OBSERVASI COPY PHASE
3. OBSERVASI RECALL PHASE
4. INTERPRETASI HASIL OBSERVASI
KEDUA PHASE
5. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai