Anda di halaman 1dari 19

Farmakoterapi pada Ibu

Hamil
Proses Kehamilan
• Proses kehamilan di dahului oleh proses pembuahan satu sel telur
yang bersatu dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk
zigot.
• Zigot membelah (berkembang), di hari ke-4 menempel pada dinding
Rahim = Hamil
• Proses kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari), tidak
lebih dari 43 minggu
• Usianya kehamilan:
1. trimester pertama 0 – 14 minggu
2. trimester kedua 14 – 28 minggu
3. trimester ketiga 28 – 42 minggu
Perkembangan Janin
Perubahan Farmakokinetik pada Ibu Hamil
• Peningkatan cairan : penambahan volume darah sampai 50% dan
curah jantung sampai dengan 30%.
• Pada akhir semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan
• Pada akhir kehamilan aliran darah ke rahim mencapai puncaknya
hingga 600-700 ml/menit.
• Peningkatan cairan tubuh terdistribusi 60 % di plasenta, janin dan
cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu.
• Menyebabkan kadar puncak obat dalam darah menurun (obat polar
spt aminoglikosida)
• Hipoalbuminemia = ikatan obat-protein rendah
• Tp tidak bermakna karena diiringi kecepatan metabolisme
• Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan (tidak menimbulkan
efek yang bermakna pada absorpsi obat).
• Aliran darah ke hepar relatif tidak berubah.
• Kenaikan kadar estrogen dan progesteron akan dapat secara
kompetitif menginduksi metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau
menginhibisi metabolisme obat lain misalnya teofilin.
• Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat mempengaruhi bersihan
(clearance) ginjal obat yang eliminasi nya terutama lewat ginjal,
contohnya penicilin.
Perpindahan Obat melalui Plasenta
• Difusi Pasif
Faktor yang mempengaruhi:
1. Lipofilitas Obat. Contoh: Thiopental, obat yang umum digunakan
pada dapat menyebabkan apnea (henti nafas) pada bayi yang baru
dilahirkan
2. Derajat Ionisasi
3. Ukuran Molekul (< 500 Dalton). Contoh: heparin (BM > dan polar)
tidak dapt menembus plasenta sehingga merupakan obat
antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan.
4. Ikatan Protein Plasma
Derajat keterikatan obat dengan protein (terutama albumin) akan
mempengaruhi kecepatan melewati plasenta.
Akan tetapi bila obat sangat larut dalam lemak maka ikatan protein
tidak terlalu mempengaruhi
Contoh : kokain yang merupakan basa lemah, kelarutan dalam lemak
tinggi, berat molekul rendah (305 Dalton) dan ikatan protein plasma
rendah (8-10%) sehingga kokain cepat terdistribusi dari darah ibu ke
janin.
Metabolisme Obat pada Plasenta dan Janin
• Semua jalur utama metabolisme obat ada di plasenta (cepat
diekskresi)
• Disisi lain, metabolisme plasenta dapat menyebabkan terbentuknya
atau meningkatkan jumlah metabolit yang toksik, misalnya etanol dan
benzopiren.
• Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin
lewat vena umbilikal. Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut akan
masuk hati janin, sisanya akan langsung masuk ke sirkulasi umum
janin.
Perubahan Farmakodinamik pd Ibu Hamil
• kortikosteroid diberikan untuk merangsang matangnya paru janin bila
ada prediksi kelahiran prematur.
• fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme
bilirubin sehingga insidens jaundice ( bayi kuning) akan berkurang.
• fenobarbital juga dapat menurunkan risiko perdarahan intrakranial
bayi kurang umur.
• Anti aritmia juga diberikan pada ibu hamil untuk mengobati janinnya
yang menderita aritmia jantung.
Kerja obat teratogenik
• Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak
langsung mempengaruhi jaringan janin.
• Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta
sehingga mempengaruhi jaringan janin.
• Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan
janin, misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada
jaringan normal. Dervat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah
teratogenik yang potensial.
• Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada
abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat
menurunkan insiden kerusakan pada selubung saraf , yang menyebabkan
timbulnya spina bifida.
• Paparan berulang zat teratogenik dapat menimbulkan efek kumulatif.
Misalnya konsumsi alkohol yang tinggi dan kronik pada kehamilan ,
terutama pada kehamilan trimester pertama dan kedua akan
menimbulkan fetal alcohol syndrome yang berpengaruh pada sistem
saraf pusat, pertumbuhan dan perkembangan muka
Masalah pada Kehamilan
1. Toksoplasma
Penyakit protozoa sistemik yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii.
Infeksi pada TM I menyebabakan 20 % janin terinfeksi atau kematian.
Infeksi pada TM III, 65 % janin akan terinfeksi.
Pencegaha:
• memasak daging sampai matang
• menggunakan sarung tangan baik saat memberi makan maupun
membersihkan kotoran hewan ternak
• menjaga agar tempat bermain anak tidak tercemar kotoran hewan ternak.
2. Rubella (German measles)
• Disebabkan oleh virus. Masa inkubasinya rata – rata 16 – 18 hari.
• mengancam janin bila didapat saat kehamilan pertengahan pertama
• makin awal (trimester pertama) Ibu hamil terinfeksi rubella makin
serius akibatnya pada bayi yaitu kematian janin intrauterin, abortus
spontan, atau malformasi kongenital pada sebagian besar organ
tubuh ( kelainan bawaan )
3. Herpes simpleks ( Herpervirus hominis)
• Disebabkan infeksi herpes simplex virus (HSV).
• Bayi terinfeksi secara perinatal akibat persalinan lama
• Gejala pada bayi biasanya mulai timbul pada minggu pertama
kehidupan tetapi kadang-kadang baru pada minggu ke dua atau
ketiga.
• Pencegahan : menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan
kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan
kondom dalam aktifitas seksual, dan penggunaan sarung tangan
dalam menangani lesi infeksius.
4. HIV/AIDS
• infeksi retrovirus.
• Pada janin penularan terjadi secara transplasenta, tetapi dapat juga
akibat pemaparan darah dan sekret serviks selama persalinan.
• Kebanyakan bayi terinfeksi HIV belum menunjukan gejala pada saat
lahir.
• Pencegahan : menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan,
skrining donor darah lebih ketat dan pengolahan darah dan
produknya dengan lebih hati – hati.
Prinsip pengobatan pada Ibu Hamil
• Pertimbangkan perawatan pada masa kehamilan
• Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolah ibu
diharapkan lebih besar dibandingkan risiko pada janin
• Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester
pertama kehamilan
• Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada
kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat
yang belum pernah dicoba secara klinis
• Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat
mungkin
• Hindari polifarmasi
• Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada
beberapa obat (misalnya fenitoin, litium)

Anda mungkin juga menyukai