Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR GEOLOGI TIPE II

“Potensi Airtanah Berdasarkan Neraca Air Pada Daerah Aliran Sungai Cikapundung
Wilayah Cekungan Bandung, Jawa Barat”
Oleh :
Ferdinan Marbun, Teuku Yan W. M. Iskandarsyah, Bombom R. Suganda, M. Nursiyam Barkah, Taat Setiawan,
M. Sapari D. Hadian

PADJAJARAN GEOSCIENCE JOURNAL


Vol. 2, No. 4, Agustus 2018

Dipresentasikan Oleh :
Muh Sarif
410015052

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGITEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
OUTLINE:
PENDAHULUAN
• Sungai Cikapundung berfungsi sebagai sumber air baku
bagi Kota Bandung.
• Tiap tahunnya populasi penduduk pada DAS ini
meningkat dan juga tata ruang pada DAS ini berubah
membuat kebtuhan air tanah pada DAS ini terus
meningkat.
• Pengamatan mengenai neraca air sangat diperlukan
untuk menangani masalah kuantitas air agar kuantitas
air dapat terkontrol dan dapat digunakan dengan sebaik-
baiknya.
 Maksud dan Tujuan :
 Maksud :
Mengetahui potensi air tanah DAS Cikapundung, menghitung seberapa besar cadangan air tanah
dan perhitungan indeks kekritisan air tanah serta menghitung persentasi debit penggunaan air
berdasarkan perhitungan dan analisis neraca air .
 Tujuan :
Mengetahui kondisi ketersediaan air tanah pada DAS Cikapundung. Menghitung potensi airtanah
menggunakan metode neraca air, dan menghitungangan evapotranspirasi.

 Rumusan Masalah :
1. Berapa besar potensi air tanah Sungai Cikapundung?
2. Berapa nilai-nilai parameter fisik yang terdapat pada air Sungai Cikapundung?
3. berdasarkan indeks kekritisan airtanahnya, apakah termasuk kedalam kategori belum kritis
atau kategori kritis ?
 Batasan Masalah :
1. Menjelaskan tingkat kekritisan air dalam persen yang membandingkan antara jumlah
kebutuhan air (m3) terhadap jumlah ketersediaan air.
2. Perhitungan potensi air keseluruhan dilakukan dengan menggunakan data curah hujan,
Evapotranspirasi dan air limpasan yang didapatkan dari Pencatatan Stasiun Geofisika
Lembang tahun 2012 hingga 2015 dan Stasiun Geofisika Bandung tahun 2012 hingga 2015
 Neraca Air

Untuk menghitung ketersediaan airtanah di suatu daerah dapat diketahui dengan


melakukan perhitungan neraca air. Neraca air dihitung berdasarkan persamaan mass balance
yaitu perbandingan dari data air yang masuk (input) dan air yang keluar (output) sehingga
dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).

 Indeks Kekritisan Airtanah


Indeks kekritisan airtanah menjelaskan tingkat kekritisan air dalam persen yang
membandingkan antara jumlah kebutuhan air (m3) terhadap jumlah ketersediaan air. Indeks
kekritisan airtanah dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dimana :
IKA : Ideks ketersediaan airtanah (%)
Wn : Jumlah kebutuhan airtanah (m3)
Ws : Jumlah ketersediaan airtanah (m3)
Klasifikasi Indeks Kekritisan Airtanah (Notodiharjo, 1982).

Indeks
Kekritisan Airtanah Klasifikasi

< 50% Belum Kritis

50% - 75% Mendekati Kritis

75% - 100% Kritis

> 100% Sangat Kritis


Studi Literatur Memperoleh data dari pusat Airtanah dan Geologi Tata
Lingkungan

Pengolahan data sekunder berupa peta geologi regional,


Pelaksanaan
Peta Geomorfologi dan Pola Pengaliran.

Perhitungan Neraca air dan Perhitungan Kekritisan


Analisa
Airtanah

Kesimpulan Penyajian Laporan Hasil


 Geologi Daerah Penelitian
Sungai Cikapundung:
• luas sekitar 15.386,5 ha.
• panjang 28 kilometer,
• melintasi 11 kecamatan di tiga kabupaten
kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Batuan pada daerah penelitian terdiri dari:
• Endapan danau (Ql),
• Tufa pasir (Qyd),
• Tufa berbatuapung (Qyt),
• Hasil gunungapi muda tak teruraikan
(Qyu),
• Hasil gunungapi tua tak teruraikan (Qvu).
• Endapan Laut (Qc)
 Morfometri DAS Cikapundung (Van Zuidam, 1985)

Luas
Morfometri
(%)

Datar 9.5%

Landai 1.5%

Agak Curam 3%

Curam 43%

Agak Terjal 43%


 Pola Aliran Sungai DAS Cikapundung

Pola
Luas
Pengaliran
(%)
Sungai

Radial 66%

Sub-Pararlel 22%

Anostomatik 12%
 Curah Hujan

(Sumber: Pencatatan Stasiun Geofisika Lembang tahun 2012 hingga 2015 dan Stasiun
Geofisika Bandung tahun 2012 hingga 2015)
 Evapotranspirasi

(Sumber: Pencatatan Stasiun Geofisika Lembang tahun 2012 hingga 2015 dan Stasiun Geofisika
Bandung tahun 2012 hingga 2015)
 Air Limpasan (Run off)

Sumber : Balai PSDA Jawa Barat 2010


 Debit infiltrasi, Kebutuhan airtanah, cadangan airtanah, dan indeks kekritisan airtanah
pada DAS Cikapundung tiap kota/kabupaten
• Ketersediaan airtanah pada DAS Cikapundung memiliki nilai indeks kekritisan air sebesar
28.05% termasuk dalam kategori belum kritis
• Potensi airtanah pada DAS Cikapundung sebesar 73.422.200,17 m3/tahun.
• Persentase debit evapotranspirasi sebesar 56%, persentase debit run off sebesar 13%, persentase
debit penggunaan air sebesar 8%, dan persentase cadangan air tanah hanya sebesar 23%.
• Wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat masih termasuk kedalam kategori
belum kritis dengan nilai 14,83% dan 15,5%, tetapi untuk wilayah Kota Bandung memiliki nilai
indeks kekritisan airtanah lebih dari 100% yaitu sebesar 158,52% sehingga Kota Bandung
masuk kedalam kategori sangat kritis.
Asdak, C., 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Bachrein, S., 2012. Pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung, Diagnostik Wilayah,
Bandung: Jurnal Bina Praja 4 (4): 227-236.
Badan Pusat Statistika Kabupaten Bandung Barat, 2016. Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka, Badan
Pusat Statistika Kabupaten Bandung Barat, Bandung.
Badan Pusat Statistika Kota Bandung, 2016. Kota Bandung Dalam Angka, Badan Pusat Statistika Kota
Bandung, Bandung
Badan Pusat Statistika Kabupaten Bandung, 2016. Kabupaten Bandung Dalam Angka, Badan Pusat
Statistika Kabupaten Bandung, Bandung.
Maria, R., 2008. Hidrogeologi dan Potensi Resapan Airtanah Sub Das Cikapundung Bagian Tengah,
Bandung: Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan 18 (2): 21-30.
Puradimaja, dkk., 2007, Modul Hidrogeologi, Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Rejekiningrum, P., Identifikasi Kekritisan Air Untuk Perencanaan Penggunaan Air Agar Tercapai Ketahanan
Air Di DAS Bengawan Solo, Bogor.
Silitonga, P. H., 1973, Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa Skala 1:100.000, Bandung: Direktorat Geologi.
Soestrisno, S., 1983, Peta Hidrogeologi Lembar Bandung, Jawa Skala 1:250.000, Bandung: Direktorat
Geologi Tata Lingkungan.
Sosrodarsono & Takeda, 1992, Hidrologi Untuk Pengairan, Jakarta: Pradnya Paramitha,

Tjasyono, Bayong HK., 2006. Klimatologi, Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai