Ketahanan Gempa
Ketahanan Gempa
Kelompok 6
1. Ayu Sari Rahmawati
2. Herliya Listiyani
3. Ivan Purnama Putra
4. Zeby Ukri Zatta P
10 Pengaruh Gempa Pada Unsur Sekunder, Unsur Arsitektur dan Instalasi mesin dan Listrik
PERENCAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
SECARA UMUM
Konfigurasi Bentuk Bangunan
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam
kondisi struktur gedung diambang keruntuhan, struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya
antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (dilatasi).
Berdasarkan pasal 4.3.3 simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus
dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal,
dikalikan dengan suatu faktor pengali sebagai berikut:
-Untuk struktur gedung beraturan :
ԑ = 0,7 R
-Untuk struktur gedung tidak beraturan :
ԑ = 0,7 R x Faktor skala
Dimana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala
adalah seperti yang ditetapkan dalam pasal 7.2.3
Untuk bangunan yang terlalu luas dan terlalu tinggi
harus dibagi-bagia atau dipotong-potong menjadi
bagian-bagian kecil dengan menggunakan pemisah
(dilatasi). Agar kinerja bangunan stabil.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak
boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
Jarak pemisah antar gedung paling sedikit sama dengan jumlah simpangan
maksimum masing-masing struktur gedung dengan jarak pemisah tidak boleh
kurang dari 0,025 kali ketinggian bangunan.
Dua bagian struktur gedung yang tidak direncanakan untuk bekerja sama sebagai
satu kesatuan dalam mengatasi pengaruh gempa rencana, harus dipisahkan yang
satu terhadap yang lainnya dengan suatu pemisah (dilatasi) dengan lebar minimal
sebesar simpangan masing-masing bagian struktur gedung lebar dilatasi tidak
boleh kurang dari 75mm.
Sela pemisah harus direncanakan detailnya dan dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga terbebas dari kotoran atau benda-benda penghalang. Lebar sela
pemisah harus memenuhi semua toleransi pelaksnaan.
9. Pengaruh Gempa Pada Struktur
Bawah
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada di atas muka tanah, sedangkan struktur bawah adalah seluruh bagian
struktur gedung yang berada di bawah muka tanah, yang terdiri dari struktur
besmen (kalau ada) dan atau struktur fondasinya. Seluruh struktur bawah harus
diperhitungkan memikul pengaruh Gempa Rencana.
Pembebanan gempa dari struktur atas
Pembebanan gempa dari struktur atas
Sesuai pasal 5.1.5 akibat pengaruh gempa rencana struktur
bawah tidak boleh gagal lebih dulu dari struktur atas, maka
struktur bawah dapat memikul pembebanan gempa maksimum
akibat pengaruh Gempa Rencana (Vm) yang dapat diserap
struktur atas dalam kondisi di ambang keruntuhan menurut
persamaan :
Keterangan
V = adalah pembebanan gempa akibat pengaruh Gempa Rencana
Menyebabkan pelelehan pertama di struktur gedung
f₂ = adalah faktor kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan struktur
gedung yang menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya
Faktor kuat lebih struktur f₂ nilainya tergantung pada nilai faktor daktilitas
struktur gedung µ yang bersangkutan dan ditetapkan menurut
persamaan :
Pasal 4.3.3 pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh Gempa
Rencana Vm dapat dihitung dari pembebanan gempa nominal Vn
menurut persamaan :
Apabila tidak ditentukan dengan cara rasional, sehubungan dengan Pasal 9.2.1 beban
gempa horizontal nominal statik akibat gaya inersia sendiri (Fb) pada pusat massa
lantai besmen.
arsitektur dan instalasi mesin memikul unsur sekonder, unsur arsitektur dan
dan listrik harus direncanakan instalasi mesin dan listrik tersebut, yang
terhadap suatu beban gempa nominal beratnya masing-masing adalah Wp,
statik ekuivalen Fp, yang bekerja
sedangkan R adalah faktor reduksi
dalam arah yang paling berbahaya dan
gempa struktur pemikul tersebut dan Kp
yang besarnya ditentukan menurut
persamaan : dan P adalah berturut-turut koefisien
instalasi tersebut dalam kinerjanya waktu getar alami struktur gedung yang
dengan cara yang lebih rasional, berbahaya. Apabila rasio waktu getar
faktor kinerja unsur P ditetapkan alami antara ke duanya adalah antara 0,6
dalam Tabel 10 dan Tabel 11. dan 1,4, maka nilai faktor kinerja
unsur P harus dikalikan 2, kecuali jika
dilakukan suatu analisis khusus.
Faktor kinerja unsur
untuk unsur sekunder
dan unsur arsitektur