Anda di halaman 1dari 74

Gangguan Somatisasi

Persentan : dr. Mohammad Hekmatyar


Dokter Pembimbing : dr.H. Ryan Ramadhan

RSUD KABUPATEN BEKASI


DATA PENDERITA
 Nama : Tn. Y
 Usia : 67 tahun
 Tanggal lahir : 31 Desember 1951
 Alamat : Tambun
 Pendidikan : S1
 Status : Menikah
 Agama : Islam
 Tgl pemeriksaan : 20 maret 2019
 No medrex : 561549
Anamnesis
 KELUHAN UTAMA
 Sakit pinggang kiri

 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 Tuan Y datang ke IGD diantar istrinya dengan
keluhan sakit pinggang kiri sejak 1 bulan yang lalu.
Menurut pasien, keluhan ini dirasakan terus-menerus.
selain merasakan sakit pinggang kiri, disaat yang
bersamaan pasien juga mengeluhkan badan terasa
pegal-pegal, sakit kepala, dan pasien merasa jantung
berdebar-debar, serta mual.
 sejak merasakan keluhan keluhan diatas, pasien sudah
berobat ke IGD RSUD Kab. Bekasi untuk mendapatkan
pengobatan. akan tetapi, pasien merasakan keluhannya
tidak menghilang dan setiap dilakukan pemeriksaan
laboratorium selalu dalam batas normal.
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien sering mengalami keluhan ini sebelumnya dalam 5 bulan
terakhir. Pasien rutin pengobatan di poli jantung.

 RIWAYAT PENGOBATAN
Semenjak 5 bulan yang lalu keluhan mulai muncul, keluarga selalu
membawa pasien untuk berobat ke IGD, pada awalnya membaik
namun tidak lama kemudian gejala muncul kembali

 RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien merupakan wiraswasta yang mempunyai toko kelontong di
rumah
 KEPRIBADIAN SEBELUM SAKIT
 Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, tertutup.
 Hubungan pasien dengan orang lain baik

Penggunaan Obat-obatan, narkotika dan zat adiktif


lainnya
 Tidak diketahui oleh keluarga
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : pasien tampak tenang
 Kesadaran : komposmentis
 Tanda vital :
Tek. Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respi : 22 kali/menit
Suhu : afebris
 STATUS INTERNA: dalam batas normal
STATUS PSIKIATRIKUS

 Roman muka : sedih


 Kontak/ Rapport : Ada-tidak adekuat
 Orientasi : tempat = baik
waktu = baik
orang = baik
 memory : Masa kini : baik
Masa dulu : baik
Segera : Baik
 Perhatian : kurang baik
 Persepsi :-
 Pikiran
Bentuk pikiran : Realistik
Jalan pikiran : koheren
Isi pikiran : waham, obsesi, fobia (-)
 Emosi : afek appropiate
 Dekorum : sopan santun : kurang baik
cara berpakaian : baik
Kebersihan : baik
 Insight of illness : baik
Psikodinamika
 Pasien di diagnosis gagal jantung sekitar 2 tahun lalu. Selama 2
tahun juga pasien rutin pengobatan jantung. Menurut
pengakuan pasien, beliau sudah mulai bosan untuk terus
menerus minum obat jantung sejak kurang lebih 6 bulan lalu
dan ingin berhenti minum obat, namun istri pasien terus
mendorong pasien untuk tetap minum obat
 selama 5 bulan yang terakhir, pasien mengatakan mulai
mengalami keluhan sakit pinggang kiri, disaat yang bersamaan
pasien juga mengeluhkan badan terasa pegal-pegal, sakit
kepala, dan pasien merasa jantung berdebar-debar, serta mual.
setelah mengalami keluhan tersebut pasien sudah berobat ke
berbagai dokter, namun hasil diagnose yang didapatkan bahwa
pasien tidak mengalami suatu penyakit tertentu dan hasil
laboratorium pun hasilnya baik.
Hb : 14
Ht : 41
Trombosit 199.000
Leukosit 5.900
Na/K/Cl 138/3,6/106
OT/PT 20/25
GDS 90
Ur/Cr 36/1,2
DIAGNOSIS MULTIAXIAL

 Aksis I : F45.0 Gangguan Somatisasi


 Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
 Aksis III : Dispepsia + Kolik Renal + Cephalgia
 Aksis IV : Masalah dengan ”primary support group”
 Aksis V :GAF Scale waktu diperiksa 80-71 gejala
sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
Terapi
IVFD Asering 500cc/24 jam
Inj Ranitidin 50 mg iv
Inj Ondansetron 4 mg iv
Inj Ketorolak 30 mg iv
Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
Pendahuluan
Soma (Yunani) tubuh

Gangguan somatoform :
adanya keluhan gejala fisik yang berulang
yang disertai permintaan pemeriksaan
medis, meskipun sudah berkali-kali terbukti
hasilnya negatif dan sudah dijelaskan oleh
dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
yang menjadi dasar keluhannya.
Klasifikasi
Menurut DSM IV
Gangguan somatoform spesifik :
 Gangguan somatisasi
 Gangguan konversi
 Hipokondriasis
 Gangguan dismorfik tubuh
 Gangguan nyeri.
Klasifikasi
Kategori diagnostik residual, yaitu :
 Gangguan somatoform tidak terdiferensiasi dan
 Gangguan somatoform yang tidak dapat ditentukan.
GANGGUAN SOMATISASI
 banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan sistem organ
multipel
 bersifat kronis dan disertai distres psikologis bermakna,
gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari
bantuan medis yang berlebihan.
Epidemiologi
 0,2 - 2 % pada wanita dan 0,2 % pada pria
 Biasanya gangguan somatisasi ini muncul sebelum usia 30
tahun
 Sekitar 2/3 dari seluruh pasien dengan gangguan somatisasi
mempunyai gejala psikiatri
Etiologi
Faktor psikososial
Penyebab gangguan somatisasi melibatkan
interpretasi gejala sebagai suatu tipe
komunikasi sosial, yang hasilnya berupa sikap
menghindari kewajiban (contoh : mengerjakan
pekerjaan yang tidak disukai),
mengekspresikan emosi (contoh : marah pada
pasangan), atau untuk melambangkan suatu
perasaan atau keyakinan (contoh : nyeri pada
saluran pencernaan)
Etiologi

 Faktor biologis
Pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif yang dapat
menyebabkan persepsi dan penilaian yang salah terhadap
input somatosensorik
Etiologi
Faktor genetika
 10-20 % sanak saudara wanita derajat pertama dari pasien
 29% pada kembar monozigot
 10% pada kembar dizigotik.
Kriteria diagnostik (DSM IV)
A. Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak sebelum usia 30
tahun yang muncul dalam banyak periode selama
beberapa tahun dan terdapat hendaya berat dalam
kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
Kriteria diagnostik (DSM IV)
B. Setiap kriteria di bawah ini harus ada :

 4 rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal 4 bagian


atau fungsi tubuh
 2 gejala gastrointestinal : riwayat minimal 2 gejala
gastrointestinal selain rasa nyeri
 1 gejala seksual : riwayat minimal 1 gejala seksual atau
reproduksi selain rasa nyeri
 1 gejala pseudoneurologikus : riwayat minimal 1 kali
gejala atau defisit yang menandakan gangguan
neurologis, tidak terbatas pada rasa nyeri
Kriteria diagnostik (DSM IV)
C. Terdapat salah satu dari di bawah ini :

 setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala


pada poin B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum
atau akibat efek zat tertentu

 bila terdapat kondisi medik umum yang


berhubungan, maka keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari
yang diharapkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium.
Kriteria diagnostik (DSM IV)

D. Gejala-gejala yang ada bukan akibat kesengajaan


atau dibuat-buat
Gambaran Klinis
 mengeluhkan banyak gejala somatik dan memiliki riwayat medik
yang panjang, kompleks
 percaya bahwa mereka sakit hampir sepanjang masa hidupnya
 Distres psikologis dan masalah interpersonal menonjol; cemas dan
depresi adalah kondisi psikiatri yang paling sering ditemukan
Gambaran Klinis
menggambarkan keluhannya secara dramatis,
emosional, dan melebih-lebihkan, dengan
bersemangat; mereka keliru dengan urutan
waktu dan tidak dapat membedakan dengna
tepat gejala saat ini dengan gejala sebelumnya.

 biasanya berhubungan dengan gangguan


mental lainnya, termasuk gangguan depresi
mayor, gangguan kepribadian, gangguan akibat
penggunaan zat, gangguan cemas generalisata,
dan fobia
Diagnosis Banding

 Gangguan kondisi medis umum


 Gangguan afektif (depresif) dan anxietas
 Gangguan waham
 Gangguan Somatoform lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
 Onset biasanya terjadi di usia sebelum 30 tahun dengan durasi
selama beberapa tahun
 Timbulnya gejala somatik biasanya berhubungan dengan
peningkatan kejadian stres
 Prognosis yang buruk jika gangguan disertai stress yang berlebihan
Terapi

Tujuan terapi : menyadarkan pasien bahwa


kemungkinan besar keluhan tersebut disebabkan
oleh faktor psikologis
Penanganan terbaik dilakukan oleh satu orang
dokter
Psikoterapi individu dan kelompok
Farmakoterapi diberikan harus dengan indikasi,
yaitu jika ada gangguan mental yang menyertai
GANGGUAN KONVERSI

Suatu gangguan yang ditandai oleh adanya


satu atau lebih gejala neurologis (seperti
paralisis, kebutaan, dan parestesia) yang tidak
dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis
atau medis yang diketahui. Di samping itu,
penegakan diagnosis mengharuskan adanya
faktor psikologis yang berhubungan dengan
awal atau eksaserbasi gejala.
Epidemiologi

 insidensi tahunan gangguan konversi adalah 22 per 100.000


orang

 wanita : pria (usia dewasa) = 5 : 1


Etiologi
Faktor psikoanalitik
disebabkan oleh represi konflik intrapsikis bawah
sadar dan konversi kecemasan ke dalam suatu
gejala fisik

Faktor biologis
hipometabolisme pada hemisfer dominan dan
hipermetabolisme pada hemisfer nondominan
dan telah melibatkan gangguan komunikasi
hemisfer
Kriteria Diagnosis (DSM-IV)
 Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi
fungsi sensorik atau motorik volunter yang mendukung
kondisi neurologis atau kondisi medis umum lainnya.

 Faktor psikologis diduga berhubungan dengan


timbulnya gejala atau defisit tersebut karena inisiasi
atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh
konflik atau stresor lainnya.

 Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau


dibuat-buat.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV)
 Gejala atau defisit tidak dapat, setelah
pemeriksaan yang tepat, dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum,
atau sebagai akibat langsung penggunaan zat,
atau tingkah laku atau pengalaman sanksi
kultural.

 Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis


atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan,
atau bidang lainnya atau memerlukan evaluasi
medik.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV)

 Gejala atau defisit tidak terbatas pada rasa nyeri


atau disfungsi seksual, tidak muncul semata-mata
selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak
lebih baik dijelaskan pada gangguan mental lainnya.

Spesifikasi tipe :
 Dengan gejala atau defisit motorik
 Dengan gejala atau defisit sensorik
 Dengan kejang
 Dengan gambaran campuran
Gambaran Klinis
 Paralisis, kebutaan, dan mutisme paling sering ditemukan
 Biasanya berhubungan dengan gangguan kepribadian pasif-agresif,
ketergantungan, antisosial, dan histrionik
 Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan parestesia, terutama
pada ekstremitas
Gambaran Klinis
 Gejala motorik meliputi gerakan abnormal, gangguan postur
tubuh, kelemahan, dan paralisis atau paresis

 Kejang semu (sulit dibedakan dengan kejang sesungguhnya


hanya melalui observasi klinis)
Diagnosis Banding

 Gangguan Kondisi Medis Umum


 Skizofrenia
 Depresi
 Anxietas
 Gangguan Somatoform Lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
 Gejala awal dari kebanyakan pasien dengan gangguan
Konversi akan sembuh dalam beberapa hari atau kurang
dari sebulan.

 Prognosis baik : awitan bersifat akut, faktor stressor


mudah dikenali, kemampuan penyesuaian diri baik
sebelum pasien jatuh sakit, tidak ada gangguan psikiatri
atau medis lain yang menyertai, tidak sedang mengikuti
suatu proses peradilan.

 Prognosis bersifat buruk : jika gejala gangguan konversi


ini telah timbul sejak lama.
Terapi
 Psikoterapi  mengurangi faktor stres.
 Terapi Hipnotis, obat-obatan anxyolitik, serta pelatihan relaksasi
tingkah laku
 Amobarbital atau Lorazepam
 Terapi psikodinamik : untuk menganalisa dan menggali konflik psikis
serta simbolisasi dari gejala gangguan konversinya
 Hipokondriasis timbul sebagai akibat dari interpretasi yang tidak
HIPOKONDRIASIS
realistis atau salah dari gejala fisik, walaupun tidak terdapat kelainan
medis yang menyebabkannya. Pada pasien, terdapat preokupasi
dengan ketakutan akan mengalami, atau keyakinan memiliki, penyakit
serius
Epidemiologi

 Prevalensi dalam enam bulan sebesar 4-6 % pada populasi


umum.

 Pria = wanita

 Onset usia paling sering antara usia 20 dan 30 tahun.


Etiologi

Gejala mencerminkan misinterpretasi gejala-


gejala tubuh (meningkatkan dan membesar-
besarkan sensasi somatiknya)

 Gejala hipokondriasis dipandang sebagai


keinginan untuk mendapatkan peranan sakit
oleh seseorang yang menghadapi masalah
yang tampak berat dan tidak dapat dipecahkan
Etiologi
hipokondriasis sebagai bentuk varian
gangguan mental lainnya. Diperkirakan 80%
pasien hipokondriasis mungkin memiliki
gangguan depresif atau gangguan cemas
yang ditemukan bersama-sama

psikodinamika hipokondriasis, yang


menyatakan harapan agresif dan permusuhan
terhadap orang lain dialihkan kepada keluhan
fisik
Kriteria Diagnosis (DSM-IV)
A. Preokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide
bahwa seseorang mempunyai, penyakit serius
berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai
gejala tubuhnya.

B. Preokupasi tersebut bertahan tanpa


menghiraukan hasil evaluasi medis yang tepat
dan pengyakinan kembali oleh klinisi.

C. Keyakinan yang disebutkan pada poin A tidak


pada intensitas waham dan tidak terbatas
pada perhatian akan penampilan.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV)
D. Preokupasi tersebut mengakibatkan distres
klinis atau hendaya berat dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang lainnya.
E. Durasi minimal 6 bulan.
F. Preokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan
sebagai akibat gangguan kecemasan
generalisata, Preokupasif-kompulsif, gangguan
panik, episode depresi berat, cemas akan
perpisahan, atau gangguan somatoform
lainnya
Kriteria Diagnosis (DSM-IV)

 Spesifikasi bila :
Dengan tilikan diri buruk : bila, hampir sepanjang waktu
selama episode kini, penderita tidak menyadari bahwa
keyakinannya memiliki penyakit serius tersebut berlebihan
atau tidak beralasan.
Gambaran Klinis
 merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius yang belum terdeteksi,
dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya
 Keyakinan tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil pemeriksaan
laboratorium negatif
 Hipokondriasis sering disertai depresi atau cemas
Diagnosis Banding

 Gangguan Kondisi Medis Umum


 Gangguan depresif
 Gangguan waham
 Gangguan anxietas dan gangguan panik
 Gangguan Somatoform lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

 bersifat episodik dengan durasi bulanan hingga tahunan dan


disertai interval yang lama
 Sepertiga hingga setengah dari pasien akan membaik
dengan sendirinya
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Prognosis baik :
 Status sosial ekonomi pasien baik.
Sensitif terhadap terapi anxietas atau depresi.
Onset yang tiba-tiba.
Tidak adanya gangguan kepribadian.
Tidak ditemukan adanya gangguan medis lain
yang nonpsikiatrik.
Terapi

 Psikoterapi (terapi perilaku, terapi kognitif, dan hipnotis)

 Farmakoterapi dilakukan jika ditemukan gangguan lain yang


mendasari dan responsif terhadap obat (seperti gangguan
anxietas atau depresi).
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

 Adanya preokupasi seseorang memiliki cacat tubuh khayalan atau


suatu interpretasi berlebihan dari cacat yang minimal atau kecil.
 Inti gangguan ini adalah bahwa seseorang yakin atau takut bahwa
dirinya tidak menarik atau bahkan menjijikkan.
Epidemiologi
 Onset usia tersering 15 sampai 20 tahun.
 Wanita > pria.
 Suatu penelitian, 90% menyebutkan pada pasien gangguan
dismorfik tubuh pernah mengalami episode depresif berat,
70% pernah mengalami gangguan cemas, dan 30% pernah
menderita gangguan psikotik.
 Penyebab
Etiologi gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui.
 Patofisiologi gangguan mungkin melibatkan serotonin
dan dapat berhubungan dengan gangguan metal lain.
 Pengaruh kultural atau sosial yang bermakna bagi
pasien.
 Dalam psikodinamika, mencerminkan pengalihan konflik
seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh yang
tidak berhubungan.
 Asosiasi timbul melalui mekanisme pertahanan represi,
disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.
Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :


Preokupasi akan defek khayalan pada
penampilan.
Preokupasi mengakibatkan distres klinis
atau hendaya berat dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang lainnya.
Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan
dengan gangguan mental lainnya.
Gambaran Klinis
 Perhatian paling sering melibatkan cacat wajah,
khususnya pada bagian spesifik.
 Terkadang keluhan tidak jelas dan sulit dimengerti.
 Efek pada kehidupan pasien dapat signifikan; sebagian
besar pasien menghindari ekspos hubungan sosial atau
pekerjaan.
 Diagnosis komorbid dengan gangguan depresi dan
cemas sering ditemukan, dan pasien juga dapat memiliki
ciri kepribadian obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik.
Diagnosis Banding

 Gangguan Kepribadian Narcistik  perhatian terhadap salah


satu bagian tubuh tidaklah menonjol.
 Gangguan Depresif, Obsesif-Kompulsif dan Skizofrenia.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

 Awitan bersifat gradual, timbulnya perhatian berlebih jika


disadari telah terjadi adanya gangguan fungsi.
 Timbul keinginan untuk mencari pertolongan medis atau
tindakan operasi.
 Gangguan ini biasanya bersifat kronis jika terabaikan.
Terapi

 Pengobatan pasein dapat dilakukan dengan terapi


bedah, pengobatan dermatologis, dan pengobatan
Gigi dan Mulut.
 Farmakoterapi seperti: Trisiklik anti depresan,
Monoamin Oksidase Inhibitor dan pimozide (Orap).
 Obat-obatan pro Serotonin spesifik 
clomipramine (Anafranil) dan Fluoxetine (Prozac)
 Jika disertai gangguan mental, dilakukan
farmakoterapi dan psikoterapi yang sesuai.
GANGGUAN NYERI

Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya


nyeri pada satu atau lebih lokasi yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis
atau neurologis non psikiatrik.
Gejala tersebut disertai distres emosional dan
gangguan fungsional serta memiliki hubungan
sebab yang masuk akal dengan faktor
psikologis.
Epidemiologi

 Gangguan nyeri, wanita > pria.


 Onset usia puncaknya pada dekade keempat dan kelima.
 Gangguan depresi, gangguan cemas, dan penyalahgunaan
zat.
Etiologi

 Faktor psikodinamika.
 Faktor perilaku.
 Faktor interpersonal.
 Faktor biologis.
Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :


 Rasa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis.
 Rasa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya
berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.
 Faktor psikologis  memegang peranan pada onset,
berat, eksaserbasi, atau bertahannya nyeri.
 Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuat-buat.
 Nyeri tidak dijelaskan dengan gangguan mood,
kecemasan, atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Jenis Jenis Gangguan Nyeri

 Gangguan nyeri berasosiasi dengan faktor


psikologis
 Gangguan nyeri berasosiasi dengan baik faktor
psikologis maupun kondisi medik umum
 Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi
medik umum

Spesifikasi :
 Akut : durasi kurang dari 6 bulan
 Kronik : durasi 6 bulan atau lebih
Pasien dengan gangguan
Gambaran Klinis nyeri bukan
merupakan kelompok yang uniform tapi
merupakan kumpulan heterogen.
Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat
panjang akan perawatan medik dan bedah.
Komplikasi dapat berupa gangguan akibat
penggunaan zat, karena pasien berusaha
mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan
zat lainnya.
Diagnosis Banding

 Nyeri Fisik Murni

 Gangguan Somatoform Lain


Perjalanan Penyakit dan Prognosis

 Gangguan nyeri biasanya timbul secara mendadak dan


semakin bertambah parah dalam beberapa minggu atau
bulan. Prognosis dapat bervariasi.
 Prognosis buruk terjadi jika ditemukan adanya masalah
tertentu yang melatarbelakangi.
Terapi

 Rehabilitasi
 Farmakoterapi seperti analgetika  tidak bermanfaat pada
pasien dengan gangguan Nyeri.
 Antidepresan seperti Trisiklik dan Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah obat-obatan yang sangat
efektif.
Gangguan Somatoform Tidak
Terdiferensiasi
 Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
 Satu atau lebih keluhan fisik
 Terdapat salah satu dari di bawah ini :
 setelah pemeriksaan yang tepat, setiap
gejala pada poin A tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik
umum atau akibat efek zat tertentu
 bila terdapat kondisi medik umum yang
berhubungan, maka keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan lebih
hebat dari yang diharapkan
 Gejala mengakibatkan distres psikologis atau hendaya berat
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.
 Durasi minimal 6 bulan.
 Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental
lainnya (seperti gangguan somatoform lainnya, disfungsi seksual,
gangguan mood, gangguan cemas, gangguan tidur, atau
gangguan psikotik).
 Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.
Gangguan Somatoform Yang Tidak
Dapat Ditentukan
 Pseudocyesis : keyakinan yang salah bahwa ia mengalami
kehamilan.
 Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal nonpsikotik dengan
durasi kurang dari 6 bulan.
 Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan
(contoh : kelelahan atau badan lemah) dengan durasi kurang dari
6 bulan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai