Anda di halaman 1dari 31

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Mata Kuliah: Analisis Kebijakan dan Kebijakan Publik


Bobot: 3 Sks
Kelas: Pagi
Semester/Tingkat: IV/II
Program Studi: Ilmu Pemerintahan
Dosen Pengampu: Armansyah Matondang S.Sos. M.Si

Universitas Medan Area


2015
I. TEORI PENGAMATAN TERPADU (MIXED SCANNING
THEORY)
• Penganjur Amitai Etzioni seorang sosiologi organisasi, model
inkremental hanya mengakomodir kelompok kuat dan
mengabaikan kelompok yg lemah.
• Relatif memperhatikan tujuan jangka pendek, sehingga
menutup peluang untuk suatu pembaharuan sosial (social
inovation) secara fundamental.
• Inkremental adalah cenderung menghasilkan suatu kelambanan
(status quo) sehingga merintangi upaya meyempurnakan proses
pembuatan keputusan itu sendiri.
LANJUTAN
• Tidak cocok diterapkan di negara2 berkembang
• Sebab di negara negara berkembang perubahan kecil kecilan
(inkremental) tidaklah memadai untuk tercapainya perubahan yg
besar2an.
• Keputusan keputusan fundamental seperti pernyataan perang
tidak pernah terpikirkan dalam model inkremental.
• Walaupun terbatas dalam jumlah keputusan2 fundamental
kerap kali memberikan sumbangan berharga terhadap sejumlah
keputusan2 inkremental.
KONSEPSI MIXED SCANNING (PENGAMATAN
TERPADU)
• Mixed scanning adalah perpaduan model rational comprhensif
dan model inkremental.
• Model pengamatan terpadu akan memungkinkan para pembuat
keputusan untuk memanfaatkan model rasional komprhensif
dan model inkremental sekaligus pada situasi yg berbeda beda.
• Model pengamatan terpadu jg memperhitungkan tingkat
pembuat keputusan yg berbeda2. Secara umum dapat
dikatakan, semakin besar kemampuan para pembuat keputusan
untuk memobilisasikan kekuasaannya guna
mengimplementasikan keputusan2 mereka, semakin besar
keperluannya melakukan scanning dan semakin menyeluruh
scanning itu, semakin efektif pengambilan keputusan itu.
KESIMPULAN MODEL MIXED SCANNING
• Model pengamatan terpadu ini hakikatnya merupakan
pendekatan kompromi yang menggabungkan pendekatan dan
pemanfaatan model rasional komprehensif dan model
inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
G. MODEL TEORI PERMAINAN (GAME THEORY):
KEBIJAKAN SEBAGAI PILIHAN RASIONAL DALAM
SITUASI KOMPETITIF
• Varian dari model rasional dan merupakan studi mengenai
pembuatan keputusan rasional
• Terjadi karena pilihan dari dua partisipan atau lebih atas suatu
kebijakan dimana hasilnya bergantung pada pilihan masing
masing.
• Istilah game mengandung arti pembuat kebijakan harus
memutuskan sesuatu yg hasilnya bergantung pada pilihan aktor
yang terlibat.
LANJUTAN
• Para pemain harus menyesuaikan diri untuk saling
merefleksikan pertimbangan masing masing, efektifitas
kebijakan bukan hanya bergantung pada keinginan dan
kemampuan, melainkan juga terhadap job discription masing
masing.
• Teori ini merupakan bentuk dari rasionalisme yg diterapkan
dalam situasi kompetitif, yaitu keberhasilannya bergantung pada
hal2 yg dikerjakan oleh para partisipan.
• Ide model ini bermula dari chicken game, dalam permainan ini
dua mobil dalam jalur yg sama dng posisi ditengah dan
berlawanan melaju sama kencangnya . Tentu masing2
pengemudi ingin menghindari kematian, tetapi sama2
menghindari gelar tidah terhormat dng sebutan chicken.
LANJUTAN

• Kunci dari model game adalah strategi . Strategi adalah


pembuatan keputusan yg rasional dengan seperangkat tindakan
yg dirancang untuk mencapai payoff yg optimal setelah
meramalkan yg akan dilakukan oleh lawan.
• Konsep penting lainnya minimax yg maknanya meminimalkan
kekalahan maximum atau memaksimalkan pencapaian manfaat
minimal bagi para pemain yg bersaing setelah
memperhitungkan hal2 yg dikerjakan lawan.
• strategi minimax adalah strategi konservatif yg dirancang untuk
melindungi pemain dari permainan terbaik lawan.
LANJUTAN
• Rancangan tersebut untuk mengurangi kekalahan dan
mencapai manfaat minimum daripada mencapai manfaat
maksimal dengan risiko mengalami kekalahan besar pada
waktu lain.
• Dalam chicken game pemain sebaiknya memilih menghindar
karena merupakan pilihan yg meminimalkan kekalahan
maksimum.
H. MODEL PILIHAN PUBLIK (PUBLIC CHOICE
THEORY): KEBIJAKAN SEBAGAI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KOLEKTIF OLEH KEPENTINGAN DIRI
INDIVIDU
• Teori ini berasumsi bahwa seluruh aktor politik, seperti pemilih,
pembayar pajak, kandidat, legislatif, birokrat, kelompok
kepentingan, partai, dan pemerintah berusaha memaksimalkan
keuntungan dalam politik ataupun dalam pasar.
• Pilihan publik adalah studi ekonomi pengambilan keputusan non
market, khususnya penerapan analisis ekonomi untuk
pembuatan kebijakan publik.
• Dalam ilmu politik dipelajari perilaku dalam arena publik dan
berasumsi bahwa individu2 dipengaruhi gagasannya dalam
kepentingan publik.
LANJUTAN
• Versi versi berbeda mengenai motivasi manusia yg
dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan politik yaitu gagasan
dari:
• Homo economics diasumsikan kepentingan pribadi seorang
aktor untuk meraih keuntungan pribadi.
• Homo politics diasumsikan jiwa publik seorang aktor yg
berusaha untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial.
LANJUTAN
• Teori pilihan publik mengakui bahwa pemerintah harus
menjalankan fungsi tertentu ketika pasar tidak mampu
mengatasinya, yaitu kegagalan pasar.
• Menurut James Buchanan, individu datang bersama sama
dalam politik untuk kepentingan bersama. Dengan demikian,
orang akan mengikuti kepentingan pribadinya, baik dalam politik
maupun pasar. Akan tetapi, dengan motivasi diri pribadi saling
menguntungkan melalui pengambilan keputusan kolektif.
LANJUTAN – MENJELASKAN POSISI PARPOL DALAM
PUBLIC POLICY
• Partai politik dan kandidat2nya tidak tertarik dalam memajukan
prinsip, tetapi memenangkan pemilu.
• Mereka merumuskan posisi kebijakan untuk memenangkan
pemilu, mereka tidak memenangi pemilu untuk merumuskan
kebijakan.
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN: KEBIJAKAN
PUBLIK
• Tahap pengambilan keputusan dalam siklus kebijakan
mendapatkan perhatian lebih dalam tahap awal pengembangan
ilmu kebijakan ketika para analis banyak meminjam dari
berbagai model pengambilan keputusan dalam organisasi yg
kompleks, sebagaimana dikembangkan oleh para ahli
administrasi publik dan organisasi bisnis (Anthony Cahill & Sam
Overman:1990).
• 1960-an diskusi tentang pengambilan keputusan kebijakan
publik berubah fokus ke perdebatan seputar model rasional dan
model inkremental (David Braybrooke&Charles Lindblom:
1959:79-88).
LANJUTAN
• Model rasional dipilih sebagai model tentang cara mengambil
keputusan, sementara model inkremental digambarkan sebagai
model yang secara aktual paling banyak dipraktikkan dalam
pemerintahan (Yehezkel Dror:1967:385-392).
• Tahun 1970-an kuatnya upaya untuk mengembangkan berbagai
model pengambilan keputusan alternatif dalam berbagai
organisasi yg kompleks. Sebahagian upaya diarahkan untuk
menyintesiskan model rasional inkremental.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
1. BERBAGAI ISU KONSEPTUAL (PERTEMUAN 7-
KRITERIA)
• Gary Brewer & Peter De Leon (1983:179) menggambarkan
tahap pengambilan keputusan dalam kebijakan publik sebagai:
“ pilihan berbagai alternatif kebijkan yg selama ini dimunculkan dan
dampak yg mungkin muncul dalam masalah yg diestimasi. Tahap
ini adalah tahap yg bersifat politis ketika berbagai solusi potensial
bagi suatu masalah tertentu harus dimenangkan dan hanya satu
atau beberapa solusi yg dipilih dan dipakai. Jelasnya, pilihan2 yg
paling mungkin tidak akan direalisasikan dan memutuskan untuk
tidak memasukkan alur tindakan tertentu adalah suatu bagian dari
seleksi ketika akhirnya sampai pada keputusan yg paling baik”.
POIN KUNCI TENTANG TAHAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN
• Pertama, pengambilan keputusan bukan suatu tahap yg berdiri
sendiri atau sebuah sinonim bagi keseluruhan proses
pembuatan kebijakan publik. Melainkan sebuah tahap spesifik
yg berakar pada tahap-tahap sebelumnnya dalam siklus
kebijakan.
• Kedua, pengambilan keputusan dalam kebijakan publik bukan
sebuah hal teknis, melainkan sebuah proses politik secara
inheren. Keputusan kebijakan publik menciptakan pemenang
dan pecundang, bahkan jika keputusan yg diambil adalah
keputusan untuk tidak melakukan apapun atau
mempertahankan status quo.
2. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN MODEL
• Berbagai model memiliki perbedaan yg signifikan, tetapi juga
memiliki beberapa kesamaan. Setiap model mengakui bahwa
jumlah aktor kebijakan yg relevan semakin berkurang seiring
dengan berjalannya proses kebijakan.
• Tahap pengambilan keputusan kebijakan publik melibatkan
aktor yg lebih sedikit lagi karena tahap ini menyisihkan seluruh
aktor non negara, termasuk yg berasal dari level2 pemerintahan
yg lain.
• Hanya para politisi dan pejabat pemerintah yg memiliki
kekuasaan otoritatif dalam area permasalahan yg berpartisifasi
dalam tahap ini.
LANJUTAN - PERBEDAAN & PERSAMAAN

• Berbagai model ini juga mengakui bahwa dalam pemerintahan


modren derajat kebebasan yg dinikmati oleh pengambil
keputusan dibatasi oleh sejumlah aturan yg mengatur jabatan
jabatan politik dan administratif serta membatasi pilihan2
pemegang jabatan.
• Aturan ini mulai dari konstitusi negara hingga mandat spesifik
yg ditujukan pada individu pengambil keputusan melalui
berbagai undang2 dan regulasi (Jhon Markoff: 1975).
3. MANFAAT PROSEDURAL OPERASIONAL
• Allisons & Halperin (1972:40-79)), berbagai aturan dan proses
operasional memberikan action – channels bagi para pengambil
keputusan, yaitu seperangkat prosedur yg teregularisasi untuk
menghasilkan tipe2 keputusan tertentu.
• Pada level makro berbagai negara memiliki aturan yg berbeda
beda tentang struktur keagenan pemerintah serta aturan
perilaku pejabat yg berbeda beda.
• Sebagian sistem politik mengonsentrasikan otoritas
pengambilan keputusan di lembaga eksekutif yg dipilih dan
birokrasi, sementara sebagian yg lain memilih lembaga legislatif
dan yudikatif untuk memainkan peranan yg lebih besar.
LANJUTAN

• Sistem parlementer cenderung pada kategori yg pertama dan


sistem presidensil masuk kategori yang kedua.
• Australia, Inggris, Kanada dan negara2 demokrasi parlementer
lain, tanggung jawab pengambilan keputusan terletak di pundak
kabinet dan birokrasi.
• Keputusan terkadang muncul lewat legislatif dikarenakan
kabinet (pemerintah yg berkuasa) tidak mencapai mayoritas di
parlemen.
• Bisa juga aturan tersebut datang dari cabang yudikatif ketika
lembaga ini menjalankan perannya sebagai penafsir konstitusi.
Tetapi ini hal ini tidak rutin terjadi.
LANJUTAN – PADA LEVEL MIKRO

• Di USA atau di negara yg menganut sistem presidensil


meskipun otoritas untuk mengambil keputusan ada ditangan
Presiden (dan kabinet dan birokrasi yg bertindak mewakili
Presiden), semua itu mensyaratkan adanya persetujuan
legislatif.
• Pada level mikro, para pengambil keputusan juga berasal dari
latar belakang, pengetahuan, dan pilihan yg berbeda beda yg
memengaruhi cara menafsirkan suatu masalah dan solusi yg
tepat untuk masalah tersebut (Ralph K. Huitt: 1968).
B. MODEL MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

• Dua model yg paling dikenal dalam pengambilan keputusan


kebijakan publik disebut dengan nama model rasional dan
model inkremental.
• Model rasional adalah model pengambilan keputusan bisnis yg
diaplikasikan di arena publik
• Model inkremental adalah model politik yg diaplikasikan dalam
kebijakan publik.
• Model model yg lain berusaha untuk mengombinasikan
rasionalitas dan inkrementalisme dengan komposisi yg berbeda
untuk setiap model.
1. MODEL RASIONAL KOMPREHENSIF
• Menurut Michael Carley (1980:11), sebuah model ideal dalam
pengambilan keputusan kebijakan publik secara rasional terdiri
atas seorang individu rasional yg menempuh aktifitas2 berikut
ini:
• a. Menentukan sebuah tujuan untuk memecahkan sebuah
masalah.
• b.seluruh alternatif strategi untuk mencapai tujuan dieksplorasi
dan didaftar.
• c. Segala konsekuensi yg signifikan untuk setiap alternatif
diperkirakan dan kemungkinan munculnya setiap konsekuensi
diperhitungkan.
• d. Strategi yg paling dekat dengan pemecahan masalah atau
dapat memecahkan masalah dengan biaya paling rendah dipilih
berdasarkan kalkulasi tersebut.
LANJUTAN
• Model rasionalitas adalah rasional dalam pengertian bahwa
model tersebut memberikan preskripsi berbagai prosedur
pengambilankeputusan yg akan menghasilkan pilihan cara yg
paling efisien untuk mencapai tujuan kebijakan.
• Teori rasionalis berakar dalam aliran positivisme dan
rasionalisme pada zaman pencerahan yg berusaha
mengembangkan pengetahuan ilmiah untuk meningkatkan
kondisi hidup manusia (Michael Charley:1980:531).
• Ide2 ini didasarkan pada keyakinan bahwa berbagai
permasalahan sosial seharusnya diselesaikan melalui cara yg
ilmiah dan rasional, melalui pengumpulan segala informasi yg
relevan berbagai alternatif solusi, kemudian memilih alternatif yg
dianggap terbaik (Carol H. Weiss:1977:531).
ARGUMEN PARA ANALIS PENGUSUNG PERSFEKTIF
RASIONAL COMPREHENSIVE
• Bentuk pengambilan keputusan ini hanya akan memberikan
hasil maksimal jika seluruh alternatif yg mungkin dan biaya dari
setiap alternatif dipertimbangkan sebelum keputusan diambil
disebut model pengambilan keputusan rational comprehensive
(Ward Edwards, 1954:380).
• Model ini merupakan model perumusan kebijakan yg paling
terkenal dan luas diterima para kalangan pengkaji kebijakan
publik. Elemen elemen dasarnya adalah Sbb:
• 1. pembuatan keputusan dihadapkan pada masalah tertentu.
Masalah ini dapat dipisahkan dng masalah lain atau dapat
dipandang bermakna dibandingkan dng masalah lain.
LANJUTAN – ELEMEN ELEMEN DASAR
• 2.Tujuan, nilai, atau sasaran yg mengarahkan pembuat
keputusan dijelaskan dan disusun menurut arti pentingnya.
• 3. Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.
• 4. konsekuensi (biaya dan keuntungan) yg timbul dari setiap
pemilihan alternatif diteliti.
• 5. setiap alternatif dan konsekuensi yg menyertainya dapat
dibandingkan dengan alternatif lain. Pembuat keputusan
memiliki alternatif beserta konsekuensi yg memaksimalkan
pencapaian tujuan, nilai atau sasaran yg hendak dicapai.
Keseluruhan proses tersebut akan menghasilkan suatu
keputusan rasional, yaitu keputusan efektif untuk mencapai
tujuan tertentu.
LANJUTAN
• Model rasional komprehensif didasarkan atas teori ekonomi
atau konsep manusia ekonomi (concept of an economic man).
Dalam model ini, konsep rasionalitas sama dng konsep
efisiensi. Kebijakan yg rasional adalah kebijakan yg efisien.
• Rasio antara nilai yg dicapai dng yg dikorbankan adalah positif
dan lebih tinggi dibandingkan alternatif lain.
KRITIK TERHADAP MODEL RATIONAL
COMPREHENSIVE
• Kritik paling keras, Herbert Simon (1955:99) seorang ilmuwan
behavioral 1950-an, ia berpendapat ada hambatan yg tidak
memungkinkan para pengambil keputusan untuk mencapai
rasionalitas yg murni dan komprehensif, antara lain Sbb:
• a. Adanya batasan batasan kognitif pada kemampuan
pengambil keputusan untuk mempertimbangkan seluruh opsi yg
ada sehingga harus bertindak selektif dalam
mempertimbangkan alternatif2 tersebut. Jika demikian, harus
memilih di antara opsi yg ada berdasarkan landasan ideologi
atau politik, atau secara acak tanpa merujuk dampak dari
pilihannya terhadap efisiensi.
LANJUTAN-KRITIK
• b. Model ini mengasumsikan bahwa adalah mungkin bagi para
pengambil keputusan untuk mengetahui konsekuensi dari setiap
keputusan yg diambil, yg dalam kenyataanya kasus seperti ini
sangat jarang terjadi.
• c. Setiap opsi kebijakan diikuti oleh berbagai konsekuensi, baik
yg bersifat positif maupun negatif, yg menjadikan upaya
komparasi berbagai konsekuensi tersebut menjadi sulit untuk
dilakukan. Karena opsi yg sama dapat efisien atau tidak efisien
bergantung pada situasinya, tidak mungkin bagi pengambil
keputusan untuk sampai pada kesimpulan mutlak tentang
alternatif yg lebih baik daripada alternatif lain.
LANJUTAN – KESIMPULAN KRITIK SIMON HERBERTH
• Keputusan publik pada praktiknya tidak memaksimalkan
manfaat di atas beban, tetapi hanya cenderung untuk
memenuhi kriteria yg ditetapkan oleh para pengambil keputusan
untuk diri pribadi dalam masalah yg sedang menjadi perhatian.
• Satisfying criterion adalah sesuatu yg nyata, sebagai sesuatu yg
muncul dari hakikat rasionalitas yg terbatas.

Anda mungkin juga menyukai