Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Reading

DIAGNOSIS AND TREATMENT OF


PRIMARY SPONTANEOUS PNEUMOTHORAX

Pembimbing:
dr. Taufan Hidayat, Sp.B

Disusun Oleh:
Izzatun Nisa Syahidah
(G4A016010)

SMF ILMU BEDAH


RSUD PROF DR MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Pneumothoraks spontan primer (PSP) sering terjadi
pada usia remaja, berpostur tinggi, dan kurus. Walaupun
patogenesis dari PSP mulai terungkap, namun masih terdapat
kekurangan dalan konsensus pendekatan diagnostik dan
strategi tatalaksana untuk penyakit ini. Pada jurnal ini literatur
ditinjau dari mekanisme dan pengalaman klinis pribadi
dengan PSP. Computed tomography (CT) dada lebih sering
digunakan daripada sebelumnya untuk membantu
memahami patogenesis PSP dan strategi tatalaksana untuk ke
depannya. Perkembangan video-assisted thoracoscopic
surgery (VATS) telah mengubah profil manajemen srategi PSP
berdasarkan minimalnya invasif dan tingginya keefektifan
untuk pasien dengan penyakit ini.

Kata kunci: Pneumothoraks spontan primer (PSP), diagnosis,


tatalaksana
 Pneumothoraks  spontan/ post trauma
 Akumulasi udara/gas dalam kavitas
pleura

Peningkatan tekanan intrathoraks akibat peningkatan


P. Tension udara yang progresif di rongga pleura  Emergency
(gagal sirkulasi, gagal napas, kompresi mediastinal)

P. Non
Tanpa akumulasi udara yang terus-menerus
Tension
 Pneumothoraks spontan

Tanpa penyakit paru mendasar  ruptur pleural bleb/bulla


PS Primer
(Pria, tinggi, kurus)

Dengan penyakit paru yg mendasari  usia lebih tua


PS Sekunder
(emfisema, asma, infeksi, ca paru, pneumothoraks katamenial,dsb)
 Pria = 7,4-18 per 100.000 populasi per
tahun
 Wanita = 1,2-6 per 100.000 populasi per
tahun
 Pria, berpostur tinggi, kurus, usia 10-30 th
 PSP biasanya terjadi pada saat istirahat
 Faktor pencetus lain:
› Perubahan tekanan atmosfer
› Perubahan emosional
› Perubahan cuaca
› Ujian tengah semester/ujian akhir
› Aktivitas seksual
› Mendengar musik keras
› Riwayat pada keluarga
› Mutasi gen
› Merokok
 Ruptur spontan bleb subpleural atau
bulla
 Peningkatan pleural porosity
 Spontaneous hemopneumothoraks
› Pemb.darah aberran dari dinding dada dan
tumbuh ke dalam lesi pleura (bulla/bleb)
Schematic illustration of the anatomy of emphysematous lung lesions,
representing a bleb and a bulla.
 Nyeri dada (ringan/mengganggu – tajam & menetap)
 Sesak napas
 Suara napas ↓
 Gerakan dinding dada ↓
 Hipersonor
 Vokal fremitus ↓
 Takikardi

Takikardi >>, keringat dingin, hipotensi, sianosis  Tension pneumothoraks


 Posteroanterior chest radiograph
› Pleural line
 Computed tomography (CT) of the chest
› Mendeteksi pneumothoraks ringan (<15%
area hemithoraks)
› Jumlah, ukuran, lokasi bulla/bleb
› Adhesi pleura
› Akumulasi cairan pleura
› Penyakit paru mendasar
Coronal CT scan of the chest showing a bulla located in the right lung apex and
accompanied by pleural adhesion.
 A: normal lung;
 B: apical lung
scarring;
 C: small bleb;
 D: bulla;
 E: giant bulla;
 F: multiple bullae;
 G: multiple
bilateral bullae;
 H: lobar
emphysema;
 I: recurrent
pneumothorax
with multiform
membranous
pleuropulmonary
adhesions;
 J: multiloculated
membranous
chronic
pneumothorax;
and
 K: spontaneous
hemopneumotho
rax
• Oksigen inhalasi (<15%)

• Aspirasi sederhana (>15%)


Kateter IV/ thoracocentesis/ drainase dg kateter
pigtail atau chest tube

• Drainase chest tube (pneumothoraks >>, serangan


berulang, vol udara aspirasi pleura >30%)
 Indikasi:
› Pneumothoraks ipsilateral rekuren
› Episode pertama w/ persistent air-leakage
(>5-7 hari)
› Pneumothoraks kontralateral sebelumnya

First Episode Recurrent or Persistent

<20% = Observasi Bedah invasif


>20% = Aspirasi sederhana (Open thoracotomy atau VATS)

VATS = Video-Assisted Thoracoscopic Surgery


A B

Video-assisted thoracoscopic surgery image of a bulla showing extreme thinning in


the left lung apex and accompanied by pleural adhesion.
 VATS (Video Assisted Thoracoscopic Surgery)
› Nyeri post operatif lebih rendah
› Kosmetik luka lebih baik
› Masa tinggal di RS lebih pendek
› Durasi drainase lebih pendek
› Pemulihan fungsi lebih baik
› Kepuasan pasien lebih baik (jangka pendek &
jangka panjang)
› Efektivitas biaya setara denga pendenkatan
terbuka
 Pada 3 th follow up
› 97% kelompok VATS menganggap diri
mereka telah pulih dari operasi
› 79% kelompok thoracotomy
 Nyeri kronis yg memerlukan
penanganan analgesik >1 bulan
› 3% kelompok VATS
› 90% kelompok thoracototomy
 Mendeteksi bleb pleura
 Untuk menilai perlunya intervensi bedah
 Melokalisasi bulla/bleb pada area atau
tempat yg tidak biasa
 Mendeteksi hemopneumothoraks
 Merencanakan strategi pembedahan
 Deteksi bulla/bleb kontralateral 
prediksi risiko PSP kontralateral
Akumulasi darah (>400 ml) dan udara pada rongga pleura
SHP tanpa disertai penyakit paru mendasar atau riw trauma dada
dalam 48 jam terakhir

 Komplikasi PSP, insiden 0,5-2,6%


 Pecahnya pembuluh darah pada permukaan
bulla/bleb
 Tx: insersi chest tube, intervensi pembedahan
(perdarahan masif & ketidakstabilan hemodinamik,
perdarahan persisten >24 jam)
 VATS  mengendalikan perdarahan
 54-88% PSP unilateral memiliki bulla/bleb
kontralateral  PSP bilateral  VATS bilateral
PSP Unilateral + bulla/bleb kontralateral
VATS Bilateral  Kontroversi
asimtomatik

Tidak
Direkomendasikan

 VATS ke-2 akan dilakukan jika gejala klinis


muncul
 Pengembangan dan penerapan alat diagnostik
baru, terutama CT scan beresolusi tinggi, telah
membantu untuk lebih memahami patogenesis PSP
dan mempengaruhi tatalaksananya.
 Perkembangan teknik VATS invasif minimal telah
mengubah profil strategi tatalaksana tradisional.
 Selain itu, teknik bedah minimal yang lebih baik untuk
mendeteksi dan menyingkirkan bulla/bleb, atau
teknik pleurodesis dengan efektivitas yang lebih
baik,masih diharapkan dapat memperbaiki hasil
pengobatannya pada pasien PSP.
Lyra RM. 2016. "Etiology of primary spontaneous pneumothorax",
Jornal Brasileiro de Pneumologia, 42(3): 222-226.

Anda mungkin juga menyukai