AwalKemerdekaan
Demokrasi Liberal
Demokrasi Terpimpin
Situasi Politik Awal Kemerdekaan
Elit Politik berasal dari sekelompok kecil
masyarakat perkotaan
Nasionalisasi perusahaan & Perkebunan milik
Belanda & Jepang
Struktur sosial-politik rusak berat
Elit politik terbelah; pro Jepang & anti Jepang
Upaya Mendapatkan pengakuan sbg bangsa
yang baru merdeka; politik devide et impera
Belanda
Penolakan terhadap kabinet bentukan
Soekarno-Hatta dari negara Eropa dan Sekutu
krn tuduhan sbg boneka Jepang
Perpindahan Pusat pemerintahan dari Jkt ke
Ygy
Politik Awal Kemerdekaan
Perbenturan kepentingan antara elit politik
yang bekerja sama dgn Jepang dgn yang
tidak
Perubahan pemerintahan dari presidensial
ke parlementer (PM); PNIP menjadi
parlemen sementara
Lahirnya Maklumat No. X tahun 1945
tentang kebebasan pendirian partai politik
Dominasi politik dikuasai oleh Golongan
Kiri dan Nasionalis
Partai Politik Awal Kemerdekaan
PNI tidak jadi partai tunggal sebagaimana
keinginan kelompok nasionalis, & bung karno
Sayap Kiri; gabungan dari partai Kiri: Paras;
Parsi; PKI; Pesindo menjadi penguasa
pemerintahan (Kabinet Sjahrir; Amir; Hatta)
Partai Islam & nasionalis bergabung ke dalam
Persatuan Perjuangan (PP), oposisi thdp
pemerintah yang digalang oleh Tan Malaka &
jaringan Partai Murba; tentara juga tergabung
dalam PP
Ciri-ciri Partai Politik Awal Kemerdekaan
Ideologisasi kepartaian yang sangat kental
Dipimpin oleh elit politik yang aktif dalam
pergerakan nasional dalam merebut
kemerdekaan.
Garis pemisah antar partai politik sangat jelas,
baik menyangkut ideologi, agama, maupun
suku serta kepentingan
Timbulnya faksi-faksi politik di internal masing2
partai
Keterlibatan militer dalam konflik kenegaraan
Situasi Politik Masa Demokrasi
Liberal
Transisi dari RIS ke NKRI
Penggunaan UU transisi UUD RIS 1949 ke UUDS
1950
Pemerintahan berbentuk parlementer
Dominasi perpolitikan dikuasai oleh partai Islam
(Masyumi & NU) dan nasionalis (PNI) (Pemilu
1955)
Pemerintahan jatuh bangun; krn konflik internal
dan persaingan kepentingan
Dominasi politik baru di lingkaran Soekarno: PKI
dan TNI-AD
Konflik internal TNI merambah ke konflik sipil di
parlemen
Pemberontakan2 di daerah (DI/TII;
PRRI/Permesta; dll)
Partai Politik Dalam Demokrasi
Liberal
Terpolarisasi ke dalam ideologi & suku (Jawa-non Jawa-
-- Masyumi-PSI versus PNI-NU-PKI)
Terbelah antara pendukung Soekarno dgn penentang
Soekarno (Masyumi-PSI-TNI AD kontra PNI-PKI-NU)
Partai yang didominasi oleh non-Jawa mendukung
pemberontakan terhadap Soekarno (Masyumi, PSI)
Dalam Dewan Konstituante hasil bentukan dari Pemilu
1955 tidak mampu merumuskan UUD baru yang
representatif, akibat perbenturan kepentingan
Posisi Soekarno-Hatta hanya menjadi simbol politik
(Hatta berhenti dari wapres tahun 1957)
Ciri-ciri Partai Politik Demokrasi Liberal
Konflik politik tidak lagi bersifat ideologis
kepartaian, tapi sudah kepada kepentingan
Terjadinya pengkubuan politik yang lintas partai
dan lintas ideologi
Kepartaian mengarah kepada konstelasi politik
aliran (abangan, priyayi, & santri)
Konflik yang terjadi di internal TNI AD, sangat
mempengaruhi konflik internal partai politik
Penguatan figuritas Soekarno di partai-partai
politik
Situasi Politik Masa Demokrasi
Terpimpin
Transisi dari Demokrasi Liberal ke Demokrasi
Terpimpin
Kekuasaan berpusat pada figur Soekarno
Dekrit 5 Juli 1959 mengukuhkan dominasi AD
dengan ‘Politik Jalan Tengah’
Politik Tiga Kaki (Nasionalis, Komunis.
Agama=Nasakom)
Munculnya kekuatan PKI sebagai bagian dari politik
tiga kaki (Nasakom)
Konfrontasi dengan Malaysia; Belanda, dan
pemberontakan dalam negeri
Partai Politik Dalam Demokrasi
Terpimpin
Adanya kebijakan menyederhanakan partai sebagai
akibat dari Dektrit Presiden & keterlibatan Masyumi-PSI
dalam pemberontakan PRRI/Permesta & DI/TII
Dominasi PNI, NU, & PKI sebagai unsur Nasakom
Partai politik harus
Dalam Dewan Konstituante hasil bentukan dari Pemilu
1955 tidak mampu merumuskan UUD baru yang
representatif, akibat perbenturan kepentingan
Posisi Soekarno-Hatta hanya menjadi simbol politik
(Hatta berhenti dari wapres tahun 1957)
Ciri-ciri Partai Politik Demokrasi Terpimpin
Konflik politik antara PKI dg TNI AD menguat
Partai politik dominan dikuasai oleh tiga partai:
PKI, NU, PNI
Orientasi politik partai adalah ABS (Asal Bung
Karno Senang)
Partai politik mendukung dan merealisasikan
ide2 BK yg menjadi GBHN (Berdikari, vivere
Vevicoloso, dll)
Konflik antara partai pendukung Nasakom dg
yang anti Nasakom (didukung o/ TNI-AD)
menguat
Situasi Politik Awal Orde Baru
Perpolitikan nasional dikuasai oleh elit militer
Munculnya ‘koalisi pelangi’; militer, NU
dan nasionalisme anti soekarno
Munculnya elit politik baru yang berasal dari
aktivis mahasiswa
Pembersihan elit politik pro Soekarno dan
PKI
Monoideologi Nasional: Pancasila
Elit politik nasional direduksi oleh elit militer
Politik Awal Orde Baru
Dominasi politik dikuasai oleh militer
Desakralisasi terhadap figur Soekarno
Visi politik: Pembangunan dan stabilitas
keamanan
Pembatasan dan intervensi ke internal
partai-partai oleh pemerintah
Pembangunan opini ‘hantu
komunisme’ dan anti Soekarno
Partai Politik Orde Baru
Golkar diposisikan sebagai partai dan
kendaraan elit militer
Partai politik mulai dikelompokkan menurut
ideologi; islam dan nasional + agama non-islam
Semua partai harus berideologi Pancasila
Upaya untuk membangun partai dengan
ideologi di luar Pancasila dibatasai/dilarang
Penyederhanaan partai hanya menjadi dua plus
golkar
Ciri-ciri Partai Politik Masa orde Baru
Ideologisasi kepartaian mengerucut kepada
Pancasila
Dipimpin oleh elit politik pro tentara
Sistem tiga partai dalam pemilu; Golkar menjadi
partai pro pemerintah; dua partai lainnya hanya
menjadi pelengkap
Faksi-faksi kepartaian yang menyangkut politik
aliran, justru berkembali di internal partai
Timbulnya faksi-faksi politik di internal masing2
partai
Kontrol negara dan militer dalam kepartaian
sangat tinggi
Situasi Politik Menjelang Orde Baru
Runtuh
Pecahnya tiga pilar pendukung Orde Baru ABG
(ABRI, Birokrasi, Golkar ditandai dengan
menguatnya konflik internal di ABRI dan Golkar;
Sentimen politik anti Suharto, militer, dan sentimen
anti etnis menguat;
Menguatnya peran kelompok kepentingan dan
penekan;
Konsolidasi elit politik non-partai menguat;
Mundurnya sejumlah anggota kabinet dari kabinet
pembangunan;
Manuver politik partai-partai di parlemen menuntut
Suharto turun dari jabatan presiden;
Kerusuhan berlatar belakang politik meluas
Situasi Politik Awal Orde Reformasi
Konsolidasi elit politik
Pendirian partai politik berakar ideologi;
Pelembagaan politik;
Pembatasan kekuasaan eksekutif;
Amandemen UUD 1945
Perpolitikan nasional dikuasai oleh elit militer
Munculnya elit politik baru yang berasal dari
aktivis mahasiswa dan LSM
Pembatasan akses politik bagi militer
Politik Awal Orde Reformasi
Desoehartoisasi dan degolkarisasi
Menguatnya koalisi pelangi berbasis
kepentingan di parlemen;
Partai politik mengelompok berdasarkan
kepentingan, lintas partai dan ideologi;
Visi politik: demokratisasi dan
penguatan partisipasi politik;
Menguatnya peran partai politik di
parlemen
Partai Politik Orde Reformasi
Penguatan basis politik berdasarkan golongan
dan basis massa;
Golkar menjadi partai, menyesuaikan dengan
sistem politik paska Orde Baru;
Koalisi partai politik berbasis kepentingan
politik;
Metamorfosa posisi militer dalam perpolitikan;
Ideologisasi partai politik beragam;
Sistem kepartaian tidak lagi dibatasi
Ciri-ciri Partai Politik Masa orde Reformasi
Ideologisasi kepartaian menyebar dengan
berbagai asas dan kepentingan politik;
Dipimpin oleh elit politik anti Orde Baru
Sistem multi partai dalam pemilu;
Konflik di internal partai tidak berbasis ideologi,
tapi kepentingan;
Pembelahan partai-partai politik terjadi dihampir
semua partai
Kontrol negara dan militer dalam kepartaian
melemah;
Koalisi politik di daerah dengan pusat berbeda;