Anda di halaman 1dari 26

I Gede Wahyu Antara Kurniawan,ST,M.Erg.

 Jl. Tkd. Languan I/2 Panjer Denpasar


 Dosen T. Elektro Politeknik Negeri Bali
 Praktisi MEP.
 Hp :08123955114
 Home :0361 237188
PENGERTIAN/ DEFINISI

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Upaya atau pemikiran dan penerapannya yang


ditujukan untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya, untuk
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
Lanjutan 1.1.
PENGERTIAN/ DEFINISI

Keselamatan (Safety):
 Suatu keadaan selamat,
bebas dari cedera atau
bahaya atau perasaan takut
akan celaka, cedera dan
resiko bahaya.

Kesehatan (Health):
 Suatu keadaan kejiwaan,
fisik , dan sosial yang sehat,
serta bebas dari ancaman
penyakit akibat kerja.
RUANG LINGKUP
Keselamatan , Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) :
Suatu program untuk menciptakan lingkungan yang sehat, aman,
sejahtera dan produktif melalui upaya peningkatan kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja serta penyerasian lingkungan di dalam
dan di sekitar perusahaan.

Sistem Manajemen Keselamatan,


Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) :
Bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang mencakup :
a) Struktur Organisasi

b) Perencanaan kegiatan

c) Uraian tanggung jawab

d) Hasil pelaksanaan, prosedur dan proses kegiatan

e) Ketersediaan sumber daya (manusia, dana & sarana)

f) Untuk mengembangkan, mengimplementasikan, mencapai,


mengevaluasi dan memelihara Kebijakan Keselamatan,
Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L).
OBJECTIVE K3

 Melindungi para pekerja dan orang


lainnya ditempat kerja (formal maupun
informal).

 Menjamin setiap sumber produksi


dipakai secara aman dan efisien.

 Menjamin proses produksi berjalan


lancar.
SASARAN KESELAMATAN KERJA
1. UNSUR MANUSIA
a. Upaya preventif meniadakan/menekan terjadinya kecelakaan.
b. Mencegah/mengurangi timbulnya cidera, cacat & kehilangan jiwa.
c. Meningkatkan etos kerja, produktifitas dan efisiensi kerja.
d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja.

2. UNSUR PEKERJAAN
a. Mengamankan tempat kerja, peralatan dan material, konstruksi,
instalasi dan sumber daya lainnya.
b. Meningkatkan produktivitas pekerjaan dan menjamin kelangsungannya.
c. Terwujudnya tempat kerja yang aman, nyaman dan terjamin
kelangsungannya.
d. Terwujudnya pekerjaan yang tepat waktu dan hasil yang memuaskan.

3. UNSUR PERUSAHAAN
a. Menekan biaya operasional, sehingga keuntungan meningkat dan
perusahaan berkembang.
b. Mewujudkan kepuasan pelanggan, sehingga kesempatan mendapatkan
pekerjaan lebih mudah.
c. Terwujudnya perusahaan yang sehat.
SEJARAH KESELAMATAN KERJA
ABAD 18
TAHUN 1841 DI PERANCIS :
1. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR PEKERJA ANAK-ANAK DALAM
PERUSAHAAN INDUSTRI, PABRIK , BENGKEL, YANG MENGGUNAKAN
TENAGA MEKANIK.
2. MELAKSANAKAN PROSES TERUS MENERUS.
3. MEMPERKERJAKAN LEBIH DARI 20 ORANG.
TAHUN 1893 MENJADI UU KESELAMATAN KERJA.
KASUS KECELAKAAN MENINGKAT, KESADARAN KESELAMATAN KERJA MENJADI
PERHATIAN SERIUS, ORANG MULAI BERUPAYA MEMPROTEKSI OPERASIONAL
KERJA SEBAIK-NAIKNYA.

DI INDONESIA ABAD 19
TANGGAL 28 PEBRUARI 1852 MENUJU KE MASYARAKAT INDUSTRI.
1. BERUPA STAATBLAD NO. 20. PENGGUNAAN MESIN-MESIN DIESEL
DAN MESIN LISTRIK MENINGKAT.
2. PENJAGAAN KESELAMATAN KERJA
PADA PEMAKAIAN PESAWAT UAP. KASUS KECELAKAAN KERJA SEMAKIN
LUAS DAN BERAGAM.
3. INSTANSI PENGAWASAN
“DIENSVANHET STOOMWEZEN UPAYA KESELAMATAN KERJA MULAI
DITERAPKAN DENGAN KONSEP YANG
LEBIH JELAS MENYANGKUT
PENGAMANAN PEKERJA, PERALATAN
SAAT INI DI INDONESIA DAN MATERIAL
DIKELOLA / DITANGANI OLEH DEPNAKER.
ADA KETENTUAN STANDAR MENGENAI
KESELAMATAN KERJA.
MASING-MASING UNSUR MEMPUNYAI
PERATURAN KESELAMATAN KERJA SESUAI
SPESIFIK
DENGAN SPESIFIKASI PEKERJAAN MASING-
MASING.
PENYEBAB KECELAKAAN

KONDISI PENYEBAB
UNSAFE CONDITIONS UNSAFE ACTION
PERALATAN KERJA TIDAK BAIK.
BEKERJA SEMBARANGAN (MENGABAIKAN PERATURAN
MESIN YANG TIDAK TERLINDUNGI. KESELAMATAN KERJA).
TEMPAT KERJA MEMBAHAYAKAN (LICIN, BERDEBU, MEMAKAI BAJU YANG TIDAK LAYAK.
PANAS, BECEK, BERMINYAK, BERBAU MENYENGAT,
DLL). BEKERJA SAMBIL BERSENDA GURAU, MEROKOK DLL.
KONSTRUKSI/ INSTALASI PEKERJAAN YANG DENGAN SENGAJA MERUSAK/ MELEPAS SEBAGIAN
MEMBAHAYAKAN. INSTALASI PEKERJAAN.

PENCEGAHAN

MEMPERSIAPKAN PEKERJAAN UNTUK MENYIAPKAN PRASARANA & SARANA


BEKERJA DENGAN AMAN KERJA YANG MEMADAI
PENJELASAN DAN CONTOH MELAKSANAKAN PEKERJAAN. MENYEDIAKAN TEMPAT KERJA YANG MEMENUHI
KETENTUAN KESELAMATAN.
PENJELASAN DAN CONTOH MELAKSANAKAN PEKERJAAN
YANG AMAN. PENEMPATAN PERLATAN KERJA DENGAN BAIK.
PENJELASAN JENIS PERLATAN KERJA & CARA MENYIAPKAN ALAT KERJA YANG MEMADAI.
PEMAKAIANNYA.
MESIN-MESIN DAN PERALATAN HARUS TERLINDUNGI
PENJELASAN TENTANG BAHAYA POTENSIAL SUATU DENGAN BAIK.
PEKERJAAN.
RUANGAN TEMPAT BERJALAN YANG LONGGAR.
MEMBERIKAN BUKU PEDOMAN K-3.
MEMBERIKAN PEDIDIKAN DAN PELATIHAN K-3.
PENGAWASAN, KOREKSI DAN BIMBINGAN.
PENYEBAB KECELAKAAN

1. INTERNAL ( INDIVIDUAL)
a. Kecenderungan mendapatkan kecelakaan.
b. Kemampuan/ kecakapan terbatas (tidak berimbang
dengan pekerjaan yang ditangani).
c. Sikap dan perilaku yang tidak baik.

2. EKTERNAL (LINGKUNGAN)
a. Job Discription tidak proporsional dan tidak jelas.
b. Pekerjaan mempunyai resiko tinggi kecelakaan.
c. Prasarana & sarana kerja tidak memadai.
d. Upah dan kesejahteraan karyawan yang rendah.
e. Keresahan pada pekerja.
PENYEBAB KECELAKAAN OLEH FAKTOR MANUSIA
PENELITIAN ARBOUS & KERRICH (1953), DI EVALUASI KEMBALI OLEH
SUCHMAN & SCHERZER, MENGURAIKAN TENTANG PENYEBAB
KECELAKAAN YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR INDIVIUDAL

NO JENIS PENYEBAB KECELAKAAN PROSENTASE

1. Sikap Kerja yang tidak tepat 14%


2. Kegagalan mengenal bahaya potensial 12%
3. Kegagalan perkiraan jarak dan kecepatan 12%
4. Sikap selalu menggampangkan 10%
5. Sikap tidak bertanggung jawab 8%
6. Kegagalan perhatian yang konstan 8%
7. Rasa takut gagal 6%
8. Penglihatan tidak sempurna 4%
9. Gangguan – gangguan organis 4%
10. Reaksi lambat 4%
11. Tekanan darah tinggi 2%
12. Rasa rendah diri 2%
13. Tekanan mental dan rasa selalu was-was 2%
14. Kelelahan phisik 2%
15. Tidak berpengalaman 2%
16. Perhatian terhadap lingkungan yang tidak sempurna 2%
17. Lain-lain 6%
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
1. Peraturan
2. Standardisasi
3. Pengawasan
4. Penelitian Teknik
5. Penelitian Medis
6. Penelitian Psikis
7. Penelitian Statistik
8. Pendidikan
9. Pelatihan
10. Persuasi
11. Asuransi
12. Penerangan
Ref. Accident Preventions, ILO
(Menurut ILO)
 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu
pengetahuan, tehnik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap
rekayasa
• Penyel pengawasan & pemantauan pelak K3
 STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tkt kemajuan
pelak K3
 INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi
tempat kerja masih memenuhi ketentuan &
persyaratan K3
(Menurut ILO)
 RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS &
STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tkt kemajuan
bid K3 sesuai perkemb ilmu pengetahuan, tehnik &
teknologi
 PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi TK
 PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bid K3, bukan
melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-
sanksi
(Menurut ILO)
 ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan
pencegahan kec dgn pembayaran premi yg
lebih rendah terhdp peusahaan yang
memenuhi syarat K3

 PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA


• Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat
kerja dlm upaya memenuhi syarat-syarat K3
di tempat kerja
Perundang-undangan dalam
Keselamatan Kerja
 UUD 1945 pasal 27 ayat (2) mengisyaratkan hak setiap
warga negara atas pekerjaan dan penghasilan yang
layak bagi kemanusiaan; yang bermakna keselamatan
tenaga kerja sebagai pelaksananya adalah terjamin.
 UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan
pokok mengenai tenaga kerja; ditegaskan bahwa tiap
tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya (pasal 9) Dan pasal 10, ayat a,
pemerintah membina norma-norma keselamatn kerja.
 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
KESELAMATAN KERJA

1. Tersedianya alat pertolongan.


2. Setiap kecelakaan yang membutuhkan
pengobatan, pertolongan, atau perawatan,
terlebih dulu harus dilaporkan secepat mungkin
kepada orang yang diberi wewenang mengepalai
pekerjaan yang bersangkutan, yang selanjutnya
akan melaporkan kejadian itu secara terinci
kepada ahli teknik atasannya.
KEWAJIBAN PERUSAHAAN

Berkaitan dengan keadaan darurat tersebut, perusahaan memiliki kewajiban untuk


membuat rencana dalam mengantisipasi dan menghadapi keadaan darurat, yaitu
dengan :
1. Mengidentifikasi secara jelas dan komprehensif jenis keadaan darurat yang mungkin/
berpotensi terjadi didalam maupun diluar tempat kerja.
2. Menyediakan peta evakuasi dan titik berkumpul yang telah ditentukan dan
dikomunikasikan ke seluruh karyawan (mengenai jalur evakuasi bagi karyawan/
penghuni dan tamu ke tempat tertentu yang lebih aman).
3. Menyediakan tim penanggulangan keadaan darurat terlatih beserta tanggung jawab dan
struktur organisasinya.
4. Menyediakan dan memelihara sarana penanggulangan/evakuasi keadaan darurat.
5. Menyediakan prosedur untuk mencegah dan mengantisipasi keadaan darurat
(kesiapsiagaan dan tanggap darurat).
6. Melakukan uji coba secara periodik beberapa prosedur yang dapat dipraktekkan.
7. Mereview dan merevisi (kalau perlu) prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat
setelah terjadinya accident atau situasi darurat.
8. Memeriksa, menguji dan memelihara sarana atau sistem proteksi keadaan darurat,
misalnya : APAR, hidran, detector, sprinkler, pompa hidran dan lain-lain.
KESEHATAN KERJA

Spesialisasi dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar


pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit
atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit umum.

Beberapa ilmu yang berkaitan dengan


keselamatan dan kesehatan kerja seperti
ergonomi, psikologi industri, toksilogi, dll.
Tujuan utama:
Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan:


Pekerja harus kerja dengan cara dan dalam
lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan.

Lingkungan kerja yang dimaksud meliputi:


Tekanan panas, penerangan tempat kerja, debu
diantara ruang kerja, sikap badan, penserasian
manusia dan mesin, perekonomisan upaya.
KONDISI-KONDISI KESEHATAN YANG
MENYEBABKAN RENDAHNYA
PRODUKTIFITAS KERJA
1. Penyakit umum;
karena infeksi, endemik, dan prasit. Contohnya penyakit
pada alat pernafasan seperti flu dan bronchitis merupakan
bagian terbanyak (30-40%), penyakit perut (15-20%),
TBC(8%). Penyakit parasit karena cacing masih merupakan
gangguan terbesar.

2. Penyakit akibat kerja:


penyakit karena keracunan bahan kimia, gngguan mental
psikologi akibat kerja (penyakit ini lebih sedikit akibat
sedikitnya pekerja yang melapor).

3. Keadaan gizi pada tenaga kerja seperti gizi kurang baik


karena penyakit endemis dan parasitis, dan kurang
pengertian terhadap gizi, kemampuan pengupahan yang
rendah dan beban kerja yang terlalu besar.
4. Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk
produktivitas optimal tenaga kerja seperti keadaan
suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu
efektif di luar kenikmatan kerja. Contoh penerangan
pada sistem kerja sering diabaikan, akibat kelelahan
mata. Intensitas bunyi banyak melebihi 85 db (A).
Lingkungan kerja lain seperti debu, uap dan gas.

5. Perencanan atau pemikiran tentang penserasian


manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja sesuai
dengan modernisasi.

6. Ditinjau dari segi gangguan mental psikologis tenaga


kerja baru mengalami goncangan-goncangan hebat.
8. Kesejahteraan tenaga kerja yang sering kurang
baik dikarenakan pengupahan yang rendah.

9. Baik pengusaha maupun buruh belum


memahami adnya hubungan diantara kondisi
kesehatan dan tinggi rendahnya produktivitas.

10. Fasilitas kesehatan yang ada di perusahaan


jauh belum memenuhi persyaratan.
GANGGUAN PADA KESEHATAN
DAN DAYA KERJA

Hubungan yang serasi antara kesehatan dan daya kerja untuk


mencapai tujuan yang diinginkan:
1. Beban kerja
2. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja
3. Kapasitas kerja

BEBAN KERJA
Setiap pekerjan merupakan beban bagi pelakunya. Beban
dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial.
Seorang pekerja berat, seperti pekerja-pekerja bongkar dan
muat barang di pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik
dari pada mental atau sosial.
Setiap tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam
hubungannya dengan beban kerja, seperti penempatan seorang
tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Tingkat
ketepatan suatu penempatan meliputi kecocokan, pengalaman,
keterampilan, motivasi, dll.

Kesehatan kerja membantu mengurangi beban kerja dengan


memodifikasi cara kerja contoh beban kerja akibat memikul
suatu barang dapat dikurangi dengan penggunaan kereta
dorong. Dalam usaha menentukan beban maksimal misal 50
kg (rekomendasi ILO).
BEBAN TAMBAHAN KEPADA
BEBAN TENAGA KERJA

Ada 5 faktor:

1. Faktor fisik meliputi penerangan, suhu udara,


kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis,
radiasi, dan tekanan udara.
2. Faktor-faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, asap,
cairan.
3. Faktor biologi baik golongan tumbuhan atau hewan.
4. Faktor fisiologis seperti kontruksi mesin, sikap dan cara
kerja.
5. Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan
diantara pekerja atau pengusaha, dan pemilihan kerja.

Anda mungkin juga menyukai