Anda di halaman 1dari 41

TATA CARA PERENCANAAN

KETAHANAN GEMPA UNTUK


BANGUNAN GEDUNG
SNI 03-1726-2002

Kelompok 6
1. Ayu Sari Rahmawati
2. Herliya Listiyani
3. Ivan Purnama Putra
4. Zeby Ukri Zatta P

4-Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung


Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Secara Umum

7 Perencanaan Struktur Gedung Tidak Beraturan

8 Kinerja Struktur Gedung

9 Pengaruh Gempa Pada Struktur Bawah

10 Pengaruh Gempa Pada Unsur Sekunder, Unsur Arsitektur dan Instalasi mesin dan Listrik
PERENCAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
SECARA UMUM
Konfigurasi Bentuk Bangunan

 Dibuat simetris baik secara


Daktilitas
horizontal dan vertikal.
 Tujuan: untuk menghindari
terjadinya pemusatan gaya gempa  Arti kata daktail yaitu kuat apabila
di titik-titik tertentu pada struktur di beri gaya tekan dan kuat
bangunan bermaterial beton atau apabila di beri gaya Tarik.
bata.  Pondasi bangunan hendaknya
mengandung unsur material
penahan gempa sesuai dengan
pedoman perencanaan bangunan.
Ikatan Dinding Antar Lantai
dan Atap.
Diafragma dan Ikatan Lantai.
 Dinding beton dan dinding
 Penutup lantai yang tersusun dari pasangan bata harus dijangkarkan
unsur keramik dan kaca sangat terhadap semua lantai, pondasi
rentan terhadap retakan jika dan atap untuk menghasilkan
terjadi gempa. stabilitas horizontal.
 Marmer atau granit sebagai salah  Material yang cocok digunakan
satu solusi penutup lantai yang untuk dinding bisa menggunakan
tidak rentan retak akibat gempa beton ringan aerasi yang lebih
bumi. ramah terhadap gempa bumi.
Hubungan Antar Pondasi.
Beban Yang Dipikul.
 Pondasi harus kuat untuk
meredam getaran gempa  Semakin besar bobot bangunan
 Pondasi yang baik harus saling semakin besar percepatan gempa
berhubungan secara dua arah sehingga potensi runtuhnya
antar pondasi. bangunan juga meningkat
 Material pondasi yang digunakan  Pemilihan material-material
berupa pelat lantai beton bangunan yang ringan menjadi
bertulang. salah satu alternatif.
 Tinggi bangunan juga seharusnya
tidak melebihi empat kali dari lebar
bangunan.
7. Perencanaan Struktur Gedung
Tidak Beraturan
7. Perencanaan Struktur Gedung Tidak Beraturan
7.1 Ketentuan Untuk Analisis Respons Dinamik
• Struktur gedung yang tidak memenuhi ketentuan dalam pasal 4.2.1
(Simetris) dikatakan gedung yang tidak beraturan. Pengaruh gempa
terhadapnya dianalisis melalui respons dinamik 3D.
Metoda ini boleh dipakai
• Daktilitas struktur gedung ditentukan hasil apabila ratio antara
representatif daktilitas struktur 3D. Tingkat nilai-nilai factor reduksi
daktilitas dapat dinyatakan dalam factor gempa untuk 2 arah
reduksi gempa R representatif. pembebanan gempa
tidak lebih dari 1,5
• Nilai akhir respons dinamik struktur gedung
terhadap pembebanan gempa nominal
pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80%
nilai respons ragam pertama
V1: gaya geser nominal sebagai respon ragam yang pertama
C1: nilai faktor respon
I : faktor keutamaan
R :faktor reduksi gempa representatif
Wt : berat total bangunan
7.2 Analisis Ragam Spektrum Respons
Perhitungan respons dinamik
terhadap pembebanan gempa
nominal akibat pengaruh gempa
rencana menggunakan metoda
analisis ragam spektrum respons
dengan memakai spektrum
respons gempa rencana

Nilai Ordinat dikalikan I/R


Dimana, I = Faktor keutamaan menurut
Tabel 1
R = factor reduksi gempa
representatif dari struktur gedung
Penjumlahan respons ragam untuk struktur Nilai waktu getar
gedung tidak beraturan dilakukan dengan alami yang
beberapa metoda yaitu : berdekatan
selisihnya harus
a. Metoda Kombinasi Kuadratik Lengkap <15%
(Complete Quadratic Combination atau CQC).
b. Metoda akar jumlah kuadrat (Square Root of
the sum of squares atau SRSS)
Gaya geser tingkat nominal akibat pengaruh
gempa rencana sepanjang tinggi struktur
gedung, harus dikalikan dengan factor skala

V1= gaya geser dasar nominal sebagai respons


dinamik yang pertama
Vt= gaya geser nominal yang didapat dari hasil
analisis ragam spectrum respons.
7.3 Analisis Respons Dinamik Riwayat
Waktu
 Metode analisis dinamik 3D berupa analisis
respons dinamik linear dan non linier riwayat
waktu 𝐴𝑜 𝐼
A=
𝑅
 Analisa respons dinamik linier riwayat waktu

 Analisa respons dinamik non-linier riwayat


waktu A=𝐴𝑜 𝐼
Akselerogram gempa masukan diambil dari :
1. Kondisi geologi
2. Topografi
3. Seismotektonik
Ditinjau 4 buah akselerogram dari 4 gempa yang berbeda.
Salah satunya pda gempa El Centro N-S, California.
Gerakan tanah akibat gempa tidak dapat diperkirakan
dengan tepat, maka dipakai gerakan tanah yang
disimulasikan.
Parameter-parameter yang menentukan gerakan
tanah yang disimulasikan :
1. waktu getar predominan tanah.
2. Konfigurasi spektrum respons
3. Jangka waktu gerakan
4. Intensitas gempa
8. Kinerja Struktur Gedung
8. Kinerja Struktur Gedung
 Untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan.
Disamping untuk mencegah kerusakan non-struktural dan ketidaknyamanan
penghuni bangunan ditentukan oleh simpangan antar tingkat. Simpangan antar
tingkat harus dihitung dari simpangan struktur akibat pengaruh gempa nominal yang
telah dibagi faktor skala.

 Untuk memenuhi persyaratan kinerja struktur gedung, hasil perhitungan simpangan


akibat pengaruh gempa nominal dibagai faktor skala tidak boleh melampaui 0,03/R
kali tinggi tingkat bangunan atau 30 mm, pilih yang nilainya terkecil.
8.2 Kinerja batas ultimit

 Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam
kondisi struktur gedung diambang keruntuhan, struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya
antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (dilatasi).
Berdasarkan pasal 4.3.3 simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus
dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal,
dikalikan dengan suatu faktor pengali sebagai berikut:
-Untuk struktur gedung beraturan :
ԑ = 0,7 R
-Untuk struktur gedung tidak beraturan :
ԑ = 0,7 R x Faktor skala
Dimana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala
adalah seperti yang ditetapkan dalam pasal 7.2.3
Untuk bangunan yang terlalu luas dan terlalu tinggi
harus dibagi-bagia atau dipotong-potong menjadi
bagian-bagian kecil dengan menggunakan pemisah
(dilatasi). Agar kinerja bangunan stabil.
 Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak
boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.

 Jarak pemisah antar gedung paling sedikit sama dengan jumlah simpangan
maksimum masing-masing struktur gedung dengan jarak pemisah tidak boleh
kurang dari 0,025 kali ketinggian bangunan.

 Dua bagian struktur gedung yang tidak direncanakan untuk bekerja sama sebagai
satu kesatuan dalam mengatasi pengaruh gempa rencana, harus dipisahkan yang
satu terhadap yang lainnya dengan suatu pemisah (dilatasi) dengan lebar minimal
sebesar simpangan masing-masing bagian struktur gedung lebar dilatasi tidak
boleh kurang dari 75mm.
 Sela pemisah harus direncanakan detailnya dan dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga terbebas dari kotoran atau benda-benda penghalang. Lebar sela
pemisah harus memenuhi semua toleransi pelaksnaan.
9. Pengaruh Gempa Pada Struktur
Bawah
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada di atas muka tanah, sedangkan struktur bawah adalah seluruh bagian
struktur gedung yang berada di bawah muka tanah, yang terdiri dari struktur
besmen (kalau ada) dan atau struktur fondasinya. Seluruh struktur bawah harus
diperhitungkan memikul pengaruh Gempa Rencana.
Pembebanan gempa dari struktur atas
Pembebanan gempa dari struktur atas
Sesuai pasal 5.1.5 akibat pengaruh gempa rencana struktur
bawah tidak boleh gagal lebih dulu dari struktur atas, maka
struktur bawah dapat memikul pembebanan gempa maksimum
akibat pengaruh Gempa Rencana (Vm) yang dapat diserap
struktur atas dalam kondisi di ambang keruntuhan menurut
persamaan :
Keterangan
V = adalah pembebanan gempa akibat pengaruh Gempa Rencana
Menyebabkan pelelehan pertama di struktur gedung
f₂ = adalah faktor kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan struktur
gedung yang menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya

Faktor kuat lebih struktur f₂ nilainya tergantung pada nilai faktor daktilitas
struktur gedung µ yang bersangkutan dan ditetapkan menurut
persamaan :
Pasal 4.3.3 pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh Gempa
Rencana Vm dapat dihitung dari pembebanan gempa nominal Vn
menurut persamaan :

f = faktor kuat lebih total yang terdapat di dalam struktur gedung,


menurut persamaan :
Dengan f₁ = 1,6 sebagai faktor kuat lebih beban dan bahan. Dalam Tabel
9 dicantumkan f₂ dan f untuk berbagai nilai µ dan R tidak dapat
melampaui nilai maksimumnya menurut Pasal 4.3.4.
Pembebanan gempa dari gaya inersia
Berhubung keadaan sesungguhnya akibat pengaruh interaksi tanah-struktur
oleh pengaruh Gempa Rencana antara struktur bawah dan tanah sekelilingnya
terdapat interaksi kinematik dan inersial terdapat pada besmen yang
mengalami gaya inersia sendiri sebagai beban gempa horizontal.

Apabila tidak ditentukan dengan cara rasional, sehubungan dengan Pasal 9.2.1 beban
gempa horizontal nominal statik akibat gaya inersia sendiri (Fb) pada pusat massa
lantai besmen.

Ao = percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh Gempa rencana (Tabel 5)


Wb = berat lantai besmen termasuk beban hidup yang sesuai (Tabel 1)
Pembebanan gempa dari tanah sekelilingnya

Apabila tidak ditentukan dengan cara yang lebih rasional, dinding


besmen dan komponen lain struktur bawah harus diperhitungkan
terhadap tekanan tanah akibat pengaruh Gempa Rencana, nilainya
mencapai nilai maksimum sebesar nilai tekanan leleh tanah sepanjang
kedalaman besmen.

Dalam perhitungan struktur bawah suatu gedung struktur 3 dimensi


harus ditinjau keberadaan tanah belakang, samping dan tanah bawah
(fondasi)
10. Pengaruh Gempa Pada Unsur
Sekunder, Unsur Arsitektur dan
Instalasi mesin dan Listrik
Ruang lingkup pengamanan
1.Unsur arsitektur dan instalasi mesin 2.Benda-benda yang disimpan dalam museum

dan listrik harus diamankan terhadap dan barang-barang sejenis yang


pengaruh Gempa Rencana, karena unsur- mempunyai nilai sejarah atau nilai
unsur tersebut dapat menimbulkan bahaya budaya yang tinggi, yang tidak merupakan
pada manusia jika mengalami kegagalan, unsur-unsur struktur, harus ditambat
sedangkan instalasi mesin dan listrik dan diamankan terhadap pengaruh Gempa
harus tetap dapat berfungsi selama dan Rencana. Untuk detail dari penambatan
setelah gempa berlangsung. ini harus dimintakan nasehatnya dari
ahli yang khusus.
Tambatan
1.Setiap unsur sekonder, unsur arsitektur 2. Alat-alat penambat, termasuk baut-baut
seperti ornamen, panel beton pracetak dan jangkar, harus tahan karat, mempunyai
penutup luar gedung, serta instalasi daktilitas serta daya tambat yang
mesin dan listrik, harus ditambat erat cukup. Dalam hal panel-panel beton
kepada struktur gedungnya agar tahan pracetak, jangkar- jangkarnya harus
terhadap pengaruh Gempa Rencana. Tahanan dilas atau dikaitkan kepada penulangan
gesek akibat pengaruh gravitasi tidak panel.
boleh diperhitungkan dalam merencanakan
ketahanan geser suatu unsur atau
instalasi terhadap gaya gempa horisontal
Hubungan Antar-Unsur
1. Pengaruh satu unsur terhadap unsur lainnya yang

saling berhubungan harus diperhitungkan.


2.Interaksi di antara unsur
Kegagalan satu unsur sekonder, unsur arsitektur
sekonder, unsur asitektur serta
atau instalasi mesin dan listrik yang
instalasi mesin dan listrik harus
direncanakan terhadap pengaruh suatu beban
dicegah dengan mengadakan jarak
gempa tertentu, tidak boleh menyebabkan
pemisah menurut Pasal 8.2.4.
kegagalan pada unsur lain yang berhubungan dan

yang direncanakan terhadap pengaruh beban

gempa yang lebih tinggi.


Pemutusan otomatis operasi mesin dan alat

Jika pelanjutan operasi suatu mesin atau alat selama gerakan


gempa berlangsung dapat mengakibatkan bahaya yang berarti, maka
harus diadakan suatu sistem yang memutuskan secara otomatis
operasi suatu mesin atau alat, jika suatu percepatan muka tanah
tertentu yang ditetapkan mulai bekerja.
Pengaruh Gempa Rencana di mana C1 adalah Faktor Respons Gempa yang

didapat dari Spektrum Respons Gempa Rencana

menurut Gambar 2 untuk waktu getar alami

1.Setiap unsur sekunder, unsur fundamental dari struktur gedung yang

arsitektur dan instalasi mesin memikul unsur sekonder, unsur arsitektur dan
dan listrik harus direncanakan instalasi mesin dan listrik tersebut, yang
terhadap suatu beban gempa nominal beratnya masing-masing adalah Wp,
statik ekuivalen Fp, yang bekerja
sedangkan R adalah faktor reduksi
dalam arah yang paling berbahaya dan
gempa struktur pemikul tersebut dan Kp
yang besarnya ditentukan menurut
persamaan : dan P adalah berturut-turut koefisien

pembesaran respons dan faktor kinerja unsur

yang ditentukan dalam ayat-ayat berikut.


Pengaruh Gempa Rencana
2.Koefisien pembesaran respons mencerminkan
pembesaran respons unsur atau instalasi
terhadap respons struktur gedung yang
di mana zp adalah ketinggian tempat
memikulnya, yang bergantung pada ketinggian
kedudukan unsur atau instalasi dan zn adalah
tempat kedudukannya pada struktur gedung.
ketinggian lantai puncak gedung, keduanya
Apabila tidak dihitung dengan cara yang
diukur dari taraf penjepitan lateral menurut
lebih rasional, koefisien pembesaran respons
Kp dapat dihitung menurut persamaan : Pasal 5.1.2 dan Pasal 5.1.3.
Pengaruh Gempa Rencana
4.Waktu getar alami unsur sekonder, unsur

3.Faktor kinerja unsur P mencerminkan arsitektur dan instalasi mesin dan

tingkat keutamaan unsur atau listrik yang nilainya berdekatan dengan

instalasi tersebut dalam kinerjanya waktu getar alami struktur gedung yang

selama maupun setelah gempa memikulnya harus dihindari, sebab dapat

berlangsung. Jika tidak ditentukan menimbulkan gejala resonansi yang

dengan cara yang lebih rasional, berbahaya. Apabila rasio waktu getar

faktor kinerja unsur P ditetapkan alami antara ke duanya adalah antara 0,6

dalam Tabel 10 dan Tabel 11. dan 1,4, maka nilai faktor kinerja
unsur P harus dikalikan 2, kecuali jika
dilakukan suatu analisis khusus.
Faktor kinerja unsur
untuk unsur sekunder
dan unsur arsitektur

faktor kinerja unsur P dapat dilihat pada


tabel 10 dan 11
Faktor kinerja unsur
untuk unsur sekunder
dan unsur arsitektur

faktor kinerja unsur P dapat dilihat pada


tabel 10 dan 11
What a nice day...
Thank U 

Anda mungkin juga menyukai