Anda di halaman 1dari 30

TEGANGAN IN-SITU, TEGANGAN

TERINDUKSI, DAN PENGUKURAN


TEGANGAN IN-SITU
OLEH: FINANTI PUJA DWIKASIH | 21218019

MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2019
PEMBAHASAN 2

Pengujian In-Situ 1.
4.
Pendahuluan

5.Studi Kasus Pentingnya Mengetahui

2.
Tegangan In-Situ

6. Kesimpulan Pendekatan Teoritis


Tegangan 3.
Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ
1.PENDAHULUAN 3

Menurut Kramadibrata,dkk (2012), asal mulanya tegangan dalam batuan terbagi


menjadi 2, yaitu:

A. Tegangan Alamiah B. Tegangan Terinduksi


Massa batuan pada lokasi yang dalam akan mengalami Tegangan In-Situ (yang
merupakan tegangan alamiah yang bekerja didalam massa batuan) yang dihasilkan oleh:
 Berat tanah/batuan yang ada diatasnya (Tegangan Gravitasi)
 Peristiwa tektonik(Tegangan Tektonik)
 Pemanasan atau pendinginan batuan (Tegangan Termal)

Jika sebuah lubang bukaan bawah tanah dibuat, maka:


 Kondisi tegangan secara lokal akan berubah,
 Kondisi tegangan baru akan dialami oleh massa batuan disekitar lubang bukaan
tersebut

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


4

Penting
Memahani mengenai besar dan arah
tegangan in situ dan tegangan
terinduksi dalam perancangan lubang
bukaan bawah tanah.

Dalam banyak kasus, tegangan terinduksi ini akan


melampaui kekuatan massa batuan dan menyebabkan
“KETIDAKMANTAPAN LUBANG BUKAAN BAWAH TANAH”

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


A.Tegangan Gravitasi TEGANGAN ALAMIAH 5

“Tegangan yang terjadi karena ada


beban batuan yang ada di atasnya”
B.Tegangan Termal
“Tegangan termal terjadi karena
Terdapat 2 komponen dalam pemanasan atau pendinginan batuan
tegangan gravitasi: dan terjadi di dekat permukaan yang
• Komponen Vertikal, dapat diperkirakan terkena panas matahari”
melalui persamaan Atau
• Komponen Horizontal, jika material “Sebagai hasil pemanasan bagian
diasumsikan elastik dan tidak ada dalam bumi karena bahan-bahan
pergerakan secara horizontal, maka
komponen ini dapat dihitung melalui
radioaktif atau proses geologi lainnya”
C.Tegangan Tektonik
persamaan “Terjadi akibat geseran-geseran pada
kulit bumi yang terjadi pada waktu yang
lampau maupun saat ini”
Contoh peristiwa yangmenyebabkan
tegangan tektonik:
• Sesar
• Peristiwa seismik
• Pergerakan lempemg
• Pergerakkan karena perbedaan
panas antara inti bumi dan kerak

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


TEGANGAN TERINDUKSI 6

Sebelum penggalian dilakukan, massa batuan


berada dalam kondisi setimbang, dan setelah

penggalian dilakukan, kesetimbangan tersebut

menjadi terganggu dan dapat mengubah

distribusi tegangan awal. Untuk mengetahui


distribusi tegangan di sekitar terowongan dapat
digunakan persamaan Kirsch (1898).
TEGANGAN 7

TERINDUKSI
Ilustrasi tegangan utama (𝜎1 , 𝜎2 , 𝜎3 perhatikan
Eigenvectorsnya) menginduksi pada sebuah
elemen batuan dekat dengan lubang bukaan
horizontal yang dikenai tegangan insitu
vertical 𝜎𝑣 , tegangan insitu horizontal 𝜎ℎ1 dalam
sebuah bidang normal terhadap sumbu
lubang bukaan dan tegangan insitu horizontal
𝜎ℎ2 dalam sebuah bidang paralel dengan
sumbu lubang bukaan
Arah tegangan utama didalam wilayah sekitar lubang Arah tegangan utama didalam wilayah sekitar lubang
bukaan horizontal yang dikenai tegangan insitu bukaan horizontal yang dikenai tegangan insitu
8
𝝈𝒉𝟏 sama dengan 3𝝈𝒗 , 𝝈𝒗 tegangan insitu vertikal 𝝈𝒉𝟏 sama dengan
𝟏
𝝈 , 𝝈𝒗 tegangan insitu vertikal
𝟑 𝒗

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


9

Model Mineralisasi vs. Rancangan Tambang


vs. Tegangan In-Situ
Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TEGANGAN IN-SITU
Menurut Brady dan Brown (1985), terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tegangan insitu, antara
lain: Erosi Tegangan Sisa
Topografi Permukaan Erosi akan mengurangi kedalaman batuan Tegangan yang masih tersisa, walaupun penyebab
“Semakin jauh jarak dari permukaan, semakin pada suatu titik di bawah tanah, sehingga tegangan tersebut sudah hilang yg berupa panas atau
besar pengaruh beban material diatasnya” tegangan vertikalnya menjadi lebih kecil pembengkakan di kulit bumi.

1. 2. 3. a b

6. 5. 4.
Inklusi
Inklusi dalam massa batuan adalah bagian yang
Bidang Diskontinu secara litologi membuat umur batuan lebih
Keberadaan bidang diskontinyu di dalam muda dari formasi batuan induknya
Keberadaan inklusi secara vertikal mempengaruhi
massa batuan akan mengganggu
kondisi tegangan dengan dua cara.
kesetimbangan tegangan dan dapat Aktivitas Tektonik 1. Jika inklusi berada di bawah kondisi tekanan yang
menyebabkan tegangan tersebut Tegangan pada massa batuan dapat juga berasal berlawanan dengan kondisi horisontal batuan di
sekitarnya, maka komponen tegangan yang tinggi
dari aktivitas tektonik yang bekerja secara regional
terdistribusi kembali untuk mencari akan terjadi tegak lurus bidang inklusinya.
dan bisa dikorelasikan dengan adanya struktur 2. Dihubungkan dengan perbedaan nilai modulus
kesetimbangan barunya.
geologi (sesar, lipatan) di sekitar area tersebut. deformasi inklusi dan batuan di sekitarnya yang
dapat diakibatkan oleh adanya aktivitas
pembebanan.
2. PENTINGNYA MENGETAHUI TEGANGAN IN-SITU 11

Besar dan arah tegangan In-Situ adalah salah satu parameter penting
dalam proses perancangan lubang bukaan. Ada tiga alasan mengapa
studi tentang tegangan in situ pada massa batuan perlu dilakukan
(Hudson, 1997)

1. Pada massa batuan terdapat kondisi tegangan awal yang harus dimengerti , baik secara langsung maupun sebagai
gambaran kondisi tegangan yang akan digunakan dalam analisis dan desain.

2. Selama dilakukan penggalian pada massa batuan kondisi tegangan akan berubah secara dramatik karena batuan yang
tadinya mengalami tegangan awal dan setelah digali tegangan disekitarnya akan diredistribusikan

3. Tegangan adalah besaran tensor dan tensor tidak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Besaran tensor adalah
besaran yang memiliki nilai, arah, dan sangat tergantung pada bidang tempatnya bekerja.

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


3. PENDEKATAN TEORITIS TEGANGAN
Pada umumnya, tanpa pengukuran tegangan in situ secara langsung di lapangan, perancangan lubang bukaan
dilakukan hanya berdasarkan tegangan vertikal (σv) dan tegangan horisontal (σh) yang bekerja pada massa batuan.

TEGANGAN INSITU VERTIKAL

Secara teoritis tegangan vertikal tersebut dapat dinyatakan


dengan persamaan (1): Dimana,
ρ = rapat massa batuan (kg/m3)
Berdasarkan hasil pengukuran tegangan vertikal di beberapa g = percepatan gravitasi (m/s 2)
negara, (Hoek & Brown, 1978) pendekatan nilai tegangan vertikal z = kedalaman (m)
pada massa batuan dapat dihitung dengan persamaan (2): γ = berat satuan batuan (N/m3)

Dimana,
𝜎𝑧 = tegangan vertikal (MPa)
z = kedalaman (m)

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


3. PENDEKATAN TEORITIS TEGANGAN

TEGANGAN INSITU HORIZONTAL


Pendekatan teoritis untuk tegangan horizontal lebih sulit dilakukan
daripada tegangan vertikal. Secara umum, tekanan horizontal dapat Dimana, k adalah faktor pembanding antara
dicari dengan persamaan(3): tegangan horisontal dan tegangan vertikal.

Terzhagi dan Richart (1952) menyatakan bahwa untuk batuan elastik, homogen, dan isotrop, nilai k dapat
dihitung dengan persamaan (4):

Menurut Heim (1912), untuk kedalaman yang besar (lebih dari satu kilometer) keadaan tegangan akan
menjadi hidrostatik (k = 1), sehingga berlaku kondisi dimana besar tegangan vertikal sebanding dengan
tegangan horisontal (𝜎ℎ = 𝜎𝑣).

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


3. PENDEKATAN TEORITIS TEGANGAN

TEGANGAN INSITU HORIZONTAL

Pada kedalaman kurang dari satu kilometer keadaan tegangan tidak


bisa dianggap hidrostatis, sehingga nilai k tidak sama dengan satu.
Oleh karena itu, Hoek dan Brown mengusulkan pendekatan nilai k
untuk kedalaman kurang dari satu kilometer berdasarkan pengukuran
tegangan in situ pada beberapa lokasi yang dinyatakan dengan
persamaan(5):

Analisis lebih lanjut dilakukan oleh Herget pada tahun 1988. Dengan menggunakan data tegangan in situ
pada beberapa lokasi di Kanada, Herget menyatakan bahwa pendekatan nilai tegangan in situ di Kanada
dapat dilakukan dengan persamaan(6):

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


15

Pengukuran Tegangan Vertikal pada Kedalaman Tertentu


Variasi Perbandingan Antara Tegangan Horisontal dan Tegangan
di Bawah Permukaan Bumi (Hoek & Brown, 1980)
Vertikal pada Kedalaman Tertentu di Bawah Permukaan Bumi
(Hoek & Brown, 1980)
Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ
16

Rasio Tegangan Sebagai Fungsi


Kedalaman Versi Hoek & Brown vs Herget
Pada Beberapa Lokasi Di Kanada (Herget,
1988)

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


4. PENGUJIAN IN-SITU 17

PENGUJIAN LANGSUNG
• Metode Flat Jack
• Metode Hydraulic Fracturing Uji tegangan in situ dapat dilakukan
• Metode Overcoring dengan dua cara yaitu secara
• Metode Deformasi Rosette
langsung (pengujian di lapangan)
maupun secara tidak langsung
(dengan uji di laboratorium)
PENGUJIAN TAK
LANGSUNG
• Emisi Akustik (AE)
• Deformation rate analysis (DRA)
• Differential strain curve analysis
(DSCA)
• Anelastic strain relaxation (ASR)

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


TU
k 18

an pada
D
as di dinding

da C PENGUJIAN IN-SITU
embalikan
B
A LANGSUNG
pindahan

ku rekahan
uk dengan
membuka
g bor

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


PENGUJIAN TEGANGAN IN-SITU DI INDONESIA
19

SAWAHLUNTO
FLAT JACK

OMBILIN
OVERCORING

PONGKOR
FLAT JACK
PLTA CIRATA
OVERCORING

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


STUDI KASUS
“Analisis Kestabilan Lubang Bukaan Dengan Menggunakan Data Dari Alat Ukur Flat Jack Pada
Dinding Tambang Bawah Tanah PT Nusa Alam Lestari, Sawahlunto”
TUJUAN
a. Untuk mengetahui penggunaan dan LATAR BELAKANG PENELITIAN
cara kerja alat uji in-situ metode Flat Dalam pembuatan lubang bukaan bawah tanah, kestabilan
Jack bukaan merupakan permasalahan terpenting yang selalu dihadapi.
b. Menganalisis kestabilan lubang Tegangan in-situ merupakan salah satu parameter yang
bukaan dengan data uji Flat Jack mempengaruhi tingkat kestabilan bukaan. Metode flat jack
merupakan salah satu metode pengukuran in-situ sederhana yang
dapat digunakan untuk mengukur nilai tegangan in-situ pada lokasi
LOKASI PENELITIAN penelitian yang berada di Tambang bawah tanah PT Nusa Alam
Secara administratif konsesi penambangan PT Nusa
Lestar, Sawahlunto. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian
Alam Lestari termasuk dalam wilayah Parambahan,
mengenai “Penggunaan Alat Flat Jack Dalam Pengukuran
Kec. Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Secara
geografis wilayah penambangan PT. Nusa Alam Lestari Tegangan Pada Dinding Tambang Bawah Tanah PT Nusa
terletak pada koordinat 100°45’48’’ BT – 100°46’48” Alam Lestari, Sawahlunto”
BT dan 00°36’45” LS – 00°37’12” LS.

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ 15


Dasar Teori
METODE FLAT JACK

A.PENGERTIAN, Pengukuran flat jack merupakan suatu teknik pengukuran yang sifatnya insitu test atau langsung di lapangan yang
bertujuan untuk mengetahui stress dan deformasi struktur batuan pada terowongan dan tambang tanpa menyebabkan kerusakkan.

B. Kelebihan Kelemahan
• Dapat terjadi kesalahan dalam pembacaaan hasil
• Pengukuran dilakukan setelah bukaan atau penggalian.
• Pengujiannya sederhana dan relatif murah. pengukuran karena pembacaan dilakukan secara
manual
• Non destruktif (kerusakan sifatnya sementara dan dapat
• Pengukuran dilakukan pada batuan yang tidak solid
diperbaiki). lagi (akibat pengaruh proses penggalian), maka hasil
• Moving alat dapat dilakukan dengan mudah. pengukuran yang didapat tidak representatif.

C. DESKRIPSI
Flat jack adalah metode sederhana yang menggunakan plat steinless tipis yang dilas sekelilingnya dan dilengkapi dengan
pintu sebagai tempat masuknya tekanan yang dihasilkan oleh hidrolik. Sebuah flat jack dapat diproduksi dalam berbagai
bentuk dan ukuran. Dimensi yang sebenarnya ditentukan oleh fungsi, teknik persiapan slot dan sifat dari batu yang akan
diuji. Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ 21
• Flat jack dengan tepi melengkung
22
dirancang cocok untuk slot yang dipotong
oleh gergaji.
• Flat jack persegi panjang dirancang cocok
digunakan pada slot yang dibuat dengan
bor tangan.
• Sebuah flat jack yang ideal akan mengisi
slot dengan pas.

D. PENGUJIAN FLAT JACK, Pengujian didasarkan pada prinsip Perbedaan Konfigurasi Flat Jack
pelepasan tegangan parsial dan melibatkan penghilangan tekanan lokal,
yang di ikuti dengan pengontrolan kompensasi tegangan

Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ


23

Pemotongan Slot (a) menggunakan bor tangan, (b) menggunakan gergaji


Pengujian dengan metode ini menggunakan asumsi:
a) Tegangan di tempat pengujian dianggap adalah homogen.
b) Keadaan tekanan di tempat pengukuran ini seragam;
Nilai tekanan dibandingkan dengan kuat tekan memungkinkan batuan bekerja dalam keadaan elastis.
Tegangan In-situ, Tegangan Terinduksi, dan Uji Tegagan In-Situ
E. DIMENSI DAN BENTUK FLAT JACK 24

Flat jack berguna untuk mengevaluasi batuan yang biasanya terbuat dari stainless steel dengan lapisan dilas
disepanjang tepinya. Flat jack dihubungkan port inlet. Dengan memasok cairan ke port, maka flat jack akan
menekan. Beberapa flat jack dilengkapi hanya dengan satu port. Bentuk flat jack tergantung dari peralatan
yang digunakan untuk membuat slot, Ukuran flat jack tergantung pada aplikasi, mulai dari beberapa

Bentuk dan Dimensi Flat Jack


sentimeter hingga lebih dari satu meter

Untuk pengujian stress, standar ASTM membutuhkan dimensi A harus sama


atau lebih besar dari panjang B yaitu 8 in (20,3 cm). Lebar flat jack (dimensi
B ) harus tidak kurang dari 3 in (7,6 cm). Menurut RILEM, baik untuk
pengujian stress dan uji deformabilitas. Jika flat jack adalah persegi panjang
maka panjangnya harus sama dengan dua kali lebar

F. Sistem Hidrolik, Tekanan yang diberikan oleh pompa hidrolik untuk operasi
metode flat jack adalah 6,9 MPa (1000 psi). Sistem ini harus mampu mempertahankan
tekanan konstan untuk waktu setidaknya 5 menit
Posisi Titik Referensi dan Jarak Slot
• ASTM merekomendasikan penempatan setidaknya 4 pasang titik sama spasinya 25

• RILEM merekomendasikan bahwa setidaknya 3 pasang, ditempatkan di bagian tengah flat jack.
• Untuk tes deformabilitas, kedua standar mengharuskan titik referensi ditempatkan simetris tepat di atas
dan di bawah slot.

Pengujian Laboratorium
Pada penelitian ini, uji laboratorium yang dilakukan oleh penulis adalah
1. Kuat Tekan Batuan Utuh (UCS)
2. Point Load Index (PLI)

Your Logo Here


Pengolahan dan Analisa Data
Defromasi Titik Pengukuran
Pengukuran Nilai Stress Di Tambang Bawah Tanah

Perhitungan Tegangan Vertikal Hasil Uji PLI


Kesimpulan
penelitian 27

1. Pada setiap pengukuran antara pengujian flat jack,


perhitungan gravitasi, serta hasil pengujian sampel tidak
lebih besar nilainya dari pengujian sampel yang artinya
kondisi tersebut mampu menahan tegangan yang bekerja
pada lokasi penelitian.
2. Untuk hasil pengujian flat jack dengan hasil perhitungan
gravitasi Memiliki nilai yang berbeda di karenakan pada
saat pembuatan flat menggunakan pahat dan palu
sehingga terjadi deformasi lebih awal dan mengakibatkan PEMBAHASAN
alat hanya mampu membaca sebagian dari tegangan yang
bekerja.

Your Logo Here


KESIMPULAN
 Tegangan Insitu merupakan tegangan alamiah yang bekerja di dalam massa batuan yang terdiri dari
tegangan gravitasi, tegangan tektonik, dan tegangan termal
 Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi tegangan insitu menurut Brady dan Brown (1985)
adalah (a) Topografi permukaan, (b) Erosi, (c) Tegangan sisa, (d) Inklusi, (e) Aktivitas tektonik, (f) Bidang
diskontinu
 Pengukuran in-situ terbagi menjadi 2, yaitu melalui: Pendekatan teoritis dan pengukuran tegangan in
situ melalui pengujian
 Secara pendekatan teoritis, (tanpa melakukan pengukuran tegangan in situ secara langsung di
lapangan perancangan lubang bukaan dapat dilakukan hanya berdasarkan tegangan vertikal ( σv)
dan tegangan horisontal (σh) yang bekerja pada massa batuan.
 Pengujian tegangan in-situ terbagi 2 yaitu metode langsung (direct method) dan metode tak langsung
(indirect method)
 Metode langsung terdiri atas Metode Flat jack, Metode hydraulic fracturing, Metode Overcoring dan
Metode Rosette Deformasi
 Metode tak langsung terdiri atas Emisi Akustik (AE), Deformation rate analysis (DRA), Differential strain
curve analysis (DSCA), dan Anelastic strain relaxation (ASR).
• Brady, B.H.G., dan Brown, E.T., 2004, Rock
Mechanics for Underground Mining Third
Edition, USA: Springer
• Hoek E. dan Brown, E.T. 2004, Underground
Excavation in rock, London; Institution of Mining
and Metallurgy, 1980
• Hudson, J.A. and Harrison, J.P., 1997,
Engineering Rock Mechanics An Introduction to
The Principles, Elsevier Science Ltd, United

DAFTAR
Kingdom
• Nazri, Muhammad. Giatman, M. Analisis
Kestabilan Lubang Bukaan Dengan
Menggunakan Data Dari Alat Ukur Flat Jack
Pada Dinding Tambang Bawah Tanah PT. Nusa
Alam Lestari, Sawahlunto. Jurnal Bina Tambang.
Vol. 3, No. 4: 1761-1770.
PUSTAKA
• Pawel Gregorczyk and Paulo B. Lourenço, “A
Review on Flat-Jack Testing” Engineering Civil,
UM, No.9, 2000, pp. 39-50.
• Rai, M. A., Kramadibrata, S, dan Wattimena, R.
K., 2014, Mekanika Batuan, Penerbit ITB,
Bandung.
• Finanti Puja Dwikasih
• 212180019 (NPM)
• Finantipujadk@gmail.com
• Tugas Mekanika Batuan Lanjut

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai