Anda di halaman 1dari 40

OTORITAS JASA KEUANGAN

(OJK)
Latar Belakang dan Tujuan
Visi & Misi

Visi: menjadi lembaga pengawasan industri jasa keuangan


yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan
menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing
global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

Misi:
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil.
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Fungsi dan Tugas
Wewenang OJK
Wewenang OJK
Tata Kelola
Pemilihan Dewan komisaris
Pembiayaan OJK

1. Perbankan
2. Pasar Modal
3. LKNB
Transisi
Pengalihan Fungsi
Best Practice

OJK OJK OJK


UK - GAGAL Jepang - Korsel -
BERHASIL BERHASIL

OJK INDONESIA
Jerman - UU OJK
BERHASIL
Bentuk Pengaturan dan Pengawasan OJK

Terintegrasi
1. Sektor Perbankan
2. Sektor Pasar Modal
3. IKNB

Menjangkau seluruh praktik bisnis


di sektor jasa keuangan

Mengindari ketidakjelasan
pengaturan dan pengawasan
di wilayah abu-abu (grey area)
Hubungan dengan Lembaga lain

 OJK wajib berkoordinasi dengan BI, Kemenkeu, dan LPS


melalui forum stabilitas sistem keuangan.
 OJK dan BI atau OJK dan LPS dapat berkoordinas dan
bekerjasama dalam pengawasan bersama atas kegiatan jasa
keuangan di bidang perbankan.
 Dalam rangka mendukung koordinasi maka OJK, BI, LPS wajb
membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi
secara integrasi.
 Dalam rangka mencegah dan menangani kondisi krisis di
sektor keuangan, OJK wajib berkoordinasi dengan BI,
Kemenkeu, dan LPS sebagaimana diatur dalam Udndang-
Undang mengenai jaring pengaman sistem keuangan.
Koordinasi Kerja OJK untuk Industri Keuangan
Koordinasi Pencegahan Krisis

Ditentukan dan diajukan oleh


INDIKASI anggota FSSK
POTENSI
1. Menteri Keuangan
KRISIS Bentuk pencegahan 2. Gubernur BI
Early warning 3. Dewan Komisioner OJK
system 4. Komisioner LPS

Menentukan langkah pencegahan krisis

Keuangan negara

DPR RI

Melaksanakan kebijakan pencegahan krisis


Koordinasi Penanganan Krisis

Dinyatakan krisis:
KRISI BERDASARKAN KESEPAKATAN
S
BERSAMA SELURUH
ANGGOTA FSSK

Menentukan langkah penanganan krisis

Keuangan negara

DPR RI

Melaksanakan kebijakan pencegahan krisis


Seluruh anggota FSSK bertanggung jawab atas kebijakan yang
diambil oleh FSSK
Independensi OJK
Independensi OJK
 UU No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 2
ayat (2)
“OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak
lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
Undang-Undang ini”

 OJK berada di luar Pemerintahan, yakni tidak menjadi bagian


dari kekuasaan Pemerintah.
Independensi OJK

 Pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi,


tugas, dan wewenang dilakukan oleh Dewan
Komisioner tanpa ada campur tangan pihak lain.

 Kendati terdapat keterwakilan unsur ex-officio dari


Pemerintah dan Bank Indonesia, hal ini hanya
dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama,
dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter,
dan sektor jasa keuangan, guna terpeliharanya
kepentingan nasional.
Independensi OJK

 Kepemimpinan OJK memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat


diberhentikan, kecuali memenuhi alasan yang secara tegas diatur
dalam Undang-Undang, antara lain termaktub dalam Pasal 17:
a. meninggal dunia
b. mengundurkan diri
c. berhalangan tetap
d. tidak lagi menjadi DGBI atau Eselon I Kemenkeu (ex-officio)
e. melanggar kode etik

 Mekanisme seleksi dilakukan secara transparan, akuntabel, dan


melibatkan partisipasi publik melalui panitia seleksi yang terdiri dari
unsur Pemerintah, BI, dan masyarakat sektor jasa keuangan
Akuntabilitas

 Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)


Dewan Komisioner menyusun Rencana Kerja dan Anggaran OJK,
yang selanjutkan diajukan ke DPR untuk mendapat persetujuan.

 Laporan Keuangan dan Laporan Kegiatan


OJK menyusun laporan keuangan dan laporan kegiatan, yang
selanjutnya laporan-laporan tersebut disampaikan kepada
Presiden dan DPR.

 Transparansi
Laporan Keuangan OJK diaudit oleh BPK atau KAP yang ditunjuk
BPK, serta diumumkan kepada Publik.
Iuran/Pungutan OJK
Iuran/Pungutan OJK

Berdasarkan PP nomor 11 Tahun 2014 yang berlaku sejak 1


Maret 2014:
Jenis dan Besaran Pungutan OJK dikelompokkan dalam tiga
jenis:
1. Biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, dan
pengesahan,
2. Biaya penelaahan rencana aksi korporasi,
3. Biaya tahunan dalam rangka pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian.
Ilustrasi

Ilustrasi : Seorang debitur mengajukan pinjaman


kredit mikro ke Bank Mandiri
 Besarnya pinjaman mikro yang diajukan: Rp

200.000.000,00
 Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Mandiri
untuk kredit mikro: 12% per tahun
 Jangka Waktu Pinjaman: 1 tahun
Ilustrasi

KASUS 1: SEBELUM ADANYA IURAN/PUNGUTAN OJK


Besarnya suku bunga kredit yang dibebankan
√SBDK Bank Mandiri Untuk kredit mikro : 12%
√Risiko kredit (asumsi tidak ada risiko kredit) : 0%
√Total Suku Bunga Kredit Mikro yang dibebankan : 12%

Bunga kredit yang harus dibayarkan di akhir tahun :Rp 24.000.000,00


Kredit pokok : Rp 200.000.000,00
Jumlah yang dibayarkan kreditur di akhir tahun: Rp 224.000.000,00
Ilustrasi

KASUS 2: SESUDAH ADANYA IURAN/PUNGUTAN OJK


Besarnya suku bunga kredit yang dibebankan
√SBDK Bank Mandiri Untuk kredit mikro : 12%
√Risiko kredit (asumsi tidak ada risiko kredit) : 0%
√Pass on keseluruhan pungutan OJK ke kreditur : 0,045%
√Total Suku Bunga Kredit Mikro yang dibebankan : 12,045%

Bunga kredit yang harus dibayarkan di akhir tahun : Rp 24.090.000,00


Kredit pokok : Rp 200.000.000,00
Jumlah yang dibayarkan kreditur di akhir tahun: Rp 224.090.000,00
 Kesimpulan: adanya PUNGUTAN YANG DIBEBANKAN OLEH OJK KEPADA BANK
BERDAMPAK PADA PENINGKATAN COST OF BORROWING YANG HARUS DITANGGUNG
KREDITUR
Ilustrasi untuk Asuransi
Hubungan Internasional

1. OJK dapat melakukan kerja sama dengan otoritas pengawas Lembaga


Jasa Keuangan di negara lain serta organisasi internasional dan
lembaga internasional lainnya, antara lain pada bidang dan/atau
kegiatan pelatihan SDM, pertukaran informasi, penyidikan dan
pencegahan kejahatan di sektor keuangan.

2. OJK dapat menjadi anggota organisasi pengawas jasa keuangan


internasional.

3. Dalam hal persetujuan perjanjian internasional di sektor jasa


keuangan menyangkut masalah hukum dan berdampak pada sistem
keuangan nasional, OJK wajib mendapatkan konfirmasi dari Dewan
Perwakilan Rakyat.
Lampiran
Besaran Iuran/Pungutan OJK
Pungutan yang terkait dengan Pengajuan Perizinan, Persetujuan,
Pendaftaran, dan Pengesahan
1. Bursa Efek, Lembaga Kliring, dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan
Surat Utang Negara di Luar Bursa Efek, Bank Umum, Asuransi
Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi, dan Manajer Investasi. Besaran
pungutan per perusahaan Rp100 juta.
2. Perusahaan Pemeringkat Efek, Penjaminan Emisi Efek, BPR,
BPRS, Perusahaan Pembiayaan, dan Modal Ventura serta
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Besaran pungutan per
perusahaan Rp50 juta.
3. Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan Rekening
Efek Nasabah. Besaran pungutan per perusahaan Rp30 juta.
4. Perantara Pedagang Efek yang tidak mengadministrasikan
Rekening Efek Nasabah, Penasihat Investasi, Biro Administrasi
Efek, dan Lembaga Penilai Harga Efek. Besaran pungutan per
perusahaan Rp5 juta.
5. Persetujuan untuk Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah, Bank
Kustodian; Lembaga Penunjang Perbankan yaitu Lembaga
Pemeringkat. Besaran pungutan per perusahaan Rp5 juta.
6. Perizinan Lembaga Penunjang IKNB yaitu Perusahaan Pialang
Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai
Kerugian Asuransi, Perusahaan Konsultan Aktuaria, dan
Perusahaan Agen Asuransi. Besaran pungutan per perusahaan Rp5
juta.
7. Pendaftaran untuk Wali Amanat. Besaran pungutan per perusahaan
Rp5 juta.
8. Pendaftaran untuk Agen Penjual Efek Reksa Dana. Besaran
pungutan per perusahaan Rp30 juta.
9. Pengesahan untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan Dana
Pensiun Pemberi Kerja. Besaran pungutan per lembaga Rp50 juta.
Biaya Perizinan dan pendaftaran orang perseorangan :
10. Peizinan untuk Wakil Manajer Investasi dan Penasehat Investasi.
Besaran pungutan per orang Rp1 juta.
11. Perizinan untuk Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara
Pedagang Efek, dan Wakil Agen Penjual Agen Reksa Dana.
Besaran pungutan per orang Rp500.000.
12. Perizinan untuk Profesi Penunjang. Besaran pungutan per orang
Rp5 juta.
Biaya Pendaftaran :
13. Pernyataan pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum:
Efek bersifat ekuitas, efek bersifat utang, dalam rangka
penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(Penawaran Umum Terbatas/Rights Issue), untuk penambahan
modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Efek yang dapat
dikonversi menjadi saham dan oleh pemegang saham. Besaran
pungutan diambil 0,05% dari nilai emisi, maksimal Rp750 juta.
14. Sukuk. Besaran pungutan diambil 0,05% dari nilai emisi dan
maksimal Rp150 juta.
15. Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik. Besaran pungutan
per pernyataan pendaftaran Rp10 juta.
16. Pernyataan Pendaftaran untuk Penawaran Tender Sukarela.
Besaran pungutan per penawaran Rp25 juta.
Biaya Penelaah Rencana Aksi Korporasi :
1. Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
tanpa Melalui Penawaran Umum tidak untuk memperbaiki posisi
keuangan. Besaran pungutan sebesar 0,025% dari nilai emisi,
maksimal Rp500 juta.
2. Penggabungan atau Peleburan Perusahaan Terbuka. Besaran
pungutan sebesar 0,05% dari aset proforma
penggabungan/peleburan, maksimal Rp250 juta.
3. Perubahan Perusahaan Terbuka menjadi Perusahaan Tertutup
secara Sukarela (voluntary going private). Besaran pungutan per
perubahan Rp1 miliar.
4. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka. Besaran pungutan per
pengambilalihan Rp25 juta.

Biaya Tahunan dalam Rangka Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan,


dan Penelitian :
1. Bursa Efek, Lembaga Kliring, dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan
Surat Utang Negara di Luar Bursa Efek Besaran pungutan sebesar
15% dari pendapatan usaha.
2. Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Syariah,
Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi, Dana Pensiun
Lembaga Keuangan, Dana Pensiun Pemberi Kerja, Perusahaan
Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura dan Lembaga Jasa
keuangan Lainnya. Besaran pungutan sebesar 0,045% (minimal
Rp10 juta) dari aset.
3. Manajer Investasi. Besaran pungutan sebesar 0,045% (minimal
Rp10 juta) dari dana kelolaan.
4. Penasihat Investasi. Besaran pungutan sebesar 1,2% (minimal
Rp10 juta) dari pendapatan imbalan jasa nasihat investasi.
5. Agen Penjual Efek Reksa Dana. Besaran pungutan sebesar 1,2%
(minimal Rp10 juta) dari pendapatan fee keagenan.
6. Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek. Besaran
pungutan sebesar 1,2% (minimal Rp10 juta) dari pendapatan usaha.
7. Emiten. Besaran pungutan sebesar 0,03% dari nilai
emisi/outstanding (minimal Rp15 juta dan maksimal Rp150 juta)
8. Perusahaan Publik. Besaran pungutan per perusahaan sebesar
Rp15 juta.
9. Perusahaan Pemeringkat Efek. Besaran pungutan per pendapatan
usaha sebesar 1,2% minimal Rp5 juta.
10. Lembaga Penunjang, Lembaga penunjang perbankan yakni
lembaga pemeringkat, lembaga penunjang pasar modal yaitu Biro
Administrasi Efek, Bank Kustodian, dan Wali Amanat, Lembaga
Penunjang INKB yaitu Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan
Pialang Reasuransi, Perusahaan Agen Asuransi, dan Lembaga
Penilai Harga Efek. Besaran pungutan per pendapatan usaha
sebesar 1,2% minimal Rp5 juta.
11. Kantor Akuntan Publik, Kantor Jasa Penilai Publik, kantor
konsultan hukum, kantor notaris, dan perusahaan konsultan
Aktuaria. Besaran pungutan sebesar 1,2% dari nilai kontrak dari
kegiatan SJK.
12. Profesi, Profesi penunjang perbankan yaitu akuntan dan penilai,
profesi penunjang pasar modal yaitu akuntan, konsultan hukum,
penilai dan notaris. Besaran pungutan per orang sebesar Rp5 juta.

Anda mungkin juga menyukai