Mahasiswa Semester IV Program Studi Diploma III Keperawatan Merauke Tanggal 5 Maret 2015 Menjelaskan pengertian dan maksud dari bimbingan antisipasi Menjelaskan bimbingan antisipasi pada masa infant sesuai dengan tahapan tumbuh kembang Menjelaskan bimbingan antisipasi pada masa prasekolah awal (balita) sesuai tahapan tumbuh kembang Menjelaskan bimbingan antisipasi pada masa prasekolah sesuai dengan tahapan tumbuh kembang Kehadiran anak bagi orang tua merupakan suatu tantangan. Saat ini terjadi pergeseran peran orang tua Perawat mempunyai peran yang cukup penting Anticipatory: bersifat lebih dulu;bersifat antisipasi. Sedangkan guidance adalah bimbingan, pedoman, petunjuk. Jadi Anticipatory Guidance adalah pedoman/petunjuk untuk mengantisipasi sebelum masalah kesehatan/tumbuh kembang terjadi. 6 bulan pertama Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal dalam memenuhi kebutuhan bayi. Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi dari lingkungan. Support kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan bayinya mis : respon tertawa. Menyiapkan orang tua untuk kebutuhan keamanan bayi. Menyiapkan orang tua untuk imunisasi bayi. Menyiapkan orang tua untuk mulai memberi makanan padat pada bayi. 6 bulan kedua Menyiapkan orang tua akan adanya “Stranger Anxiety”. Menganjurkan orang tua agar anak dekat kepadanya hindari perpisahan yang lama. Membimbing orang tua agar menerapkan disiplin sehubungan dengan meningkatnya mobilitas bayi. Menganjurkan orang tua menggunakan “Kontak Mata” dari pada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Toilet training Merupakan aspek penting dlm perkembangan anak usia toddler Latihan u/ bekemih & defekasi ad/ tgs anak usia toddler Kemampuan sfingter uretra u/ mengontrol rasa ingin berkemih & sfingter ani u/ mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang Wong (2000) mengemukakan bhw biasanya sejalan dg anak mampu berjalan, kedua sfingter tsbt semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih & defekasi Sensasi u/ defekasi > dirasakan o/ anak & kemampuan u/ mengkomunikasikannya lbh dahulu dicapai o/ anak, sdkan kemampuan u/ mengontrol berkemih biasanya baru akan tercapai sampai usia 4-5 tahun Toilet training pdaanak merupakan usaha u/ melatih anak agar mampu mengontrol dlm melakukan BAB & BAK Tolet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan-2 tahun. Keberhasilan toilet training tergantung pada: Persiapan fisik, Persiapan psikologis, Persiapan intelektual Toilet training sebagai sex education Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar atau buang air kecil. Defekasi merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yng ada pada diri anak & keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu Pelaksanaan toilet training sejak dini melatih respon terhadap kemampuan untuk BAK/BAB Indikasi kesiapan anak Fisik Pengontrolan saraf volunter spinkter ani dan uretra usia 18 – 24 bulan. Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam. Perkembangan keterampilan motorik kasar: duduk, jongkok, berjalan. Perkembangan keterampilan motorik halus : mampu membuka celana dan berpakaian. Psikologis Mengenal adanya dorongan untuk miksi dan defekasi Kemampuan berkomunikasi: verbal & non verbal Kemampuan kognitif: meniru dengan tepat tingkah laku dan mengikuti pengarahan. Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua. Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet atau turun. Intelektual anak paham arti BAK atau BAB, memudahkan pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan saatnya harus BAB & BAK, anak memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB & BAK, komunikasi secara verbal dan nonverbal, keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah atau mengikuti orang lain o Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih/defekasi o Ada keinginan untuk meluangkan waktu yang diperlukan untuk latihan berkemih atau defekasi o Tidak mengalami konflik atau stres kluarga yang berarti o Mengikuti tingkat kesiapan anak. o Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan pengertian. o Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah rumah, mendapat adik baru atau akan berlibur. o Memberi pujian jika anak berhasil. Teknik lisan Cara: pemberian instruksi pada anak dengan kata- kata sebelum & setelah BAK/BAB Teknik ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk BAK/BAB, mengapa??? persiapan psikologis anak semakin matang mampu dengan baik BAB/BAK Teknik modelling Cara: meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh Dampak jelek cara ini apabila contoh yang diberikan salah kebiasaan yang salah pada anak Perubahan merasa ada saingan. Perhatian ibu terbagi. Kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan anak bertingkahlaku infantil Perlu persiapan toddler untuk menerima kehadiran saudara kandungnya mulai sejak bayi dalam kandungan. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler. Penyapihan secara bertahap. Adanya jadwal waktu makan yang rutin. Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi. Perlunya aturan disiplin dg lembut dan cara2 untuk mengatasi negatifistik dan tempertantrum. Mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan keterampilan sosial. Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain. Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru. Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau suara keras. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda- tanda regresi pada waktu anak mengalami stress. Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara meniru. Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap menghadapi keadaan- keadaan seperti mengompol atau BAB dicelana. Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler mis : melalui bahasa yang digunakan ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang lain. Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan alasan yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian. Usia 3 tahun Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas. Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan- peraturan. Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension). Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat anak bimbang. Perlunya perhatian ekstra. Usia 4 tahun Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa. Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah lakunya. Usia 5 tahun Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah. Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak. Usia 6 tahun Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan temannya. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda. Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah. Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda. Usia 7 – 10 tahun Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian. Interes beraktivitas di luar rumah. Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki prapubertas. Usia 11 – 12 tahun Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas. Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat. Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat. Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan. Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan waspada terhadap factor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak. Jenis kelamin biasanya lebih banyak pada laki- laki karena lebih aktif di rumah. Usia pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan semakin tahu mana yang bahaya. Lingkungan Tidak adanya penjaga atau pengasuh. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkah laku anak. Kualitas asuhan meningkat. Lingkungan aman. Masa Bayi Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan, kurang O2. Pencegahan: Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati). Kurang O2 : plastic, sarung bantal Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai kursi tinggi. Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai. Keracunan : simpan bahan toxic dilemari. Jenis kecelakaan : Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda. Tenggelam. Keracunan atau terbakar Tertabrak karena lari mengejar bola/balon. Aspirasi dan asfiksia. Pencegahan : Awasi jika dekat sumber air. Ajarkan berenang. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan. Cek air mandi sebelum dipakai. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman. Jangan biarkan kabel listrik menggantung mudah ditarik. Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang keras. Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of balance Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan. Pencegahan ada 2 cara ; Mengontrol lingkungan. Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya. Jauhkan korek api dari jangkauan. Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat membahayakan anak. Mendidik anak : Cara menyeberang jalan. Arti rambu-rambu lalulintas. Cara mengendarai sepeda yang aman peran orang tua = perlu belajar mengontrol lingkungan. Anak sudah berpikir sebelum bertindak. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda, mendaki gunung, berenang. Perawat mengajarkan keamanan : Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda. Aturan yang aman dalam berenang Mengawasi pada saat anak menggunakan alat berbahaya : gergaji, alat listrik Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar. Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat : fraktur, luka pada kepala. Kecelakaan karena olah raga. Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor Menggunakan alat pengaman yang sesuai. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah raga.