Anda di halaman 1dari 20

SOLUSIO

PLASENTA
Definisi
 Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
desidua endometrium sebelum janin dilahirkan.

 Terdapat beberapa istilah lain yaitu abruptio placentae, ablatio


placentae, accidental hemorrhage, premature separation of the
normally implanted placentae.

 Darah dari tempat pelepasan mencari jalan keluar antara selaput


janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan
terjadilah perdarahan keluar (revealed hemorrhage).

 Terkadang darah tidak keluar, tetapi berkumpul di belakang plasenta


membentuk hematom retroplasenta yang disebut perdarahan
tersembunyi (concealed hemorrhage) atau darah masuk ke dalam
ruang amnion sehingga perdarahan tetap tersembunyi.
Epidemiologi

 Kejadian solusio plasenta bervariasi dari 1 diantara 75-830


persalinan dan merupakan penyebab dari 20-35% kematian
perinatal.

 Dalam kepustakaan dilaporkan insidensi solusio plasenta 1


dalam 155 sampai 1 dalam 225 persalinan (yang berarti
<0,5%) di negara-negara Eropa yang tidak sampai mematikan
janin.

 Untuk solusio yang lebih berat sampai mematikan janin


insidensinya lebih rendah 1 dalam 830 persalinan dan turun
menjadi 1 dalam 1550 persalinan.
Klasifikasi Solusio Plasenta

Berdasarkan ada tidaknya perdarahan pervaginam :


 Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan
jumlah kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan
uterus atau hanya ringan.

 Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)


Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan
hipertonus, sering terjadi fetal distress berat.

 Solusio plasenta tipe campuran (mixed)


Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam;
uterus tetanik.
Berdasarkan gejala kliniknya :
 Solusio plasenta ringan
Perdarahan 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada
tanda syok, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6
bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 150
mg%.

 Solusio plasenta sedang


Perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, syok ringan,
dapat terjadi fetal distres, pelepasan plasenta 1/4-2/3
bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.

 Solusio plasenta berat


Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, syok maternal
sampai kematian janin, pelepasan plasenta dapat terjadi
lebih dari 2/3 bagian atau keseluruhan.
Etiologi
1.Hipertensi
Anath dkk (1999) melaporkan peningkatan insiden solusio tiga kali
lipat pada hipertensi kronik dan empat kali lipat pada preeklampsia
berat.
2.Trauma
Perdarahan janin yang bermakna lebih sering dijumpai pada solusio
yang traumatik. Faktor trauma yang dapat terjadi yaitu :
 Dekompresi uterus pada hidramnion dan gemeli
 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
 Trauma langsung
Pemantauan paling sedikit 4 jam untuk menyingkirkan solusio
pada trauma.
3.Paritas ibu
Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti
dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada
primipara. OK kemunduran elastisitas jaringan sudah berulang kali
diregangkan dan endometrium belum sempat sembuh sempurna.
4.Usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan
bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta
sejalan dengan meningkatnya umur ibu.

5.Leiomioma
Rice dkk (1989) melaporkan bahwa 8 diantara 14 wanita
dengan mioma retroplasenta mengalami solusio plasenta

6. Merokok
 Ibu yang perokok menyebabkan peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25%. OK plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya.
7.Pengaruh lain
Anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus
oleh adanya kehamilan.
Anemia  peredaran darah ke plasenta menurun 
penerimaan O2 oleh janin ↓  hipoksia.

8. Penggunaan kokain
Angka kejadiannya dilaporkan berkisar 13-35%.
Kokain  ↑ tekanan darah dan pelepasan katekolamin 
vasospasme pembuluh darah uterus  plasenta terlepas.

9.Riwayat solusio plasenta sebelumnya


Prognosis ibu dengan riwayat sebelumnya jauh lebih tinggi
dibandingkan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta sebelumnya.
Patofisiologi

Perdarahan ke dalam desidua basalis,


kemudian terpisah meninggalkan satu
lapisan tipis melekat ke miometrium

Hematom yang terbentuk


Pembentukan hematom desidua yang dengan cepat meluas dan
menyebabkan pemisahan, penekanan,
dan akhirnya destruksi plasenta melepaskan plasenta lebih
yang berada di dekatnya luas/banyak sampai ke
pinggirnya

Pada beberapa kasus, arteri spiralis


desidua mengalami ruptur juga
menyebabkan hematom
Gambaran klinis
 Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas < ¼ bagian, perut ibu sedikit tegang,
bagian janin mudah teraba, janin masih hidup, tanda persalinan
belum ada, jumlah darah yang keluar < 250 ml, kadar fibrinogen ≥
250 mg%.
 Solusio plasenta sedang
Rasa nyeri pada perut yang terus-menerus, perut ibu mulai tegang
dan bagian janin sulit diraba, jumlah darah yang keluar 250-1000 ml,
syok ringan, dapat terjadi fetal distress, kadar fibrinogen 120-150
mg%.
 Solusio plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas 2/3 bagian atau lebih, uterus sangat
tegang seperti papan dan nyeri, bagian janin sulit diraba, ibu telah
jatuh ke dalam syok dan janin telah meninggal, jumlah darah yang
keluar > 1000 ml, terjadi gangguan pembekuan darah dan kelainan
ginjal, kadar fibrinogen < 150 mg% disertai trombositopenia.
Komplikasi
 Syok hemoragik
OK kehilangan darah yang menyebabkan hipovolemia dan
akibatnya asfiksia pada ibu dan janin.
Tromboplastin dari desidua masuk ke sirkulasi ibu dan
memicu koagulasi intravaskular.

 Koagulopati konsumptif
Hematom retroplasenta yang terbentuk menyebabkan
pelepasan tromboplastin ke sirkulasi darah  perombakan
protrombin menjadi trombin  fibrinogen menjadi fibrin 
bekuan darah  DIC.
 Nekrosis iskemik
Kerusakan pada ginjal berupa nekrosis tubular akut,
nekrosis korteks bilateral, atau keduanya OK suplai darah
yang tidak adekuat dan hipoksia.

 Ketuban pecah dini


Peningkatan jumlah trombin akan memacu penghancuran
membran fetus.
Adanya enzim matrix metalloproteinase-1  mengganggu
integritas membran dan memicu terjadinya KPD.
Diagnosis
Anamnesis
 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
 Perdarahan pervaginam berupa darah segar dan bekuan
kehitaman
 Pergerakan anak mulai lambat dan akhirnya berhenti
 Ibu terlihat lemas, pucat,anemis
Inspeksi
 Pasien gelisah dan sering mengeluh kesakitan
 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin
 Tampak darah keluar pervaginam (tidak selalu)
Palpasi
 Tinggi Fundus Uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
 Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
 Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas
 Bagian-bagian janin sulit dikenali karena perut (uterus) tegang
Auskultasi
 Bila denyut jantung terdengar biasanya diatas 140,
kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila
plasenta yang terlepas lebih dari satu pertiga bagian.
Pemeriksaan dalam
 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup
 Bila terbuka, plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
 Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas
seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba
pada pemeriksaan
Pemeriksaan Umum
 TD awal mungkin tinggi tetapi kelamaan menurun dan
pasien jatuh ke dalam keadaan syok
Pemeriksaan laboratorium
 Pada urin didapati albumin (+), pada pemeriksaan sedimen
dapat ditemukan silinder dan leukosit
 Pemeriksaan darah dijumpai Hb menurun, sering terjadi
kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia
Pemeriksaan plasenta
 Biasanya tampak tipis, cekung di bagian plasenta yang
terlepas, (+) darah beku yang biasanya menempel di
belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
Pemeriksaan USG
 Dapat terlihat daerah lokasi plasenta (daerah terlepasnya
plasenta), gawat janin sampai kematian intrauteri, air
ketuban kesan keruh karena bercampur darah, tepian
plasenta.
Gambaran USG Solusio Plasenta
Penatalaksanaan

 Usia kehamilan < 37 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan


berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)
dilakukan pengelolaan konservatif.
 Usia kehamilan > 37 minggu seksio sesaria diindikasikan jika
persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
 Perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah
solusio plasenta bertambah luas)  kehamilan harus segera
diakhiri :
 Bila janin hidup lakukan seksio sesaria
 Bila janin meninggal lakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan.
 Amniotomi  merangsang proses persalinan, mengurangi
regangan uterus, mengurangi perdarahan dari tempat
implantasinya dan mengurangi masuknya tromboplastin dan faktor
lain ke dalam sirkulasi ibu.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari :
 Luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus
 Banyaknya perdarahan dan tersembunyi tidaknya
perdarahan
 Derajat koagulopati
 Adanya hipertensi menahun atau preeklampsia
 Jarak antara terjadinya solusio plasenta sampai
pengosongan uterus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai