Anda di halaman 1dari 32

KEGAWATDARURATAN

SISTEM ENDOKRIN

Dwi Martha Agustina,Ns,M.Kep


Emergency Departement SSI
Anatomi dan Fisiologis
Brainstorming
• Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang
diakibatkan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi
kondisi mengancam jiwa seseorang yang memerlukan
pertolongan segera agar tidak terjadi kematian
Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :
1. KAD (Ketoasidosis)
2. Hipoglikemia
3. Krisis adrenal
4. Hipertiroid
5. HONK ( Hipo Osmolar Non Ketotik )
Introduction
• Diabetic ketoacidosis (DKA) is characterised by the triad of
hyperglycemia, ketosis, and metabolic acidosis.
• KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes
melitus (DM) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat
darurat
• Diabetic ketoacidosis more often complicates type 1 rather than
type 2 diabetes mellitus and carries the risk of significant
morbidity and mortality
• DKA is asso-ciated with mortality rates as high as 5–9% in the
elderly

(Tara.T.T.Tran, 2017)
FAKTOR PENCETUS
KETOASIDOSIS DIABETIK
Terdapat sekitar 20% pasien KAD yang baru
diketahui menderita DM untuk pertamakalinya. Pada pasien KAD
yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya
faktor pencetus, sementara 20% lainnya tidak diketahui faktor
pencetusnya
Faktor pencetus tersering dari KAD adalah infeksi, dan
diperkirakan sebagai pencetus lebih dari 50% kasus KAD

Faktor lainnya adalah cerebrovascular accident, alcohol abuse,


pankreatitis, infark jantung, trauma
Faktor lain yang juga diketahui sebagai pencetus
KAD adalah trauma, kehamilan, pembedahan, dan stres
psikologis. Infeksi yang diketahui paling sering mencetuskan KAD
adalah infeksi saluran kemih dan pneumonia
Perkiraan jumlah total defisit air
dan elektrolit pada pasien KAD
No Perkiraan jumlah defisit Nilai

1 Total air 6

2 Air (ml/Kg) 100

3 Na+ (mEq/Kg) 7-10

4 Cl- 3-5

5 K+ 3-5

6 PO4-(mm0l/kg) 5-7

7 Mg 2+(mEq/Kg) 1-2

8 Ca2+ (mEq/Kg) 1-2


Klasifikasi KAD
Mild KAD Moderate KAD Severe KAD

pH 7,25-7,3 7,00-7,24 <7,0

Serum bikarbonat 15-18 14-15 <10


(mmo/L

Anion Gap >10 >12 >12

Mental Status Alert Alert/Drowsy Stupor/Coma

Adapted from American Diabetes Association 2009 consensus statement.


Catatan : - Pengukuran keton serum dan urine memakai metode
reaksi nitroprusida
- Osmolalitas serum efektif (mOsm/kg) = 2X
Na (mEq/l) + Glukosa (mg/dl)/18
- Anion gap = Na+ - (Cl-+HCO3- ) (mEq/l)
DIAGNOSIS
• Sesuai dengan patofisiogi KAD , maka pada pasien KAD dijumpai :
– pernafasan cepat dan dalam ( Kusmaul ) ,
– berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang , lidah dan bibir kering )
– disertai hipovolemia serta syok.
• Kriteria diagnosis KAD adalah :
– kadar glukosa > 250 mg%
– pH <7,35
– HCO3 rendah
– Anion gap meningkat
– Keton serum positif .
Penanganan
Penatalaksanaan KAD bersifat multifaktorial sehingga
memerlukan pendekatan terstruktur oleh dokter dan paramedis
yang bertugas
Prinsip-prinsip :
1. Hydration
2. Pottasium
3. Insulin
4. Dextrose
Algoritma
Hydration
Kenapa cairan pertama dan bukan insulin???
klinis yang dapat menolong untuk menentukan
derajat dehidrasi adalah :
- 5% : penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, takikardia
- 10% : capillary refile time • 3 detik, mata cowong
- > 10% : pulsus arteri perifer lemah, hipotensi, syok, oliguri
Hydration
The ADA consensus statement in 2009 recommended that
in the absence of cardiac compromise, normal saline is
to be infused at a rate of 15–20 mL/kg body weight or
at 1–1.5 L during the first hour. Determination of
subsequent rates should be dependent on patient
haemodynamic and hydration status and serum electrolyte
levels. Neither studies nor guidelines addressed the issue
of fluid replacement in obese patients with DKA
Most studies of hydration rate take place in the intensive care
setting making use of central venous pressure monitoring
Central Venous Pressure (CVP) monitor dapat sangat menolong.
Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, cairan diganti atau
ditambahkan dengan cairan yang mengandung
Pottasium
• Patients with DKA are often found to initially have mild to
moderate hyperkalaemia, despite a total body deficit of
potassium
• Hence patients with serum potassium levels <3.3mmol/L
need initial management with fluid resuscitation and
potassium replacement, whilst delaying commencement of
insulin until after potassium levels are above 3.3 mmol/L, to
avoid cardiac arrhythmias, arrest, and respiratory muscle
weakness
Jika kadar Na serum rendah tetaplah mempergunakan cairan
NaCl 0,9%. Setelah fungsi ginjal dinilai, infus cairan harus
mengandung 20 - 30 mEq/l Kalium (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) sampai
pasien stabil dan dapat makan. Keberhasilan terapi cairan
ditentukan dengan monitoring hemodinamik (perbaikan tekanan
darah), pengukuran cairan masuk dan keluar, dan pemeriksaan
klinis.
• the associated necessary cardiac monitoring and care settings
with guidelines recommending rates between 20 and 40 mmol
in 1 L of rehydration fluid.
• KCL tidak dilakukan jika tidak ada produksi urine,terdapat
kelainan ginjal, atau kadar kalium > 6 mEq/l
BIKARBONAT
Pemakaian bikarbonat pada KAD masih kontroversial. Pada pH >
7,0, pengembalian aktivitas insulin memblok lipolisis dan
memperbaiki ketoasidosis tanpa pemberian bikarbonat. Studi
random prospektif telah gagal menunjukkan baik keuntungan
atau kerugian pada perubahan morbiditas atau mortalitas dengan
terapi bikarbonat pada pasien KAD dengan pH antara 6,9 - 7,1
the ADA consensus guidelines that recommend patients with pH
< 6.9 should be administered 100 mmol of sodium bicarbo-nate
with 20 mmol potassium chloride/h for 2 h until venous pH is
>7.0 (1, 2). It appears clear that bicarbonate replacement offers
no benefit when pH > 6.9. For cases of pH < 6.9, whilst there is
lack of evidence, there is recommendation based only on expert
opinion that replacement should be considered.
• Bikarbonat
Pemberian bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat.
Hal ini disebabkan karena pemberian bikarbonat dapat :
– Menurunkan pH intraseluler akibat difusi CO2 yang dilepas
bikarbonat
– menimbulkan efek negatif pada disosiasi oksigen di jaringan
– hipertonis dan kelebihan natrium
– meningkatkan insiden hipokalemia
– gangguan fungsi serebral
– terjadi alkaliemia bila bikarbonat terbentuk dari asam keto
INSULIN
• Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis
KAD dan rehidrasi yang memadai
• Pemakaian insulin akan menurunkan kadar hormon glukagon,
sehingga menekan produksi benda keton di hati, pelepasan
asam lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino
dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh
jaringan
Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, cairan diganti atau
ditambahkan dengan cairan yang mengandung dextrose seperti
(dextrose 5%, dextrose 5% pada NaCl 0,9%, atau dextrose 5%
pada NaCl 0,45%) untuk menghindari hipoglikemia dan
mengurangi kemunginan edema serebral akibat penurunan gula
darah yang terlalu cepat.
Diagnosa keperawatan
• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dnegan pengeluaran yang
berlebihan akibat hiperglikemia
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
keasaman (pH menurun) akibat hiperglikemia, lipolisis
• Resiko gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan gangguan kimia tubuh
kriteria
• Tanda vital dalam batas normal
• TD sistolik :90-140 mmHg
• Nadi :60-100x/menit
• Pernapasan :16-24 x/menit
• Suhu : 36-37 C
• Urine output
• Turgor kulit elastis
• Kulit tidak kering
• Akral hangat
• Tidak pucat dan sianosis
• Nadi perifer teraba
• Selaput mukosa lembab
• Pengisian kapiler <2 detik
• Kadar elektrolit normal
• EKG tidak tampak aritmia
• GDS <400 mg/dl
Rencana tindakan
• Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
• Observasi kepatenan atau kelancaran infus
• Monitor tanda-tanda vital dang tingkat kesadaran tiap 15
menit bila stabil lanjutkan tiap jam
• Observasi turgor kulit,selaput mukosa,akral,pengisian kapiler
• Monitor pemeriksaan laboratorium gula darah elektrolit
terutama kadar kalium
• Monitor hasil pemeriksaan Hb,Ht dan kadar urea darah
• Monitor pemeriksaan EKG
• Bekerjasama dengan tim kesehatan: pemberian cairan, terapi
insulin, kateter urin, pemeriksaan laboratorium, pemasangan
CVP jika memungkinkan
Refrensi
Addison,Reuben. 2017. Diabetic Ketoacidosis: An Emergency Medicine
Simulation Scenario. Cureus 9(5): e1286. DOI 10.7759/cureus.1286

Gotera, Wira. 2010.Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetikum. Jurnal


penyakit dalam UNUD Vol 11 nomor 2

T.Tran et al. 2017. Review of evidence for Adult Diabetic Ketoacidosis


Management Protocols. published: 13 June 2017 doi:
10.3389/fendo.2017.00106

Krisanty,Paula. 2009. Asuhan keperawatan gawat darurat. Jakarta: CV Trans


Info Media
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai